Abdi menatap sahabatnya yang sedang menggambar mobil F1 acakadul di buku tulisnya. Saat itu pelajaran Matematika. Semua anak kelas 1 B, sesuai absen mendapat giliran mengerjakan soal di depan. Abdi dan Davi yang termasuk abjad awal sudah mendapat giliran. Sehingga mereka hanya duduk-duduk mengobrol sambil berpura-pura memperhatikan.
“Gimana, gimana, kapan nembaknya?” tanya Abdi setengah berbisik.
“Nggak bisa sekarang. Gue kudu pelan-pelan, Di. Matari itu kaya bunga yang nggak berani sama sekali gue sentuh, takut rusak,” sahut Davi.
“Hmmm, tapi waktu Thea dulu lo maju terus pantang mundur.”
“Beda. Thea sama Matari beda banget. Matari itu background keluarganya aja udah kaya gitu kan. Gue beberapa kali denger cerita dari Lisa aja, gue jadi kasihan sama dia. Gue nggak mau nyakiti dia. Jadi gue kudu pelan-pelan banget.”
“Masalahnya, Dav, pesona Matari pas perform di lomba puisi ke
Theana Gemintang Puspitasariadalah anak kedua dari Ibu Irma Sudibyo dan Bapak Paulus Andika. Panggilannya Thea. Thea memiliki kakak perempuan yang bernama Nikita Gemintang Puspasari atau yang biasa dipanggil Niki. Niki hanya berjarak sekitar 2 tahun dari Thea. Niki tidak bersekolah di SMP yang sama, dia mengambil SMA swasta Kristen yang berjarak cukup dekat dari rumahnya, sehingga hanya berjalan kaki pun sudah cukup.Seperti halnya Thea, Niki juga memiliki tubuh yang bagus dan atletis, meski sama-sama tidak terlalu tinggi. Thea sangat disayang kedua orangtuanya, karena saat lahir, Thea hampir kehilangan nyawanya karena keracunan air ketuban.Akibatnya, seluruh kasih sayang orangtuanya tercurah sepenuhnya pada Thea sejak kecil. Menjadi pusat perhatian, mendapatkan apa yang diinginkan, selalu menjadi yang pertama diberikan sesuatu, menjadikan Thea tumbuh sebagai anak yang narsistik. Itulah yang menyebabkan Niki selalu merasa tidak adil atas perlaku
Saat tiba di rumah, Eyang Putri belum tampak di mana-mana. Menurut info dari Mbok Kalis, Eyang Putri pergi bersama rombongan arisannya menjenguk seorang tetangga lain di RSCM yang tengah dirawat karena sakit lambung.Tante Dina dan Sandra sedang berkunjung dan berencana menginap di rumah mereka sekaligus bebersih. Kak Bulan belum pulang, seperti biasa ada latihan paskibraka di sekolahnya. Ayah belum tampak kehadirannya, biasanya setelah magrib baru tiba.Saat Matari sedang mengobrol dengan Mbok Kalis yang sedang menyiram tanaman di depan rumah, Iko tiba-tiba lewat. Dia menghentikan sepedanya dan masih menggunakan seragam SMAnya, tersenyum menyapa Matari. Rambut ikalnya tertiup angin sesekali. Wajah tampannya tampak semakin terang tertimpa cahaya matahari sore.“Halo, Ri, Mbok Kalissss…. Lama nggak ketemu…” sapa Iko.Mbok Kalis tersenyum sambil mengangguk tanpa menjawab apa-apa. Matari hanya melempar senyum tipis dengan enggan.
Saat itu hari Senin di pertengahan semester kedua (Bulan Maret 2001). Dua orang siswa laki-laki kembar identik berdiri di dekat ruang mading. Matari yang datang pagi itu hendak meletakkan kertas asturo baru, terlihat bingung. Siapa mereka?“Nahhhh, ada Matariiiii. Ri, tolong bantu Ibu ya, antar mereka ke kelas mereka masing-masing. Untuk Ricko, yang ada tahi lalatnya, dia sekelas sama kamu. Sedangkan untuk Rocky, dia akan di kelas 1 B,” kata Bu Tasya yang memang wali kelas dari kelas 1 B, kelas di mana Abdi dan Davi berada. “Ayo kenalan dulu.”“Hai, saya Ricko,” sapa anak cowok bertahi lalat yang cukup jelas itu di wajahnya.“Saya Rocky,” sapa yang satu lagi, tanpa bertahi lalat, namun mirip sekali bahkan bentuk dan postur tubuhnya.Matari menyalami mereka satu-satu sambil menyebutkan namanya. Tanpa tahi lalat itu, Matari bahkan tidak bisa membedakan keduanya.“Yang sekelas sama gue, ikut aja du
Matari mengayuh sepedanya menuju warung Mba Sari, tetangga di kompleks mereka yang berjualan sembako di depan rumahnya. Tante Dina berencana memasak makan malam, karena beliau sedang ulang tahun. Namun tidak semua bahan ada. Bawang Bombay dan bawang putih habis.Saat itulah dia melihat Iko dan Raline duduk berdua di depan rumah. Raline terlihat menangis. Iko pun hanya diam mematung di sebelah gadis itu. Matari tahu, Raline adalah tipe gadis-gadis SMA Jakarta yang cantik danstylish. Wajahnya cantik memesona dengan kulitnya yang gelap. Dia cukup bisa menerima jika Iko jatuh cinta kepadanya. Dia tahu tidak mungkin bersaing dengan anak perempuan yang bahkan bisa bertemu Iko dengan waktu yang lebih lama dengan dirinya.Matari cuma mengangguk, menyapa sekilas pada Iko dan Raline, tanpa memberhentikan sepedanya. Dia tidak ingin mengganggu sepasang kekasih itu. Dirinya saja belum bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah jatuh cinta dan patah hati dalam waktu
“Matari,Englishlo bagus nggak sih?” tanya Gilang pada Matari saat jam istirahat pertama.“Lebih bagusan dia daripada lo pastinya,” timpal Thea cepat sambil nyengir meledek Gilang.“Ngeselin lo. Gue nanya dia nih. Lo coba denger dua lagu ya. Cuma ini agak keluar dikit dari ciri khas lo. Untuk lagu pertama akan duet sama gue, jadi lo santai aja. Nah lagu kedua, gue pengen lo nyanyi sendiri,” seru Gilang.“Emang lagu apaan sih, Lang?” tanya Matari sambil duduk di sebelah Gilang.Gilang membuka majalahchordmusik. Dibukanya dua halaman yang telah ditandainya dengan lipatan di ujungnya.“Tenang, semua anggotabandudah gue rekamin di kaset. Tugas kalian semua minggu ini dengerin lagu itu berulang-ulang,” ujar Gilang dan menyerahkan kaset-kaset yang telah diisi dua lagu untuk didengarkan Matari dan beberapa sisanya untuk diserahkan pada
Yang diingat dari Matari adalah, duluuuuu sekali, Ayahnya ceria dan bersahabat. Suka menggoda kedua anak perempuannya. Suka bercerita tentang binatang kecil bernama Si Kancil. Yang akan didengar tanpa ada rasa bosan dari Matari dengan mata bulatnya yang ekspresif. Ibunya akan tersenyum-senyum sambil membuat dua gelas susu hangat untuk dirinya dan Kakaknya.Sejak Ibunya meninggal, Ayahnya sudah berhenti tersenyum saat pemakaman. Bahkan untuk menyapa Matari dan Bulan, beliau hanya mengangguk-angguk sambil menatap mereka. Meskipun tetap rajin menanyakan kebutuhan apa saja yang dibutuhkan, namun selalu memberikan uang bulanan yang jumlahnya sangat pas-pasan pada Matari dan Bulan. Matari dan Bulan tahu, Ayahnya memiliki hutang yang cukup besar akibat biaya Rumah Sakit Ibu Matari yang tidak di cover asuransi kantor.Sampai-sampai mereka tidak mampu membeli mobil, padahal tahun di mana tahun sebelum Ibu Matari meninggal, Ayah mereka sudah berencana membeli mobil, sehingga jik
Matari menatap pengumuman mengenai"Seluruh EKSTRAKULIKULER tanpa terkecuali LIBUR"di papan pengumuman. Minggu depan, ujian nasional kelas 3 sudah mulai. Matari merasa waktu begitu cepat berlalu. Sepertinya baru kemarin dia kelas 1, sekarang dia telah berada di penghujung waktu menjelang masa-masa kelas 1 nya berakhir.Anak-anak kelas 3 telah sibuk dengan persiapan ujiannya. Dan minggu ini adalah minggu terakhir mereka sebelum berperang untuk kelulusan SMP. Saat itu Matari pun telah beberapa kali latihan mainbanddi studio rumah Lisa. Jika tidak ada ekskul, Davi akan ikut datang menemani mereka. Termasuk kembaran Ricko, Rocky. Meskipun satu kelas, nyatanya, mereka tidak cukup dekat. Sehingga saat-saat menunggu band latihan, digunakan oleh Davi untuk maingamessnakedihandphone-nya. Sedangkan Rocky duduk di dekat kembarannya, terkadang mengkritik permainan gitarnya.Ketika m
Hari Senin, hari pertama liburan, Matari mulai membukaLKS*)yang sudah ditandainya dengan post note beberapa hari yang lalu. LKS yang dibukanya pertama adalah IPS Sejarah. Dia mendongak menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul setengah 10 pagi. Sandra telah pergi sejak pukul sembilan ke rumah Lia untuk mengerjakan tugas bersama. Kakaknya, tidak libur, karena ujian nasional untuk setingkat SMA akan diadakan di bulan Mei.Matari menatap beberapa list PRnya dengan enggan. Ingin dikerjakan namun tak ada semangat. Akhirnya dia beranjak ke halaman belakang, di mana Mbok Kalis berada sedang membersihkan rumput.Mbok Kalis berusia lebih tua sedikit daripada Ayahnya. Ikut berkerja di rumah Eyang Putri saat masih seusia dirinya. Sudah pernah menikah tiga kali, dua kali bercerai, yang terakhir suaminya meninggal terlebih dulu. Mbok Kalis sudah punya banyak cucu. Mungkin sekitar 5 atau 6 orang dari ketiga anak-anaknya yan