Sandra mengangkat telepon dari kediaman utama, ia mendapat kabar bahwa tuan besar Alexander sakit, Sandra kaget karena mendengar ayahnya sakit.
"Apa, ayah sakit, sejak kapan dan sakit apa?" Sandra kelihatan panik.
"Tuan muda pertama lebih baik menyempatkan diri untuk pulang ke kediaman beberapa saat," Kepala pelayan meminta Sandra untuk mengunjungi ayahnya, mungkin sang ayah kangen padanya.
Sandra menyetujui apa yang dinasehatkan pelayan kepadanya, setelah selesai berbincang dengan kepala pelayan Sandra menyimpan kembali ponselnya, melihat tuan mudanya mondar mandir dengan raut wajah gelisah, Doni memberanikan diri mendekat serta bertanya ada apakah gerangan.
"Tuan muda pertama, ada apakah gerangan yang membuatmu gelisah seperti ini?" Doni membungkukkan badan di hadapan tuan muda Sandra.
"Ayah sakit, sementara aku tidak dapat meninggalkaan Karin yang baru saja melahirka
Pengasuh bayi Bima menjawab bahwa bayi Bima selesai dijemur di pagi hari, bayi menangis karena ingin menyusu kepda ibunya. "Aku yang akan mengantar Bima ke Karin untuk sekalian berpamitan," Sandra menggendong Bima ke kamar Kirana. "Baik tuan muda, saya akan kembali bekerja," Pelayan mengikuti Sandra dari belakang karena ia di tugaskan untuk. mengurus bayi dan Kirana. Sandra sampai di kamar Kirana karena ia menggendong Bima ia kesulitan membuka pintu, beruntung ada pelayan yang mengikutinya dari belakang, pekayan itu meembantu Sandra membuka pintu kamar Kirana dan Bima. "Kirana anakmu menangis sehabis di jemur di matahari pagi, tolong susui dia sebentar, mungkin dia sudah lapar," Sandra memberikan bayi pada Kirana. "Baik kak, apa kakak jadi pergi ke Jakarta hari ini, untuk menjenguk tuan besar?" Kirana mengambil Bima dari gendongan Sandra. Sandra b
Doni memarahi satpam yang bertugas tidak tahukan bahwa yang berada di dalam mobil adalah tuan muda pertama keluarga Alexander, menagpa ia berani tidak membukakan pintu untuk tuan muda Sandra."Tuan muda pertama, banyak yang mengaju sebagai tuan muda pertama keluarga ini, maaf aku tidak bisa membuka pintu gerbang ini," Satpam itu bersih keras."Apa kamu mau bertengkar dengan ku?" Doni emosi turun dari mobil menantang satpam.Mike yang melihat kejadian itu segera berlari ke gerbang, ia memberitahu satpam bahwa benar yang ada di mobil itu adalah tuan muda pertama keluarga alexander."Maafkan saya tuan muda pertama, saya orang baru, kebetulan akhir-akhir ini banyak yang mengaku sebagai putra tertua keluarga Alexander," satpam membungkukkan badannya."Tak apa, aku tahu posisimu, Doni masuk mobil, Mike terima kasih atas bantuannya," Sandra melambaikan tangan.Sandra lebih sant
Lusi tampak gelagapan mendengar pernyaran dari kakaknya, ia tak tahu harus menjawab apa, akhirnya Lusi memberanikan diri mengatakan sesuatu."Kalau aku naksir kakak Sandra apa kakak akan mengijinkan ku untuk menjalin hubungan dengannya?" Lusi asal berbicara untuk mencairkan suasana."Bocah kecil kamu dan Sandra terpaut usia cukup jauh sekitar lima tahun mana mungkin Sandra mau menikahimu," Jay mengatakan hal pahit agar Lusi tidak menginginkan berada di sisi Sandra.Sandra tersenyum melihat percakapan kakak beradik itu, Sandra mencuri kesempatan mengambil rambut Sabian dengan membisikkan kalimat bahwa ia juga tertarik dengan adiknya Jay."Apa aku tidak salah dengar kak, jadi kriteria kakak sudah berubah bukan seperti dulu lagi?" Sabian tersentak Kaget."Hati orang sekian lama akan berubah, termasuk standar selera orang tergantung dimana ia bergaul Sabian," Sandra mengeles sedikit agar tak ketahuan ia langsung mema
"Wajar kamu curiga terhadapku, perlu kau ingat aku ini selalu menjaga kesucianku sebagai perjaka," Sandra merapikan kerah kemejanya. --- Sabian meminta maaf kepada kakaknya atas kecurigaannya tetapi di dalam hatinya masih saja ada yang mengganjal, baru kali ini Sabian merasa ada yang aneh dari gelagat sang kakak. "Ya sudahlah, jika kakak ingin berada di kamarku pakai saja, aku ada perlu untuk menemui seseorang hari ini, aku pamit dulu ya kak," Sabian menepuk pundak kakaknya. "Hati hati di jalan adikku, aku pinjam ruangan pribadimu sebentar," Sandra menyandarkan punggungnya di sofa. Sandra mencuri kesempatan ia harus memastikan adiknya audah pergi jauh dari rumah, agar lebih leluasa menjalankan aksinya. Sandra melihat ke bantal yang di gunakan tidur Sabian, ia melihat ada rambut rontok yang menempel di sana, kesempatan bagi Sandra untuk mengambil dan menyimpan rambut itu, kemudian ia menghubungi Jay.
Lusi menshare lokeasi dimana ia berada saat ini, karena ia di hadang oleh Tania dan juga Han yang menginginkan informasi dimana Kirana berada, karena Tania butuh tanda tangan Kirana untuk menaglihkan saham, ternyata almarhum ibu Kirana membuat surat wasiat seluruh hartanya jatuh ke tangan Kirana, bukan jatuh ke tangan suaminya Dani Wijaya."Cepat katakan dimana wanita sialan itu berada, aku tahu kamu bersekongkol menyembunyikannya di kota ini?" Tania menggertak Lusi yang tak tahu apa apa."Aku juga tak tahu dimana kirana berada, aku juga sedang mencarinya, untuk apa kalian bertanya kepada orang yang tahu sepertiku ini," Lusi berkata dengan jujur."Jangan bohong kamu, sebagai seorang sahabat masa iya tidak mengerti dimana sahabatnya berada," Tania mendorong Lusi karena tidak mau mengatakan dimana keberadaan Kirana sang adik tiri.Lusi terjatuh karena tidak ada persiapan sama sekali, Tania kembali melontarkan
Lusi menjadi malu saat Sandra menggodanya, memang benar Lusi tidak pernah dekat dengan lelaki manapun, sebagai nona muda dari keluarga Dokter Manopo, Lusi sangat menjaga reputasinya. "Aku bisa jalan sendiri, tidak usah menyodorkan tangan untukku," Wajah Lusi menjadi memerah. "Oh iya, satu lagi pertanyaan untuk mu, kamu seorang nona muda, kenapa bisa di tindas oleh orang lain?" Sepertinya Sandra harus melatih Lusi agar menajdi kuat. Lusi hanya terdiam, ia tak menjawab pertanyaan Sandra, Lusi tipe orang yang tidak tegaan terhadap orang, ia bahkan tidak akan membunuh seekor semut, baginya semua orang sama, usia muda dan sebuah status keluarga hanya sebuah bonus. "Oke mari ke mobil, kamu bisa menelpon Kirana dan mengobrol dengannya," Sandra menagajak Lusi untuk segera menaiki mobil. "Benarkah aku bisa mengobrol dengan Kirana sepanjang waktu yang aku inginkan?" Lusi terlihat
Lusi kaget mendengar apa yang terucap dari mulut Sandra, memberi dia apa sebagai tanda terima kasih, jangan bilang Sandra adalah pria hidung belang yang suka mencari kesempatan kepada para gadis yang di tolongnya. "Ka-kakak jangan macam-macam padaku, aku tidak akan memberikan tubuhku padamu secara cuma-cuma," Lusi mendekap tubuhnya dengan kedua tangan yang melingkar pada pundaknya. "Hahaha, kamu ini berpikiran apa sih, aku pikir aku akan tertarik pada badan mu yang tipis seperti triplek itu?" Sandra menggoda Lusi yang salah paham. Lusi merasa malu saya Sandra tertawa, ia sudah berpikir macam-macam tetapi apa yang ia pikirkan berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Sandra, Sandra berkata ia lapar setelah satu jam berkeliling, ia ingin makan di tempat yang mewah setelah itu ingin pijat merilekskan tubuhnya. "Kamu mau makan apa kak, biar aku yang traktir sebagai ucapan terima kasihku, tetapi tidak boleh lebih
Kedua orang itu menoleh ke suara yang mengagetkan mereka, di belakang mereka sudah berdiri seorang tuan muda tampan yang memasang wajah garang, merasa tidak senang gerak geriknya di perhatikan serta diabadikan secara ilegal. "Tuan muda, mohon jangan marah, kami ini di perintahkan tuan besar untuk mengawasi anda dan nona Lusi," Jelas salah seorang yang diutus oleh tuan besar Alexander. "Kalau begitu katakan saja, aku sedang gembira berkencan dengan Lusi, sepasang kekasih yang sedang kencan, tidak senang mendapat gangguan seperti ini, apa kalian mengerti?" Sandra berkata dengan tegas, kedua tangan di lipat di atas dadanya. Dua orang kiriman tuan Alexander mengerti akan maksud tuan mudanya, mereka segera menyelesaikan misi mereka dengan mengirimkan foto berikut video tuan muda pertamanya sednag jalan jalan dan makan di warung seafood tenda. "Tuan misi kami telah selesai, kami mohon ijin pamit pulang, maaf tela