Perasaan tidak enak muncul dari dalam hati. Terasa sangat menyakitkan, tapi aku sendiri tidak mengetahui artinya.
Mataku menatap sendu pada tangan yang sedang memegang pedang itu.
'Sekarang, dia tak lagi memegang tanganku,' pikirku, semakin sendu. Membuatku semakin tidak nyaman berada di sampingnya dan mengikuti ke mana saja seperti parasit. 'Apa aku berbuat kesalahan?'
Perasaan bersalah karena telah menerima tawarannya dan mengikuti ke mana saja ia pergi benar-benar mengganggu fokus. Aku menggelengkan kepala, berharap dapat mengembalikan fokus sambil merutuki diri sendiri.
'Tidak! Aku tidak boleh berpikir seperti itu! aku–"
Tapi, siapa sangka rutukanku membuat seorang wanita berteriak. Tidak. Seseorang berteriak dan fokusku kembali.
"Di sana!"
Seorang ksatria yang berjalan berlawan dariku berlari mendekati suara. Karena merasa penasaran, aku membalikkan tubuh untuk melihat apa yang terjadi di belakang.
"Dia ada di sana!"
"Uh ...." Membuatku bimbang untuk menjawab pertanyaan dari pemilik toko senjata tadi.Jika dikatakan aku menginginkan pedang, memang benar, akan tetapi aku sendiri tidak pernah diajarkan cara bertarung. Bahkan, untuk cara memegang senjata–seperti pedang saja tidak dapat kuketahui dasar-sadarnya.Kutatap Ilkay lagi untuk memastikan jawaban, lalu menatap pemilik toko ini dengan penuh harap."Aku hanya ingin menjaga diriku dari orang lain, jadi tolong tunjukkan padaku senjata yang cocok untukku," ucapku.Wajah pemilik toko tampak sendu, padahal jika seseorang membeli dagangannya, pastinya pemilik toko itu yang beruntung."Jika itu yang nona inginkan ...." Wajahnya semakin sendu.Pemilik toko membalikkan tubuhnya. Sebelah tangannya bergerak menggaruk pipi yang sudah keriput. Matanya mencari tahu senjata yang pantas aku gunakan.Lalu, ia berbalik sambil membawa senjata yang dianggap lebih pantas."Bagaimana dengan panah?" tany
'Seseorang, tolong bantu aku!' pintaku kepada siapapun yang dapat mendengar isi pikiranku."Jika senjata-senjata ini memberatkanmu, kau bisa memilih sesuatu yang mudah dan ringan."Ah, seseorang berbicara dengan nada yang menghangatkan. Seperti biasa, suara Ilkay yang seperti malaikat, rambut emas yang disembunyikannya dan mata biru permata seperti langit siang dalam sekejap menghilangkan perasaan takutku.Ilkay tersenyum tulus, "Belati mungkin cocok untuk melindungi diri sendiri karena tidak perlu mempelajari hal mendasar dulu."Aku menengadah hanya untuk melihat wajahnya lebih jelas. Tersenyum penuh makna yang tidak dapat kuartikan, suara yang tenang membuat lengah. Tidak tahu mengapa, suara pemilik toko mengembalikan kesadaranku."Oh, belati!" Dia bersuara penuh semangat dengan sebelah tangan mengepal dan meninju telapa tangannya. "Terdengar bagus untuk seorang wanita sebagai bentuk pertahanan dirinya."Tidak. Aku tidak meminta untuk memp
Trak.Pria berbadan tegap dengan janggut hitamnya itu menjadi daya tariknya sendiri sedang membawa beberapa belati semampunya. Suaraku yang semula ingin menjawab perkataan dari Ilkay memilih untuk mengurungkan niat dan menjatuhkan pandangan pada pemilik toko ini.Sesekali mengaduh karena tidak sengaja membentur benda-benda selama membawa belati, ia berhasil berjalan mendekati tempat tujuan. Pemilik toko senjata ini meletakkan belati ke atas meja dan disusul oleh suara mengejutkan dari pinggangnya.Sepertinya pinggangnya retak."Terlalu berat menjalankannya sendiri tanpa bantuan orang lain," keluhnya sambil mengelus pinggang.Beberapa kali mengerjap mata karena tidak menyangka suara seperti retakan itu berasal dari pinggangnya, aku menutup mulutku dengan rapat sampai Ilkay bersuara dengan nada bergurau."Ke mana anakmu, tuan?" tanyanya. Dia melipat kedua tangan di depan dada dan menatap pemilik toko ini dengan iris mata permata birunya.
Trang!Suara besi jatuh menarik perhatianku. Pemilik toko tersebut tampak terkejut setelah Ilkay menunjukkan wajahnya. Raut wajahnya pucat dan dia terlihat ketakutan dengan tubuh yang gemetar.Aku memilih menatap Ilkay yang berdiri di sampingku. Ia menunjukkan wajahnya, rambut emasnya yang bersinar ketika terkena cahaya matahari. Ilkay tersenyum dengan makna yang tak dapat kuartikan."Kau bisa menceritakan semua masalah padaku dan aku yakin kau juga bisa menjaga masalahku padamu," ucap Ilkay, terdengar santai, tapi terasa dingin.Seakan-akan, tulang-belulangku ditusuk oleh hawa dingin dan hawa panas yang seperti melelehkan kulit dagingku.Mendengar ucapan dari Ilkay, pemilik toko itu tampak gelagapan di samping tubuhnya gemetaran. Matanya seperti tak sanggup melihat Ilkay. Hei, apa maksud kejadian ini?"Warna itu–""Rahasia harus dijaga dengan rahasia, bukan begitu, tuan?"Suara pemilik toko–sampai sekarang tidak ku
"Duke Lamford yang kau maksud itu ... apa Duke Gill Lamford?" tanya pemilik toko.Aku terdiam. Mendengar nama yang sangat asing bagiku.Namun, mendengar suara Ilkay yang menyebut nama Geilen Lamford setelah pemilik toko mengatakan penerusnya, itu artinya Gill Lamford ialah orang yang sedang aku bicarakan.Aku menganggukkan kepala dengan mantap. Tidak mengeluarkan suara, melainkan tindakan."Bisa saja perbudakan telah ada sejak sebelumnya," ucapku.Dua pria yang tatapannya tertuju padaku itu saling terkejut. Terlihat jelas dari pasang mata mereka yang melebarkan mata dan menutup mulut dengan rapat."Nona, tolong jaga ucapanmu meskipun hanya ada kita bertiga di toko saya," ucap pemilik toko. Ia celinga-celinguk menunjukkan raut wajah khawatirnya.Namun, aku memilih untuk tersenyum. Tidak ada hal yang ditakutkan ketika hanya ada tiga orang berada di tempat ini."Tidak masalah," jawabku. Mataku beralih untuk menatap Ilkay. "Aku sud
"Orang yang mendapatkan hukuman itu biasanya di alami oleh para pemberontak," jelasnya. Ilkay sengaja menjeda ucapannya sebelum menunjukkan sisi lain dari dirinya. "Dia memanipulasi data."Itu seakan tubuhku ada tapi terasa tidak ada. Terpaku dalam ketakutan hanya dengan melihat tatapannya yang begitu dingin, meskipun iris tersebut menunjukkan kemarahan.'Sekilas, apa warna matanya berwarna hijau?' pikirku.Aku menggelengkan kepala. 'Mungkin salah lihat.'Sang pemilik toko yang berdiri berhadapan dengan kami juga ikut terpaku. Aku merasakan perasaan takut yang sangat besar seakan-akan sedang menghadapi masalah yang rumit. Seolah, jika dia salah berbicara, maka kematian akan menyambutnya."Ka–kami semua yang hanya rakyat biasa tidak bisa melakukan apa-apa." Ini seperti pemilik toko inilah yang melakukan kesalahan. "Bahkan, untuk makan pun susah, karena semua pangan harganya melonjak naik," akunya.Apa yang dikatakannya memang benar. Men
''Belati memang bisa melindungi diri dari orang jahat, tapi bukankah juga butuh dasar-dasarnya?' pikirku.Ah, jika berpikir tentang dasar hanya akan membuatku merasa lelah. Aku menghela napas dan menyadari perbuatanku yang terus-menerus memikirkan dasar-dasar menggunakan senjata."Kenapa dari tadi aku hanya memikirkan dasar menggunakan senjata?" ucapku pada diri sendiri.Pada akhirnya, tanganku meraih belati yang menurutku paling menarik. Lalu, menutup mata untuk menenangkan jiwa.'Kata mereka, aku terlahir pada saat bulan purnama merah,' pikirku. Aku membuka mata dan belati yang sedang kupegang memantulkan bayangan wajah tubuh ini. 'Kekuatan terkutuk yang membawa malapetaka kerajaan. Tapi, sampai sekarang, tidak ada tanda-tanda kekuatan itu dalam tubuhku.'Jika memang tak ada kekuatan yang berbahaya dalam tubuh ini, itu artinya aku akan menjalani hari-hari dengan tenang. Meskipun, orang-orang desa mengatakan bahwa tubuh ini juga terkutuk karena di
"Paman Brodie, kau tahu seberapa susahnya aku ke luar dari tempat menyeramkan itu?" tanya wanita yang bernama Helena tadi.Sang pemilik memiliki nama Brodie yang baru saja aku ketahui dari wanita yang bernama Helena. Ia terkekeh mendengar suara Helena yang terdengar jengkel terhadapnya.Namun, setelah terkekeh, ia kembali terlihat panik dan buru-buru menatap orang yang berada di belakangnya. Ilkay berada di belakang pemilik toko, tidak tersenyum bahkan pikirannya terlihat sedang bekerja keras–terlihat jelas dari keningnya yang mengernyit.Pemilik toko yang dipanggil Paman Brodie itu kembali menatap Helena. "Kau bisa tunggu sebentar? Pelangganku sudah menunggu terlalu lama."Helena menganggukkan kepalanya dengan mantap, lalu mengibas-ngibas sebelah tangannya yang mungkin mengartikan bahwa ia tidak masalah jika menunggu."Tidak masalah," jawabnya santai. "Aku ke sini juga untuk melihat keadaanmu, paman," jawabnya, dengan jujur.Lantas, p