Share

Seblak dan Bincang

“Omongan orang itu kadang pedesnya nggak kira-kira, ya? Bahkan level terpedes seblak ini aja nggak ngalahin pedesnya omongan orang,” celetuk Biru tiba-tiba. Seolah tak peduli dengan apa yang baru dibicarakan, gadis itu kembali menyeruput kuah seblak yang kental dan merah itu. Ia mengiris sebuah bakso dan melahapnya bersamaan dengan kerupuk yang telah lembek di kuah.

“Merah banget, Kak. Level berapa itu?” tanya Via penasaran.

“Level delapan. Yang paling pedes pokoknya.” Biru santai.

“Bahkan sesukanya aku sama pedes, level pedesku di seblak ini mentok di level enam loh, Kak. Kakak yakin lambung bakal kuat?” tanya Via khawatir. Biru menaikkan bahunya tak peduli.

“Dibilangin pedesan mulut orang, kok.”

“Seenggaknya kalo mulut orang yang pedes, paling cuma ati doang yang nyut-nyutan. Telinga ditutup juga nggak kedengeran omongannya, Kak. La kalo udah lambung yang kemusuhan sama pedes? Bisa-bisa auto opname nanti.” Gadis itu khawatir. Biru menepuk pundak Via.

“Insyaa allah aman. Semoga aja.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status