Share

Awan Mendung, Hujan Sediakala

last update Last Updated: 2025-05-19 00:13:15

"Kalian belum lihat jika dia berbicara dengan Cassiel, itu lebih lucu lagi," ledek Rigel.

Adriel memerah. "I-itu karena Cassiel bayi, jadi aku harus bertingkah seperti bayi juga," sahut Adriel. Adriel segera mendeham untuk menjaga martabatnya sebagai Raja. Sebenarnya malu mengakui sikapnya jika bersama istri. "Jadi, kebetulan karena aku juga menjeguk kalian, aku ingin membicarakan sesuatu dengan tim kecil kita ini," ucap Adriel.

"Kalau begitu, mari kita masuk dulu, Sayang." Rigel menggandeng lengan Adriel sembari membawanya masuk ke dalam markas.

Sikap keduanya membuat Anna terkekeh kecil sembari berlari menyusul Adriel dan Rigel. Kendrick semula hendak berjalan masuk juga namun sejenak ia menoleh mendapati Aki yang masih berdiam diri seolah memikirkan sesuatu.

"Kenapa? apa kau tidak mau masuk?" tanya Kendrick.

Aki menggeleng. "Kenapa rumor miring mengenai Permaisuri seperti mencuci otak Master agar menjadi Permaisuri? kupikir dia bukanlah wanita seburuk itu," jawab Aki.

Kendrick ter
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tetaplah Saudara

    "Engh ... aku, aku harus menyelamatkan dia," ucap Rigel yang tiba-tiba saja sadar dari pingsannya. Ia berada dalam gendongan Harlan yang hendak membawanya pergi. "Hentikan, Harlan ... Ascella bisa mati jika berhadapan dengan Adriel yang sedang mengamuk," ujar Rigel sembari meremat mantel jas milik Harlan. Tidakkah ia tahu jika Harlan sedang mencoba menculiknya juga? Rigel tak memerdulikan dirinya lagi. Ia memelas pada Harlan agar menurunkannya. Semua itu karena hati milik Rigel yang secerah bintang. Harlan sempat terdiam padahal satu langkah lagi mereka akan masuk ke dalam pesawat tempur yang sudah ia siapkan sejak awal. "Apakah aku harus melepaskanmu lagi?" tanya Harlan lirih. Rigel mengangguk sembari meraih wajah Harlan kemudian membelainya. "Berkali-kali kau coba untuk menjauhkanku dari Adriel, maka berkali-kali juga Adriel akan mengejarku." Rigel menjawab sembari melingkarkan kedua tangannya pada leher Harlan untuk memeluk Pria Malang itu. "Aku ... menganggapmu sebagai kakakku,

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Kau Merampas Semua Milikku!

    "Namun dia tak pernah lelah untuk belajar memahami," sahut Rigel. Brakkkkkk! Pintu mansion seketika terbuka lebar menampaki sosok Pria berambut pirang berdiri dengan murka. Satu jentikan tangannya langsung membuat seluruh benda-benda di mansion melayang-layang. Ascella yang tahu jika akan terjadi ancaman langsung menguarkan bayangannya. "Kembalikan istriku!" bentak Adriel menggelegar ke seluruh penjuru mansion. Rigel langsung membelalakkan kedua matanya menatap hadirnya Sang Suami yang sangat ia rindukan. "Adriel!" teriak Rigel sembari hendak berlari menghampiri Adriel bahkan tangan kanannya sudah menjulur untuk meraih Sang Suami. Seketika saat itu pula seluruh isi mansion dipenuhi oleh kabut hitam yang tebal. Kabut tebal itu menutupi pandangan Rigel terhadap Adriel. Sosok suaminya itu juga perlahan-lahan terhalang kabut dan Rigel terus meneriaki namanya dengan frustasi. Belum lagi sepasang lengan kekar Harlan memeluknya dari belakang atau bahkan sengaja menahan tubuhnya. "Rigel

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cahaya yang Tak Bisa Disangkal

    "Omong kosong apa lagi itu?" celetuk Rigel.Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Nak, maafkan semua dosa yang kuperbuat ... kau adalah masa cemerlangku dan saudaramu adalah masa tergelapku, kuharap kau bisa memaafkan perbuatannya padamu." Pria itu berucap dengan lembut. "Itu tidak ... tidak mungkin," sahut Rigel dengan kedua mata membelalak terkejut. "Ascella lahir dari ketidak sengajaanku bahkan ibunya mati bunuh diri usai melahirkannya, jadi ... dia bayangan tergelapku, sementara kau adalah permata paling cerah ... sangat cerah bahkan tak bisa disangkal," ucap Pria itu sembari melangkah mendekati Rigel kemudian memeluk Rigel dengan erat. "Tidak ada yang bisa menyangkal cahayamu, jika kau mau bahkan kau bisa membuat kegelapan itu sendiri, percayakan semuanya pada hatimu, Nak." Rigel mengepalkan kedua tangannya karena menahan perasaan yang berkecamuk. "Lahir dari ketidaksengajaan katamu, ha? jangan konyol!" bentak Rigel sembari berteriak. Seketika seluruh energinya menguar membuat hem

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Buah Delima

    Malam pun telah tiba tepat pukul dua belas malam Rigel terbangun dari tidurnya. Ia memandangi kedua tangan yang masih dirantai. Rigel sudah kehilangan kekuatannya selama satu bulan ini tepat saat ia tiba dikediaman itu. Rigel masih tidak tahu alasan dari hilangnya kekuatan miliknya. Jika saja masih memiliki kekuatan, Rigel pasti dengan mudah kabur melarikan diri dari Mansion ini. "Aku benar-benar tak berguna," ucap Rigel merutuki dirinya sendiri. Rigel yang malang, tak pernah lagi tersenyum melainkan murung. Ia masih cantik namun tak lagi bersinar. Ketika tengah termangun melamuni nasibnya yang lara belum lagi merindukan sosok anak dan suaminya. Pintu berdecit terbuka menampaki sosok Ascella yang datang membawa segelas jus buah delima. Rigel tidak mengerti alasan Ascella terus memberinya jus serupa setiap malam tapi untuk menolak pun sulit karena Ascella tidak akan segan untuk memaksa Rigel meminumnya. Rigel memalingkan wajahnya. "Pergi! kau hanya bedebah bajingan yang menjual kebeb

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tak Tentu Arah

    Bagaikan sebuah barang curian. Rigel sudah sebulan dirantai pada kedua tangan dan kakinya. Rantai itu mengikat dengan ranjang kasur meski longgar tapi jangkauannya terbatas hanya sampai pintu kamar. Rigel tak bisa keluar atau melarikan diri bahkan kekuatan amukan dan healing miliknya redup secara tiba-tiba. Rigel hanya bisa memandangi langit dari jendela kamar yang terbuka. Kesehariannya makan, tidur dan membaca buku-buku yang ada di kamar ini. Kesehariannya juga dibantu oleh pelayan muda bernama Irene anak dari Si Pelayan Senior Tua itu. "No-nona ... Saya membawakan sarapan," ucap Irene takut-takut. "Kemana Pria Keparat itu?" tanya Rigel garang. "Tuan Ascella pergi ke Kerajaan New Neoma," jawab Irene masih gugup namun mencoba mendekati Rigel. Ia meletakkan makanan di atas nakas meja. "Tidakkah kau tahu siapa aku?" tanya Rigel lagi. Irene mengangguk gugup. "Anda Permaisuri dari New Neoma," jawab Irene. Rigel tertawa hambar. Semula ia perempuan ceria dan hangat. Rigel jadi Ibu ya

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Menghilang

    Kedua bahunya menaik tak acuh. "Peduli bodoh, seorang Assasin sepertiku hanya diperlukan jasanya, beruntung Klien kali ini tak meminta kematianmu namun meminta hidupmu," ucap Pria itu sembari melamun. Kereta yang ia tumpangi tiba di Kota Morrow saat subuh hari. Pria itu mendengkus kesal karena Rigel tak kunjung sadar, jadi ia menggendong tubuh Rigel namun setelah ia menutupi tubuh dan kepalanya dengan jubah hitam miliknya. Pria itu sempat terdiam tegang saat sang masinis kereta juga turun di dari kereta. Si Pria tersenyum. "Istriku mabuk kendaraan, ia terlelap sepanjang perjalanan," ucap Pria itu."Wah, wah, kalau begitu selamat datang di Kota Morrow, oh, iya, apakah Anda sudah dapat penginapan? kasihan sekali Nona itu, dia pasti lemas," ucap Masinis."Tentu, kami sudah memesan penginapan jauh-jauh hari, kalau begitu selamat pagi Tuan Masinis," sahut Pria itu sembari menggendong tubuh Rigel beranjak pergi dari stasiun kereta api. Pekerjaan beresiko tinggi seperti ini tak jadi hamba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status