Share

PANTRY SEKOLAH

Author: Widia
last update Last Updated: 2024-08-06 17:14:21

POV : NIA

"Bawang goreng doang?" Aku menirukan gaya bicara kak febri padaku di ruang UKS "Dikira itu bawang mateng sendiri kali. Gue masak woilah bukan bawang goreng instan yang udah dikemas dan gak sepraktis itu. Habis digoreng juga gue masih harus cuci peralatan bekas masaknya. Kurang effort gimana gue coba dengan waktu yang secepat itu! Bener kata dinda, kak febri emang ngeselin!" Aku mencak-mencak sendiri di pantry sekolah sembari merapihkan peralatan masak yang baru di cuci.

Bughh!!!

Suara hantaman terdengar gak jauh dari pantry. Siapa lagi yang berkelahi kali ini?

"Loe kenapa pukul gue, feb?" Tanyanya, itu seperti suara kak wito.

Aku buru-buru berlari mendekati sumber suara, mengintip dari balik jendela pantry. Kak wito dan kak febri sedang berkelahi di depan aula sekolah.

"Orang bajingan kaya loe pantes dapat ini" Katanya seraya menghantamkan pukulan lagi pada wajah kak wito.

Kak wito nampak terlihat bingung tanpa perlawanan. Ia menyeka darah yang mulai keluar dari bibirnya.

Sementara kak febri langsung melepas kasar kerah seragam kak wito, dengan terengah-engah ia mengatur nafasnya, mengendalikan diri.

"Gue gak habis fikir dimana perasaan loe. Baru beberapa hari yang lalu loe bilang sama gue kalau loe suka sama dinda, tapi loe malah jadian sama pay, dan mengacuhkan dinda gitu aja. Kenapa loe hancurin perasaan dinda dengan cara begini?"

"Hancurin perasaan dinda gimana?" Tanya kak wito semakin bingung.

Aku masih mengintip mereka dari balik jendela dan mendengar pembicaraan mereka dengan fokus.

Kak febri tersenyum sinis." Emang selama ini loe gak peka kalau dinda suka sama loe? Atau loe emang sengaja mainin dia?"

Kak wito nampak terkejut, tubuhnya seketika lunglai hingga harus perpegangan pada tiang aula.

"Kalau loe mau mainin perasaan cewe, itu hak loe. Asal jangan dinda orangnya" Kata kak febri lagi, lalu pergi begitu saja.

Jadi, selama ini aku gak tahu apa-apa tentang mereka? Termasuk dinda yang gak pernah bilang apapun tentang perasaannya pada kak wito.

Aku kembali pada peralatanku dengan banyak pertanyaan yang menggelayut dipikiranku. Sejak kapan? Kenapa? Bagaimana awalnya?. Aku ingin menanyakan segala hal pada dinda.

"Nia tunggu!" Panggil kak wito begitu melihatku keluar dari pantry. Dia mendekatiku.

"Ada apa kak?" Tanyaku,

"Kamu sejak tadi disana?" Tanya kak wito melirik pantry tempatku mengintip mereka tadi.

Aku melihat wajah kak wito yang mulai memar bekas pukulan kak febri, namun aku belum merasa puas. Harusnya kak wito dihantam lebih lagi dan kak febri gak perlu mengendalikan diri. Kak wito pantas mendapatkannya yang pasti gak sebanding dengan sakit yang dinda alami sekarang.

"Iya" Aku menjawab datar,

"Kamu juga pasti kesal kan sama saya?" Tanyanya,

Oh tentu saja!!! Gumamku dalam hati.

"Tapi nia, saya mohon tolong saya. Bantu jaga dinda baik-baik untuk saya!" Katanya lagi dengan wajah memelas.

"Tanpa kak wito minta saya juga akan melakukannya untuk dinda!" Jawabku sinis.

"Terima kasih ya nia!"

"Kenapa kak wito ngasih harapan palsu ke dinda?"

"Saya gak ngasih harapan palsu ke dinda! Benar kata febri tadi, saya memang menyayangi dinda. Itu tulus dari hati saya!"

Aku tersungging, mengejeknya "Kalau sayang sama dinda kenapa malah jadian sama kak pay?"

"Saya gak tahu dinda juga punya rasa yang sama seperti saya. Saya fikir dengan menerima pay dapat menyelesaikan satu masalah"

"Terus karna kak wito berfikir dinda gak punya perasaan kak wito bisa seenaknya main-main sama perempuan?"

Kak wito menghela nafasnya, mungkin aku sudah keterlaluan. Tapi, aku gak peduli.

"Bukan begitu Nia. Justru karna saya gak tau jadi saya fikir hanya hati saya aja yang saya kesampingkan. Saya membunuh perasaan saya sendiri hanya untuk menolong pay. Saya benar-benar hanya berfikir sampai disitu dan gak berdampak pada yang lain!"

"Sekarang nyatanya jadi begini kak dan Kak wito tetap mau bertahan sama kak pay sedangkan kak wito dan dinda sama-sama punya perasaan yang sama?"

Kak wito mendesah, nampak putus asa.

"Saya gak bisa ninggalin pay begitu aja nia!"

"kenapa harus dinda yang di korbankan kak?" Tanyaku kesal dengan keteguhan kak wito.

"Usia pay tinggal 3 bulan lagi, dia ingin bahagia di sisa waktunya bersama saya. Tapi saya janji, setelah itu saya akan perjuangkan perasaan saya sama dinda!"

Aku tersenyum kecut mendengar ucapan kak wito. Siapa yang bisa jamin sisa usia seseorang akan habis sesuai ketentuan dokter? Memangnya dokter itu tuhan. Hal yang lebih jelaskan perasaan mereka yang sama-sama cinta yang harus diperjuangkan. Kenapa mesti bersikap bodoh menyenangkan hati orang lain yang gak kita cintai?

Dan dinda, bagaimana kondisinya sekarang? Aku tiba-tiba mengingat beberapa waktu lalu sempat berpapasan dengan kak wito yang membawa kak pay ke ruang UKS. Dinda bersama kak pay di ruang UKS sekarang!

Aku buru-buru menaruh peralatan yang ku bawa ke tendaku, lalu pergi menuju ruang UKS, dan benar saja. Anak itu sedang menangis disana, di depan ruang UKS, sendirian.

"Dinda, loe kenapa?" Aku membiarkan dinda menghambur ke pelukanku. Membiarkannya menangis menumpahkan segala rasa sakit hatinya sambil melihat dua orang itu berpegangan mesra didalam ruang UKS.

"Gue anter loe ke tenda ya!" Bujukku setelah tangis dinda sedikit mereda, lagipula aku gak nyaman dengan kak wito yang terus melihat ke arah kami.

Aku mengantar dinda kembali ke tendanya. Menemaninya hingga ia terlelap tidur. Kasian dinda, ia selalu kekurangan cinta di hidupnya.

"Eh kampret ngapain loe disini?" Tanyaku kaget ketika berpapasan dengan zendra.

Dia refleks membekap mulutku "syuuth diem na!" Katanya lantas menyeretku untuk sembunyi di balik salah satu pilar sekolah.

"Lepas ah!" Kataku berontak. "Loe ngapain sih disini? Kenapa gak ikut jelajah alam?" Tanyaku penasaran.

"Tadi zendra sakit perut nia, jadi males mau ikut jelajah alamnya juga!" Katanya berbisik, takut keberadaannya diketahui orang lain.

"Alesan aja loe!" Bantahku sambil menyentil jidatnya.

"Ih beneran nia!" Jawabnya ngeyel, ia celingukan "yang lain belum pada datang ya? Kok nia udah ada di sini?"

"Oh itu tadi dinda sakit jadi gue bantuin kak febri bawa dia ke UKS.

"Dinda sakit? Sakit apa? Dimana dia sekarang?" Tanyanya seperti wartawan ketinggalan berita.

Aku langsung mendelik "satu-satu nanyanya!"

"Iya maaf, sok jawab aja!" Tanyanya dengan logat sunda yang kental.

"Lagian loe tuh ya katanya suka sama dinda, tapi sampe sekarang gak ada perkembangannya. Padahal udah gue bantu kenalin dia ke loe sampe dia akhirnya bisa pulang bareng sama loe." Aku melirik kesal "bener-bener loe ya!"

"Iya maaf nia, zendra belum siap. Zendra takut ditolak sama dinda ey!"

"Belum apa-apa udah nyerah duluan, payah loe jadi laki-laki!"

"Bantu zen lagi dong nia!"

"Minta bantuan mulu loe ah, males gue. Percuma gue bantu berkali-kali juga kalau loe sendiri gak ada usahanya!"

Dia terdiam sejenak, berfikir.

"Ya udah nanti malam zen mau ungkapin perasaan zen ke dinda" Katanya kemudian.

"Nah gitu dong! Itu baru temen gue!" Jawabku bersemangat mendengar jawabannya.

Semoga dinda mau menerima zendra. Setidaknya agar dinda bisa secepatnya melupakan kak wito yang menyakiti hatinya itu dan bisa mendapatkan cinta yang layak yang selama ini gak pernah ia dapatkan dari orang terdekatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Manis Masa Sekolah   EPILOG

    Perpisahan itu nyata adanya. Kehilangan orang - orang dalam hidup adalah kebiasaan yang tidak pernah membuatku terbiasa.Aku hanya orang biasa yang tidak mampu menahan beban kerinduan dari sebuah kata yaitu PERPISAHAN.Aku menulis buku ini sebagai sebuah penghormatan juga pengenang untuk orang - orang yang pernah hadir dengan baik dihidupku.Memberiku suka dan duka, tawa dan tangis yang sampai 16 tahun ini masih aku ingat dengan baik.Alur ceritanya memang tidak semuanya sama. Karena aku hanya mencoba mengulang yang ada dalam ingatanku yang sudah tidak terlalu baik ini.Mungkin bagi yang lain, di sepanjang hidup mereka, Tuhan masih menyisakan beberapa sahabat terbaik untuk bersama mendampingi hingga akhir usia. Berbeda denganku yang benar - benar harus kehilangan semuanya tanpa tersisa.Aku harap dengan buku ini, aku dapat mengingat semua orang - orang terbaik dalam hidupku terutama saat aku berada di masa peralihan dari anak - anak menuju dewasa.Sejujurnya dari masa SMK lah semua ke

  • Cinta Manis Masa Sekolah   63

    Malam itu setelah aku kembali dari tahlilan 40 harian mendiang kak wito, aku baru ingat kalau malam ini ada janji bertemu dengan Gugun. Begitu sampai rumah aku kembali berpamitan kepada mama untuk pergi menemui Gugun yang mungkin sudah menungguku di halte.Aku sedikit berlari agar dapat cepat sampai di halte. Aku melirik pada jam tanganku dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Sedikit gak yakin jika Gugun masih menungguku di halte bis yang aku janjikan.Nafasku terengah - engah karena sudah berlari cukup jauh, tetapi usahaku gak sia - sia karena ternyata Gugun memang masih menungguku di sana."Maaf gue baru datang, udah lama nunggunya?" Tanyaku begitu sampai di halte."Saya nunggu kakak dari jam 7 malam di sini. Saya kira kakak gak akan datang""Loe gila nungguin gue sampai 2 jam? Kenapa loe gak pulang aja sih?""Saya takut saat saya pulang kakak malah datang dan ngira saya bohong karna gak menemukan saya di sini. Jadi saya tunggu, saya fikir saya akan tetap menunggu sampai jam 12 m

  • Cinta Manis Masa Sekolah   62

    "Loe bener - bener ya, masa minta mantan gue buat traktir kita" aku mendumel kesal begitu kami berjalan kembali masuk ke sekolah."Ya biarin aja sih lagian Esha juga ikhlas kok traktir kita. Kali aja loe jadi bisa mempertimbangkan buat dia jadi pacar loe lagi" jawab Eka santai."Gak ya klo harus balikan lagi sama mantan. Kecuali....""Zendra? Ah bosen gue dengernya""Perasaan gue masih banyak banget buat dia, Ka""Udahlah lupain soal dia. Mending loe pacarin tuh adik - adik kelas biar loe makin populer" Eka menjeda ucapannya sebentar, membuatku penasaran "Populer dengan total mantan terbanyak haha" Eka terbahak meledekku."Sialan loe" Aku mengeplak lengan Eka.Memang dia pikir semudah itu aku bisa berganti hati, meskipun aku memang bisa melakukannya apa bisa menjamin dengan memacari sembarang orang sebagai pelampiasan bisa membuatku cepat move on."Oh iya loe nanti ikut kegiatan pramuka enggak?" Tanyaku teringat bahwa hari ini sudah hari jumat dan sekolah kami rutin mengadakan kegiata

  • Cinta Manis Masa Sekolah   61

    Matahari siang cukup terik membakar tubuhku. Perjalanan dari sekolah menuju rumahku gak melulu dipayungi oleh pepohonan. Terkadang aku juga melewati lapang gersang dan trotoar yang banyak kios tanpa ada satu pun pohon yang tumbuh di sana.Hari itu aku pulang bersama Eka dan beberapa teman lain. Dan otakku hampir mendidih karena mereka yang terus membahas masalah Gugun yang dihukum berkeliling kelas untuk meminta maaf."Menurut gue parah sih si hendrik. Dia udah kelas XII pikirannya masih aja lemot" Ucap Nina yang saat itu berjalan bersama kami. Dia adalah siswi dari kelas akutansi."Iya jahat banget si Hendrik apalagi ya ampun gue gak tega liat cowok ganteng dihukum begitu" Sahut Eka dengan nada manja."Tapi menurut gue ada benernya juga kok Hendri hukum adik kelas begitu biar gak ngelunjak" Mira malah mengompori."Gak bisa gue gak terima kalau hukumannya dengan cara begitu. Dulu aja waktu angkatan kita gak ada tuh kakak kelas yang menghukum adik kelasnya begitu" Balas Nina.Aku yang

  • Cinta Manis Masa Sekolah   60

    Aku menuju kantin dan memesan sesuatu di sana. Sejak kelulusan Kak Febri, aku gak kesulitan memesan makanan di kantin meskipun kondisi kantin dalam keadaan penuh sesak. Pelayan kantin selalu mendahulukan pesananku untuk tiba lebih dulu. Kemudahan yang aku dapat itu, aku yakin gak lepas dari campur tangan kak Febri, karena hanya dia yang selalu didahulukan oleh penjaga kantin saat memesan sesuatu. Sambil menunggu aku duduk di kursi tempat biasa kak Febri duduk di sana. Ajaibnya sejak dia gak ada di sekolah ini pun kursi itu selalu kosong gak ada yang berani menempati."Hai kak... akhirnya kita dipertemukan lagi" Gugun berdiri di depanku."Eh... iya...kita udah beberapa kali ketemu yaa hari ini""Tiga kali kak, mungkin sampai kita pulang nanti akan bertambah" Katanya tersenyum padaku."Mm mungkin. Gue sering mondar - mandir di sekolah ini jadi wajar kalau loe bakal sering ketemu gue. Siap - siap aja buat bosen ngeliat muka gue""Saya gak mungkin bosen lihat wajah kakak, justru sebalikn

  • Cinta Manis Masa Sekolah   59

    Angin di awal bulan juli berhembus dengan sejuk. Desirannya menggoyahkan dedaunan dan pepohonan yang tumbuh di sekitar gerbang sekolahku. Sinar mentari hadir ke permukaan bumi dengan leluasa tanpa penghalang, membentuk bayang - bayang di atas jalan berbatu tempat yang aku pijak kini.Aku berdiri di sini, di atas jalan berbatu beberapa meter di depan gerbang sekolah. Melihat beberapa motor melintas memasuki gerbang sekolah. Beberapa hari yang lalu, tempat ini menjadi tempat untuk saling berucap sampai jumpa dan salam perpisahan dengan orang - orang yang pernah dekat denganku. Di sini tempat pertama kali aku bertemu dengan Kak Wito dan di tempat ini pula lah kami mengakhiri pertemuan kami untuk selama - lamanya.Hari perpisahan memang hari paling menyakitkan sedunia. Satu hari yang amat berharga dari 365 yang ada dalam setahun. Beberapa jam yang mewakili keakraban yang terjalin selama ini dan sekarang mereka sudah benar - benar pergi.Aku berdiri di sini, berusaha mengingat segala hal y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status