Share

Patah Hati Belum Usai

last update Last Updated: 2025-01-19 18:26:02

"Ada remahan cokelat disini," ucap Adriel sembari mengusap ujung bibir Rigel. Pria itu menatapnya dengan dalam. 

Rigel jadi tertegun saat kedua mata biru Adriel yang cerah itu beradu tatap dengannya. "Cantiknya," ucap Rigel tanpa sadar memuji Adriel. Tidak mengherankan jika Adriel bagaikan seorang pangeran berkuda putih. Tampang dan kedua matanya sangat cerah nan indah. 

"Apakah begitu?" Adriel semula tak mau menapaki keterkejutannya karena pada nyatanya Rigel yang lebih dulu mendekati dirinya. Adriel bahkan merasakan dadanya yang berdenyut cepat kala Rigel memujinya. Ketika hendak berbincang dengan Rigel lagi, Adriel justru menatap Rigel yang telah berjalan keluar.

Rigel hanya berdiri di hamparan padang rumput seorang diri. Rigel memejamkan kedua matanya karena sedang menikmati angin sore yang bertiup sepoi-sepoi. Ketika senja nyaris berpisah, langit magenta petang dan Adriel yang ikut terdiam memandangi mahluk ciptaan Tuhan yang indah itu. 

Tatapan sepasang mata biru itu memuja Rigel yang punya keindahannya sendiri. Saat Adriel hendak mendekati Rigel tapi Gadis itu lebih dulu membalikkan tubuhnya untuk menatap Adriel. "Apa Anda baik-baik saja Nona?" tanya Adriel saat menatap Rigel yang sedang menangis itu. Adriel menatap Rigel cemas, setelah insiden yang menimpa Rigel jelas saja membuat Pria itu lebih khawatir tapi Adriel harus bersikap biasa karena tak mau Rigel sampai tahu jika dialah penolongnya saat itu.

Rigel segera menggeleng. "Tidak seharusnya aku seperti ini, maaf, aku terbawa suasana," jawab Rigel dengan suara parau akibat bercampur dengan isak tangisannya. Rigel hanya masih merasa sedih dan patah hati, sedih karena kehilangan calon bayinya dan patah hati akibat masih teringat dengan mantan kekasihnya itu.

"Baiklah aku mengerti." Adriel menatap dari ekor matanya jika tidak hanya mereka berdua yang ada di padang rumput ilalang ini. Hawa keberadaan orang lain mulai terasa dan sayangnya gejolak dari Orang itu tidak terasa bersahabat jadi Adriel langsung menarik Rigel dalam pelukannya. 

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rigel saat wajahnya terbenam dalam dada atletis Adriel. Saat Rigel hendak menanggahkan tatapannya. Tangan kiri Adriel terasa mengelus puncak kepalanya. Adriel seolah tak membiarkan Rigel untuk menoleh.

Berbanding terbalik dari Adriel yang telah merogoh pistol dari saku mantel kanannya. Tatapan mata Adriel jadi tajam kala ia sibuk menembaki seorang Pria misterius yang sedang mencoba mencelakai Rigel. Gerakan Pria itu yang cepat tak menumpulkan tembakan dari Adriel meski Pria itu senantiasa berhasil menghindari tembakannya. Beruntung pistol itu aktif dengan fitur redam sehingga suara tembakan tak didengar oleh Rigel.

"Maaf tapi kurasa aku harus segera menghantarmu pulang ke rumah," ucap Adriel usai berhasil mengusir Pria Misterius itu. 

"Aku memang akan pulang tapi kau tak perlu repot-repot untuk menghantarkanku ...," ucap Rigel terjeda karena Adriel langsung memotong ucapannya.

Adriel menggeleng dengan cepat. "Tidak perlu, aku akan membawamu pulang," sahut Adriel. Dia langsung menggengam tangan Rigel dan membawanya ikut serta menjauh dari padang ilalang itu. "Jangan kemari seorang diri, pokoknya jangan." Adriel berucap dengan khawatir pada Rigel lagi.

"Kenapa tiba-tiba seperti ini?" tanya Rigel diiringi kekehan manisnya. 

Saat sudah tiba di halaman belakang Gedung Tyre keduanya langsung saling mematung. Rigel tersenyum sambil mengangguk meski sebenarnya dia tak mengerti kenapa Adriel tiba-tiba jadi khawatir padanya. "Aku baik-baik saja, terima kasih Tuan Adriel," ucap Rigel.

"Kalau begitu aku akan pulang sendiri saja."

"Tidak, aku sudah katakan jika akan menghantarmu." 

Rigel mematung karena Adriel terus memaksa akan mengantarnya pulang. "Dengar, aku ini tidak mau merepotkanmu," ucap Rigel tegas. 

"Maaf ini salahku karena tiba-tiba bersikap seperti ini tapi ketahuilah, aku hanya mau membantumu karena saat ini tidak ada yang aman lagi." Adriel berucap sambil menghela napas. Sebenarnya dia tak mau memaksa Rigel karena khawatir membuatnya takut tapi baru saja Rigel nyaris celaka jika bukan karena dia yang kebetulan bersama Rigel.

Adriel beralih berjalan mendekati sepeda motor sport hitam miliknya yang menunggu di halaman belakang gedung. "Naiklah, setidaknya ini akan mempersingkatmu untuk kembali ke rumah dengan cepat," bujuk Adriel. "Kumohon jika tidak ini akan jadi petaka bagimu lagi," batin Adriel. Dibalik wajahnya yang datar tapi gemuruh perasaannya sedang gelisah.

"Baiklah, aku terima kebaikanmu Tuan," ucap Rigel. 

Adriel tersenyum lebar sambil memberikan helm padanya. "Lebih baik Anda yang memakainya," ucap Adriel kini memakaikan helm pada kepala Rigel bahkan merekatkan pengaman pada dagunya. "Naiklah," suruh Adriel bernada lembut.

Rigel mengangguk gugup karena perasaannya jadi menderu. "Tidak perlu sampai seperti ini, bisa membuat terbalik jadi Tuan yang kena bahaya," ucap Rigel. 

"Lebih baik daripada Nona yang jadi penarik perhatian," sahut Adriel sambil menghidupkan motornya. "Berpengan karena itu lebih aman." Adriel menganjurkan agar Rigel setidaknya memegang pinggangnya saat menaiki motor yang berboncengan ini.

Rigel kini percaya dengan ucapan Adriel karena saat sampai di jalanan raya. Sorotan wajahnya banyak ditampilkan pada monitor-monitor kota. Terkenal akibat jadi kekasih simpanan dari orang tersohor seperti Kapten Harlan Zidane dan tunangannya Julia Violens, banyak liputan miring tentangnya.

"Ah, jadi parah," gumam Rigel sembari menghela napas. 

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Adriel cemas pada Rigel yang sedang ia boncengi itu.

Rigel menggeleng. "Semuanya baik-baik saja," jawab Rigel.

.

.

.

"Naiklah," suruh Adriel bernada lembut.

 "Tidak perlu sampai seperti ini, bisa membuat terbalik jadi Tuan yang kena bahaya," ucap Rigel. 

"Lebih baik daripada Nona yang jadi penarik perhatian," sahut Adriel sambil menghidupkan motornya. "Berpengan karena itu lebih aman." Adriel menganjurkan agar Rigel setidaknya memegang pinggangnya saat menaiki motor yang berboncengan ini.

Sepasang mata hijau sedang memandangi dari kejauhan. "Semudah itu kau berpaling," ucap Harlan yang ternyata sedari tadi memerhatikan Rigel. Semua itu karena dia baru saja hendak meninggalkan gedung Tyre namun berpas-pasan dengan Rigel yang sedang bersama pria lain.

"Aku tidak menyangkanya," ucap Harlan sambil mengepalkan kedua tangannya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Semuanya Terasa Runtuh

    "Yang Mulia, aku tidak menemukan keberadaan Permaisuri di seluruh penjuru istana," ucap Kaelar bersama pasukan prajurit yang mendatangi Adriel. Adriel melotot murka. Ia tak terima dengan semua ini. "Cari sampai ketemu!" bentak Adriel menggelegar. Tak usai akan murkanya, ia merutuki semua orang karena wanita yang paling ia cintai lenyap dalam waktu satu malam. "Argh!" erang Adriel sembari menyibak rambut pirang emasnya itu. Ia pun berjalan tergesa-gesa hendak menuju ke gerbang istana. Kedua tatapan biru menyalang dan rahang yang keras. Adriel tak menggubris sapaan setiap orang yang memberi hormat saat ia melintas."Aku tahu dia pasti sengaja melakukan semua ini, Rigel sengaja meninggalkanku!" bentak Adriel yang dikuasai oleh murka dan amarah. Ia menduga usai pertikaian pendapatnya dengan Rigel membuat Wanita itu sengaja meninggalkannya. Ratu kala itu berpas-pasan dengan Adriel. Wanita paruh baya itu menggendong cucunya yang sama gelisah dengan anaknya. "Adriel, bagaimana?" tanya Rat

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Aku tidak Perduli Jika Ini Hanya Kegagalan

    "Terus saja omong kosong," celetuk Rigel."Hal seperti itu tidak bisa kau dapatkan di bumi, semuanya sudah rusak, aku memahami cintamu pada tanah kelahiranmu tapi bisakah kau memikirkan masa depan Cassiel?" tanya Adriel yang membuat Rigel tertohok. "Apa ... apa yang sedang kau coba katakan?" tanya Rigel menatap langsung wajah Adriel yang ada disebelahnya. Rigel tertegun, biasanya Adriel hanya menatap dingi atau biasa saja. Jarang sekali wajah rupawan itu memasang ekspresi emosionalnya.Berbanding terbalik dengan Adriel yang menatap Rigel. "Aku berusaha memikirkan anak kita sebagai orang tua," ucap Adriel lagi."Kau coba mengatakan jika, lebih baik aku meninggalkan bumi dan membiarkan bumi semakin hancur?" tanya Rigel. Adriel tak bergeming. Percuma menyembunyikan niatan aslinya karena memang itulah kehendak Adriel. Ia mau anak dan istrinya bersamanya. "Benar, itulah yang aku mau." Adriel menjawab dengan tegas. Ia tak perduli jika harus bertikai lagi dengan Rigel. "Beri aku waktu," p

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Selalu Disalahkan Keberadaannya

    "Tapi aku Si Penawar ada di sana!" teriak Rigel cukup keras. Ia muncul di tengah-tengah pintu yang terbuka lebar. Dia memakai gaun biru tua panjang dengan rambut perak yang tergerai sempurna seolah sengaja menguarkan energi.Tatapan Rigel kala itu menajam menatap suaminya. Ia berjalan mendekati rapat itu kemudian sengaja menancapkan sebuah belati bergagang perak. "Ingatkan pada kekejian leluhurmu," ucap Rigel sinis pada Adriel yang berada diseberang bagian sisi meja yang berlawanan. tatapan Adriel tertuju pada gagang belati itu. Sebuah batu permata merah jadi hiasan gagang itu. Adriel mengenal belati itu. "Kehadiranmu saat ini tidak perlukan dalam rapat, Permaisuriku." Adriel berucap dengan nada lembut. Ia tak mau Rigel dianggap jadi pengkhianat atau ancaman bagi New Neoma karena saat ini para bangsawan juga hadir dalam makan malam. "Kau egois, aku kecewa padamu," ucap Rigel dengan tatapan kecewanya. Rigel pun beranjak meninggalkan ruang makan. Ia berjalan gopoh meninggalkan ruangan

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Lily Of The Valley

    Wanita itu mulai gelisah. "Ampuni Hamba, Hamba sudah mengetuk pintu sedari tadi ... Perdana Menteri memberi izin kemari, Hamba ini ... Hamba Putri dari Earl Mahara, mewakilkan ayah yang sudah tiada untuk memenuhi panggilan Anda Yang Mulia," ucap Wanita itu.Adriel terdiam tampak mengingat sejenak. "Kenapa Earl Mahara tiada?" tanya Adriel yang bahkan tidak tahu."Ayah terkena penyakit, dia tewas karena penyakit itu." jawab Si Wanita."Earl Mahara ... tujuh hari lalu tampak bugar menghadiri rapat panen," celetuk Adriel mulai heran."Ampuni Hamba ... Ayah sudah tiada Yang Mulia." Si Wanita menjawab dengan nada yang pilu. Adriel tak berucap panjang lagi. Ia memberikan sebuah map cokelat berisi lembaran-lembaran yang cukup tebal. Adriel tak berucap kala memberikan map itu. "Kembali setelah kau membaca seluruh isi dari map ini," suruh Adriel. "Baik Yang Mulia," sahut Si Wanita."Dan karena kau sudah jadi pengganti ayahmu, malam nanti rapat diadakan bersamaan dengan makan malam di Istana,

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Penipu Mendekati Raja

    "Woah!" Adriel berdecak kagum usai melihat rekaman Rigel yang sedang menjalankan misi untuk memberantas yang terinfeksi tahap akhir. Adriel menyempatkan diri untuk memantai istrinya disela-sela sibuknya itu karena ia sendiri kesulitan menghubungi Rigel dari New Neoma. Rigel yang menolak akses komunikasi karena sedang sibuk dengan berbagai misi. Adriel menduduki kursi kerjanya. Ia bersandar memandangi langit-langit kantor istana. "Kupikir selesai selama seminggu tapi ini sudah tiga bulan, sial ... penjabat-penjabat kerajaan ini benar-benar sulit dikendalikan karena korup," ucap Adriel tampak lelah. Jenggot tipis sudah tumbuh didagu tirusnya, rambut pirangnya terurai panjang sampai bahu, tampak lesu dan bau. Pria tampan itu sejak kemarin belum kembali hanya untuk tidur dan mandi. "Aku mendengar keluhanmu Yang Mulia," sahut Kaelar dari sambungan komunikasi. Ajudannya itu lah yang jadi penghubung dengan istrinya bahkan rekaman Rigel itu berasal dari Kaelar. "Cassiel, bagaimana?" tanya

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Aksi

    "Ayolah aku tak bisa lama-lama karena rasa kesalku ini bisa membuatku memburu apapun," gertak Rigel berwajah seram.Corrie menaikkan kedua bahunya kemudian menyerahkan koper itu pada Aki. "Nak, aku percayakan benda ini pada kalian, dipakai untuk keselamatan kalian ya," ucap Corrie. Aki meraih koper itu. Ia memasuki helikopter usai Rigel masuk lebih dulu. Aki bisa melihat raut kekesalan Rigel. Jadi Pria itu memilih diam sambil membuka isi koper saat kedua temannya menyusul masuk. Aki menghela napas karena isinya hanya seragam militer biasa dan senjata-senjata api. "Kita tidak akan memakai itu bukan?" sahut Kendrick bertanya. "Kalian memerlukan alat-alat itu karena pasukan team Beta yang seharusnya di lokasi saat ini hilang kabar," jawab Corrie sembari mengendarai helikopter. Saat tiba di sebuah tanda pendaratan. Ia langsung menoleh pada Rigel yang diam waspada. Rigel keluar lebih dulu. "Aki, Kendrick di depan bersamaku, Anna diam di heli bersama Corrie ... jika sesuatu mendekatiku,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status