Share

Cecar Tanya

Penulis: Arta Pradjinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-17 14:18:11

"Baiklah, saat kejadian ledakan itu terjadi dimana apakah kau ingat sedang ada dimana?" tanya Harlan.

"Di depan Gedung Tyre, kau juga ada di sana jika kau lupa," jawab Rigel.

"Apakah kau ingat siapa yang menolongmu saat ledakan itu terjadi?" tanya Harlan lagi.

Rigel terdiam sejenak. Dia tak tahu siapa yang sudah menolongnya tapi Rigel masih ingat lengan yang langsung meraih tubuhnya itu. "Tidak, aku tidak tahu karena kesadaranku langsung hilang," jawab Rigel sembari menunduk. 

Brakkk 

Rigel terkejut kala menatap Harlan yang tampak membanting tumpukan berkas diatas meja. "Persetanan dengan interogasi ini!" bentak Harlan yang langsung beranjak pergi dan keluar dari ruang interogasi tanpa berkata apa pun lagi.

"Kenapa dia? aneh sekali," ucap Rigel yang berbincang sendiri. Interogasi berjalan tidak lancar karena Petugas yang bertanggung jawab telah keluar dari ruangan lebih dulu, maka dari itu Rigel menyusul untuk keluar dari ruangan. 

Saat berjalan keluar dari gedung. Rigel sempat menyandar di salah satu pilar akibat perutnya yang terasa kram dengan sendirinya. Rigel terkejut saat tangan kekar seseorang sedang menyodorkan sebotol air mineral padanya. Rigel segera menatap Orang itu. 

"Apa kau baik-baik saja Nona?" tanya Pria itu.

Rigel segera mengangguk. "Terima kasih," ucap Rigel sambil meraih air botol mineral itu. Rigel segera meminumnya sambil melirik Si Pria. "Saat kecil ibu pernah bilang jika jangan mudah menerima pemberian dari orang asing tapi saat ini aku telah tak perduli lagi pada hidupku," batin Rigel seorang diri. 

Pria itu memandangi Rigel yang usai meminum kemudian melamun cukup lama. Tatapan Rigel yang sendu membuat Pria itu gelisah memandangnya. "Apa dia tidak suka ya minumannya?" Batin Pria itu. Kedua mata birunya memandangi Rigel dalam diam. 

"Ah maaf," ucap Rigel tersentak dari lamunannya. "Belakangan ini aku sedikit lelah." Rigel berucap sambil terkekeh sendiri. Rigel tersenyum menatap Pria bermata biru itu. Rigel yang lebih dulu mengulurkan tangan kanannya. "Namaku Rigel, apa kau baru bekerja disini?" tanya Rigel.

Pria itu meraih tangan Rigel untuk berjabatan dengannya. "Benar, aku baru bekerja disini sebagai pengantar pesan, dan namaku ... Anda bisa memanggilku Adriel," jawab Pria itu. Dia tersenyum lebar hingga sepasang lesung pipinya tampak membuat manis rupa yang rupawan itu.

Rigel tertegun menatap keindahan Pria ini. "Ah sayang sekali Pengantar Pesan dengan wajah seindah ini, kalau dia ada di unit Penerbangan pasti sudah jadi pilot yang populer," batin Rigel yang diam-diam mengomentari Pria itu.

"Omong-omong kapan Anda akan melepaskan tanganku?" tanya Rigel sambil melirik tangannya yang masih berjabatan dengan Pria itu.

Adriel tertawa hambar. Dia pun melepaskan jabatan tangannya dengan Rigel meski sebenarnya Adriel masih ingin memengangi tangan Rigel. "Maaf, Nona Rigel," ucap Adriel sembari melepaskan jabatan tangannya. 

"Apa Anda terburu-buru?" tanya Adriel.

Rigel berpikir sejenak. "Tidak, sebenarnya aku baru keluar dari Rumah Sakit hari ini," jawab Rigel sambil tersenyum. Dia merasa lebih bebas saat ini meski hidup Rigel ke depan akan lebih parah lagi tapi Rigel segera menggeleng. 

"Menghirup udara di sekitar Tyre tidak terlalu baik karena wilayah ini tempat sehabis mengalami insiden dan massa demonstran akan kembali kemari," ucap Rigel. Tangan kanan Rigel meraih pergelangan tangan Adriel yang lebih besar daripadanya itu. Dia membawa serta Pria itu menjauh dari gedung-gedung pencakar langit milik pemerintahan itu.

Adriel memandangi tangannya yang sedang diraih oleh Rigel itu. "Kita mau kemana?" tanya Adriel polos.

Rigel tidak langsung menjawab. Dia memang baru beberapa menit mengenal Adriel tapi perasaannya berkata jika Adriel bukanlah orang yang jahat. Rigel membawa Adriel menuju ke sebuah padang ilalang luas namun ditengah-tengah padang itu ada sebuah gudang yang tampak sudah lama terbengkalai. 

"Tempat ini dulunya sebuah lapangan pendaratan tapi sudah lama ditinggalkan," ucap Rigel. Dia melepaskan tangan Adriel. "Aku menyimpan stock makanan manis disini." Rigel berucap sembari memasuki Gudang itu. 

Adriel hanya mengekori langkah riang Rigel yang memasuki Gudang itu. Di dalam sana ada sebuah kapal pesawat yang tidak berkerja. Kedua mata Adriel membelalak saat tahu jika model pesawat terbang itu berasal dari New Neoma. 

"Dimana Anda mendapatkan benda ini?" tanya Adriel pada Rigel yang sedang sibuk mengorek isi box makanan ringannya itu. 

Rigel segera memandangi bangkai pesawat itu. "Aku tidak terlalu ingat tapi ayahkulah orang yang mengenalkan tempat ini padaku saat masih kecil, sebelum dia pada akhirnya hilang begitu saja," jawab Rigel. 

Adriel kembali menoleh ke arah Pesawat itu. Dia memandanginya dengan tajam. Dia tahu jika tidak ada penduduk dari New Neoma yang berhasil mendarat ke bumi sebelum dirinya tapi memandangi jejak ini pastilah ada orang lain yang lebih dulu kemari. 

"Ambillah, itu cemilan kesukaanku," ucap Rigel menyodorkan sebuah bungkusan cokelat bar pada Adriel. 

Adriel tertegun memandangi tangan kecil Rigel yang menyodorkan sebuah bungkusan cokelat padanya. "Terima kasih." Adriel meraih sebungkus cokelat itu dari Rigel. Dia lega karena Rigel lebih muda didekati dari yang ia kira. Rigel wanita yang cerah dan hangat sehingga kepribadiannya yang mudah bergaul itu membuat Adriel semakin tertarik padanya.

"Ada remahan cokelat disini," ucap Adriel sembari mengusap ujung bibir Rigel. Pria itu menatapnya dengan dalam. 

Rigel jadi tertegun saat kedua mata biru Adriel yang cerah itu beradu tatap dengannya. "Cantiknya," ucap Rigel tanpa sadar memuji Adriel. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Permaisuri Hilang Ingatan

    ''Guru Ella, mengapa kau terharu?'' tanya Cassiel heran. Pria itu mendekati Cassiel kemudian mengusap puncak kepalanya. ''Selama ini aku jadi guru rahasiamu untuk mengendalikan kekuatanmu, Nak, dan aku juga selama ini merahasiakan kebenaran dari semuanya ... Aku bisa dibilang saudara dari Ibumu, namaku Ascella Shadows,'' ucap Pria itu tersenyum lembut. Sorot kedua mata dan senyumannya seiras dengan Rigel dan Cassiel baru menyadari hal ini."Apa lagi yang tak kuketahui?" tanya Cassiel yang mulai frustasi. Tak begitu lama setelahnya Cassiel mulai tertawa nanar sembari mengusak-usak rambutnya. Ascella terkejut dengan reaksi ambigu dari Cassiel namun ia memahaminya. Ascella pernah mengalami hal serupa, ia bahkan jadi orang yang keji karena ambigu itu. Semua itu lahir dari rasa tak adil, rahasia teramat kelam dan kesepian. Ascella yang sudah bertahun-tahun hidup ditengah hutan karena hukumannya itu pun mengusap puncak kepala Cassiel. "Cass jangan menyalahkan dirimu," ucap Ascella lirih

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Pria Bayangan

    ''Yang Mulia, aku bertanggung jawab atas ini semua ... Dokter yang membuat serum itu akan dipanggil kemari,'' ucap Harlan hendak beranjak. ''Kau tak bisa selancang itu membawa istriku pergi,'' cegah Adriel dengan dingin. ''Aku paham tapi saat ini Rigel hanya mengingatku,'' sahut Harlan membalas tatapan Adriel yang tajam itu. ''Maaf yang Mulia, aku membawa Permaisurimu ke kamar ... setelah ini aku berjanji akan membawa Alex untuk memeriksa kekeliruan ini.'' Harlan menggendong tubuh Rigel melesat dari hadapan Adriel. Adriel mengepalkan kedua tangannya. Ia memukul kehampaan yang sekilas menguarkan energi void karena murka. Sekilas sekeliling reruntuhan Kuil ikut menderu oleh getaran kecil namun Adriel segera menghela napasnya lagi usai sebuah tangan meraih lengannya. Adriel kira jika Cassiel pergi namun ternyata Pemuda itu kembali lagi untuk berdiri disamping Sang Ayah. ''Aku tak pandai menenangkan amarahmu, jadi kumohon ... jangan hancurkan kuil ini karena aku sudah melakukan sebag

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Tidak Ingat

    "Hentikan itu!" bentak Cassiel dengan kedua mata merah yang sudah berubah.Harlan langsung berdiri menyaksikan perubahan Pangeran Muda itu. Kedua mata merah dan rambut perak. Harlan terkagum-kagum sendiri. "Jika jiwamu tak ingin pulang maka ada wadah yang sama denganmu, Rigel," ucap Harlan sembari memandangi Rigel yang terpejam dalam peti itu. Harlan memang sudah gila. Ia dengan nekat meraih tangan Rigel. Hal itu memicu kemarahan Cassiel. Melihat Sang Ibu dipandangi dengan penuh cinta oleh lelaki selain ayahnya. Ia lantas murka, seperti bakat yang ia miliki. Cassiel menggerakkan seluruh benda disekitarnya untuk menghantam Harlan. Harlan itu seorang petarung yang berpengalaman, dahulu lawannya tak hanya manusia. Harlan bisa membaca pergerakan Cassiel maka dari itu ia langsung mengelak dengan cepat. Berkat serangan supranatural dari Cassiel membuat Kuil hancur sebagian. Harlan langsung menoleh menatap tubuh Rigel. Ia langsung bergerak cepat menggendong tubuh itu sebelum sebagian kuil

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Izinkan untuk Hidup

    ''Sekalian pun aku tak pernah menyangka jika Paman itu mantan kekasihnya Ibu?'' Cassiel bertanya setengah menjerit. Usai satu jam mendengar kisah dari Sang Ayah didalam kantor pribadinya di Istana. Cassiel yang selama ini tak tahu menahu perkara ibunya kini hanya termangun usai tahu semuanya. Kini giliran Adriel yang terdiam sendiri. Ia meragukan dirinya yang sudah menceritakan seluruh kisah dari Rigel. Adriel menenguk wine dari cangkir gelas kaca itu dalam sekali tegak setelah itu menghela napas cukup panjang. ''Sebisa mungkin jauhi perbincangan dari Harlan Zidane itu, dia memang manusia yang kuat dari Bumi, prajurit terbaik, dan tertangguh ... meski dia bisa dibilang pamanmu namun Cass, Ayah ingin melindungimu dari obsesinya yang tak pernah usai mengenai ibumu.'' Adriel usai berucap dengan tegas namun bernada lembut. Cassiel mengangguk. Ia meniup lilin yang ada di atas meja diantara mereka setelah itu beranjak berdiri. ''Lekaslah tidur Ayah,'' ujar Cassiel sembari beranjak pergi.

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Cairan Kehidupan

    ''Ah, pasti Anda Pangeran Mahkota Cassiel, oh ya? Anda membaca buku dari Socrates juga,'' ucap Pria berseragam serba hitam itu.''Siapa Kau?'' tanya Cassiel terperanjat terkejut. Pemuda itu entah mengapa, bisa merasakan cekaman dari Pria Paruh Baya itu. Cassiel beranjak berdiri meski saat itu Anna menghadang Si Pria. Cassiel mau melihatnya dari dekat. Anna gugup dan cemas. Ia sempat meraih tangan Cassiel. ''Itu bukan ide yang bagus Yang Mulia,'' ucap Anna mencegah Cassiel.''tenanglah Bibi, aku hanya ingin tahu siapa dia?'' sahut Cassiel. ''Halo, Nak, aku bukanlah orang lain ... aku mengenal ibumu dengan baik.'' Harlan, Pria itu. Dia menyerahkan sebuah bingkai foto lama berisi dirinya bersama Regu Penyelamat. Salah satunya, Rigel ada dalam potret foto itu. Cassiel meraih bingkai foto kecil itu. Kedua matanya membelalak menatap Foto berisi ibunya itu. ''Ibuku ... ada bersamamu,'' ucap Cassiel haru. Harlan mengangguk pelan. Ia lihat Pemuda itu. Parasnya mirip seperti Rigel yang mani

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Ibu Kedua

    ''Yang Mulia Cassiel adalah Sang Cahaya Rapuh,'' ucap Kaelar berkomentar. ''Itu tak salah, usia muda dengan hati yang rapuh, apalagi dia pemilik kekuatan yang sama dengan Yang Mulia Rigel malahan ... Yang Mulia Cassiel bisa mempengaruhi seluruh mahluk hidup,'' sambung Aki. Adriel yang diikat ekor kuda dengan jenggot tipis didagunya sedang memijit pelipisnya yang terasa sakit. Di ruang rapat ini hanya ia dan orang-orang terpercayanya membahas kejadian kemarin. Cassiel menangkap seorang penyusup dan membunuhnya. ''Yang aku sayangkan dia malah mewarisi sifatku, Rigel tak akan tega pada siapapun, dia terlampau lembut namun anakku, Cassiel ... ini salahku,'' ucap Adriel menghela napas berat.Kendrick membuka sarung tangannya. Ia menjentikkan api dari tangannya itu. ''Izinkan aku mengomentari kekuatan energi dari Yang Mulia Cassiel sebagai sesama pengguna elemen alam,'' ujar Kendrick. ''Apa?! Anakku Cassiel bisa menggunakan elemen alam?!'' Adriel menjerit sampai beranjak berdiri dari kur

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status