Aurora Jasmeen tertarik untuk menaklukan Dante Andromeda. Ketua OSIS yang terkenal itu membuat Aurora tertantang karena lagak judes dan tatapan arogannya. Tapi siapa sangka, Dante si cowok Nerd paling menyebalkan di sekolah malah menjelma jadi orang yang tidak terbayangkan di kepala Aurora. "Awalnya cuma main-main aja, tapi kok... Malah jadi kerasa nyata?" -
View More--
Siang itu. Di taman belakang sekolah, seorang gadis berseragam putih abu-abu memberanikan diri untuk bertanya. Tidak, bukan hanya sekedar bertanya. Lebih tepatnya ia mengajak, atau mungkin normalnya itu menawarkan sebuah kesepakatan dalam hubungan.
Sebagai salah satu dari banyaknya remahan rengginang yang mengagumi sosok paling berbahaya pesonanya di seantero sekolah ini, Aurora tentu bisa dibilang nekat.
Laki-laki yang sedari tadi fokus membaca buku di tangan pun mendongak, kerut di dahinya tak dapat disembunyikan, menandakan kalau ia terganggu. Mengedar pandangan ke sekeliling taman, memastikan kalau gadis berponi depan yang terlihat pucat ini benar-benar bicara padanya. Setelah yakin kalau ia yang ditembak laki-laki itu pun menghembuskan napas pelan.
Oke. Bukan itu yang penting. Aurora lebih memfokuskan mata untuk tidak menyia-nyiakan bagaimana indahnya paras sang rupawan, laki-laki itu dengan matanya yang tajam memancarkan sorot penilaian tanpa repot-repot menyorot tubuh Aurora dari atas hingga bawah, hidungnya yang mancung, rahangnya tegas, bibirnya terbuka sedikit terbuka dan terlihat cukup... Seksi.
Aurora meneguk ludah ketara. Gadis yang rambutnya dikuncir separuh itu mengedip cepat. Ketara sekali kalau sedang menahan gugup, apalagi dengan bulir keringat yang mulai muncul di pelipisnya, membasahi sebagian poni yang menutupi kening.
Laki-laki berkacamata itu memiringkan badan, membuat Aurora bisa melihat dengan jelas pawakan matang dari teman seangkatan yang levelnya terlalu tinggi itu.
Kok dadanya bisa bidang banget sih! Itu pundak kenapa kayak papan beton? Dia pake Semar Mesem pasti, positif, Rora tiba-tiba ingin bersandar!
"Kita pacaran kalo Lo bisa jawab lima pertanyaan dari gue," ujar laki-laki itu kemudian. Suaranya dalam, agak serak dan itu mampu membuat lutut Aurora lemas. Apalagi dengan tatapan matanya yang tajam tak lepas menatap mata Aurora. Sungguh tidak masuk akal untuk ukuran anak SMA.
Seperti tidak perlu kalimat basa-basi sama sekali.
Aurora mengangguk kaku. Jemarinya meremas tepian rok span yang ia gunakan.
Lelaki berambut hitam legam itu menutup buku yang ada di tangannya, suaranya tidak ramah namun juga tidak terdengar judes, selalu seperti ini, sebiasa ini. Tanpa emosi berlebih.
"Raja pertama kerajaan Majapahit?"
Aurora mengedip lambat.
Mungkin sudah menjadi rahasia umum kalau laki-laki itu merupakan seorang pelajar yang berhasil. Langganan rangking satu tiap semester, selalu ikut olimpiade dan menang juga, terkenal ambisius, tidak terkalahkan, tidak mudah didekati. Dan tentu, lelaki yang seperti itu tidak sulit mendapatkan perhatian dari lawan jenis.
Para gadis suka laki-laki tipikal tokoh fiksi begini.
Dan sudah menjadi rahasia umum juga kalau dia selalu menanyakan pertanyaan itu disaat ada cewek yang mengajaknya berkencan.
Lima pertanyaan. Kalau berhasil. Mereka pacaran.
Sayangnya hingga saat ini. Belum ada satu pun cewek yang bisa menjawab lima soal yang Dante berikan dengan benar. Beberapa sudah kalah di pertanyaan nomor satu, beberapa lagi kalah di pertengahan. Intinya, belum ada yang bisa menjadi pacar laki-laki yang terkenal sebagai sexy nerd ini.
Aurora meringis. Jantungnya berdetak keras sekali. Tak berapa lama Aurora melebarkan mata, dengan yakin ia menyerukan satu nama.
"Bandung Bondowoso!"
Apa?
Jangan terkejut.
Sudah rahasia umum juga kalau Aurora Jasmeen merupakan golongan murid dengan peringkat satu tingkat diatas kerak bumi. Berani-beraninya cewek yang rangking terakhir di sekolah mengajak Dante Andromeda berpacaran!
--
“Dia cowok gak bener, Ra. Percaya sama gue!” Please deh, sudah berapa hari berlalu tapi Cassy masih saja gencar menguliahi Aurora tentang ‘teori negatif’ yang dia pikirkan tentang Dante. “Ceweknya galau, nangis darah, sampe mogok makan berhari-hari gara-gara dia tapi bukannya ngerasa bersalah atau paling enggak minta maaf tulus, dia justru datang pake muka lempeng!” Setelah Aurora dipaksa untuk bercerita secara detail apa saja yang terjadi hari itu saat Dante datang ke rumahnya, Cassy tidak juga berhenti mengumpat pada Dante dan kekeh mengatakan kalau ada yang salah dengan cowok itu. Aurora tahu betul lelaki macam apa yang digemari Cassy, dan Dante adalah segala kebalikannya, maka wajar saja jika dia tidak menyukai Dante dan punya praduga pada cowok itu. “Apaan sih, Cassy, udah deh. Dante emang gitu sifatnya, bukan berarti dia aneh atau gimana,” balas Aurora ringan. “Jatuh cinta emang bikin goblok ya,” celetuk Cassy dengan hela napas berat. “Tadi Lo sendiri loh yang bilan
“Jelek.” Cewek berkaos hitam yang semula cemberut menatap pot bunga sembari bersidakep tanpa berniat menggubris cowok tinggi yang ada di depannya itu langsung mendongak. Dia memicing dan membuat kelopak matanya yang bengkak terasa sakit, tetapi dia tidak peduli. Satu-satunya yang dia pedulikan adalah fakta bahwa cowok ini dengan tidak tahu dirinya mengomentari penampilannya yang sedang tidak baik-baik saja saat ini. Memangnya salah siapa Aurora jadi berantakan begini? Salah Dante lah! Siapa pun orang di dunia ini, hanya Dante seorang yang tidak boleh mengomentari Aurora tentang penampilannya. “Mau ke mana?” tanya Dante sembari mencekal pergelangan tangan Aurora saat cewek itu berniat masuk kembali ke dalam rumah dengan langkah yang sengaja dihentakkan. Lekas-lekas Aurora melepaskan cekalan tangan Dante darinya, mendesis risih. “Ya ngapain Lo mau ngomong sama cewek jelek! Pergi sana yang jauh gak usah balik, sialan!” umpatnya kesal. “Ra,” panggil Dante lembut. “Bercand
“Stop!!!” Napasnya tersengal. Dia yang habis berlari menuruni tangga dengan dua kaki yang tidak pernah digunakan untuk olahraga itu merentangkan tangannya selebar mungkin, berusaha menyembunyikan si cowok gede tinggi yang sedang diinterogasi oleh seluruh member keluarganya. Aurora mengerjapkan matanya cepat-cepat, dia menelan ludah alot ketika menyadari bahwa sikapnya yang bagai wonder woman kesiangan ini akan sangat merugikan dirinya sendiri. “Ngapain kamu?” ujar Samuel dengan kernyit kesal. “Minggir!” “Jangan anarkis, Abang!” jerit Aurora kencang. Dia mendorong dada Samuel dan kemudian memeluknya erat-erat. “Dante gak salah apa-apa kok, ini semuanya kejadian karena aku yang paksa.” Sementara itu, di samping Mama Janela, Ares yang dari tadi slengean pun menyeringai tengil. “Kebanyakan drama! Udah onty gak usah gubris Rora, bawa itu cowok ke kentor polisi aja!” Kompor telah dinyalakan, dan agaknya, panci berisi air panas yang tadinya masih hangat dan masih cukup tenang se
“Terus elo pulang gitu aja waktu Dante selesai jelasin?” pertanyaan itu terdengar, Aurora yang semula sibuk membenamkan wajah ke bantal pun mengangkat wajahnya.Memperlihatkan muka pucat berpadu rona merah di sekitar mata, hidung dan bibirnya, habis menangis meraung-raung seperti anak kecil.Sesi curhat dengan teman-temannya dilakukan, penggilan grup berisi tiga orang itu terdengar berisik karena Alda dan Cassy bicara saling menyahut menanggapi kisah pilu percintaan Rora Jonggrang yang ogah ditinggal merantau.“Gue punya manner kali,” sahut Aurora sengau, dia menangis sampai hidungnya mampet. “Gue tetep di sana buat ngehargain bunda Wilo, tapi gua enggak ngomong sama sekali ke si kampret mata empat, kesel banget!”“Cinta emang serem ya, enggak bisa ditebak. Padahal kemarin elo masih excited banget waktu lihat Dante, sekarang ngatain kampret.”Alda menyindir Aurora.“Ntar Alda, tungguin aja, kalo sampe nanti elo jatuh cinta dan patah hati, Lo juga bakal tahu rasanya.”“Takut,” balas Al
-Kaki berbalut sepatu bertali itu menginjak rem dengan hati-hati, sementara cowok berkacamata itu melirik ke samping, lalu saat polisi tidur itu terlewati dia menekan gas dengan sangat pelan pula.Sementara Aurora sibuk meneliti riasan wajahnya di pantulan cermin, memeriksa bahwa dandanan yang dia pakai tidak berlebihan untuk menyapa bunda Wilona, semula dia menggunakan riasan viral ala si seksi Madison Beer— baru membuat video tutorial untuk di upload karena kemarin video make up tutorial Adriana Lima lumayan ramai. Tapi berhubung Dante tiba-tiba mendatanginya dan berniat membawanya bertemu bunda, Aurora berpikir kalau dandanan yang minim akan meninggalkan kesan pertama yang lebih mantap.Jadi dia menghapus riasannya dan memulai melukis wajahnya dari awal.“Ini pipinya kemerahan enggak?”Dante menoleh, menatap pipi gembul Aurora di antara wajah ayu yang tenteram itu.Dia berkedip beberapa kali, mengulum bibir sendiri dan akhirnya menggeleng.“Enggak.”Dia sama sekali tidak
“Alda, kok kayaknya gue agresif banget ya ke Dante.” Alda melirik sekilas. “Lah, baru sadar?” “Ish!” selak Aurora kesal. Dia cemberut, menempelkan dagunya ke tangan yang terlipat di atas meja kafe. “Padahal yang gue lakuin wajar tahu, kita cuma terlalu beda sifat aja. Kalo misal cowok lain punya pacar kayak gue— bukan maen hoki dia, lah Dante malah takut sama gue.” “Emang Lo ngapain aja?” tanya Alda kemudian, masih agak ogah menatap Aurora, sibuk scroll ponsel yang sudah pasti isinya oppa-oppa. “Gue sering touch-touch dia, hampir nggak pernah lepas, gandengan tangan, ngelendot, kadang juga peluk kalo berdua.” “Kemarin gue lihat Lo peluk dia di depan umum,” sahut Alda tak terima, ada apa dengan imbuhan berdua itu? Di depan umum juga dia tidak rikuh peluk-pelukan. Aurora mengibaskan tangan tak peduli. “Ya pokoknya gitu doang, kok. Nih ya. Dia tub— enggak pernah cemburu sama gue, jadi gue ngerasa kayak cinta sendirian.” Suara Aurora terdengar sedih, merasa kalau curhatan cewek temb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments