WARNING!!! CERITA KHUSUS DEWASA 21+ Angga menganggap bahwa cara paling bagus untuk mengobati patah hati adalah bergelung seharian sambil merenungi segalanya. Sampai akhirnya dia hubungi Doni dan dimintai bantuan untuk menenangkan sepupu perempuannya, Riri. Meski terdengar konyol Angga akhirnya keluar dari cangkang untuk pertama kalinya, tanpa tahu bahwa itu adalah akal-akalan Doni semata untuk menghibur si pemuda dengan cara tergila. Hidup Angga sebagai seorang pria yang disia-siakan itu pun berubah seratus delapan puluh derajat setelah keperjakaannya diambil oleh Riri. Tahu rencananya berhasil, Doni pun menawarinya sebuah pekerjaan untuk menghibur para wanita kesepian yang membutuhkan pelepas stress. “Apa menurutmu aku terlihat seperti seorang gigolo?” kata Angga mencoba untuk membela diri. “Setelah melihatmu bisa menangani Riri dengan baik. Aku tahu kalau kau berbakat, dan kau adalah sang pemuas yang sempurna untuk calon klien kita,” kata Doni lalu melemparkan segepok uang kepadanya. “Jadi kita sepakat kan?”
View More“Angga!”
Mendengar namanya disebut, pemuda itu berbalik dan tersenyum mendapati si gadis yang tampaknya juga baru tiba. Dia terlihat sangat menawan di matanya.
“Maaf ya, aku terlambat.”
Angga menggeleng. “Kau tidak terlambat, Ay. Aku juga baru tiba,” ujar pemuda itu seraya bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri si gadis, kekasihnya. Tidak lupa diraihnya buket bunga di atas meja dan diserahkannya kepada sang kekasih.
“Terima kasih, Angga,” ucap gadis itu. Dia memandangi buket bunga tersebut dan tersenyum tulus. “Dan ini sangat indah.”
“Kau suka?”
“Tentu saja,” sahut gadis itu tersenyum pada Angga.
Angga lantas menarik kursi untuk gadis itu, baru kemudian dia kembali duduk di kursinya sendiri. Posisi mereka kini saling berhadapan setelah dia duduk.
“Aku jadi penasaran apa yang ada dibalik semua sikap manismu ini,” ujarnya.
“Sebentar lagi kau juga akan tahu,” jawab Angga misterius.
Tak lama pelayan datang dan mereka mulai sibuk memilih menu. Makan malam itu berjalan ringan dan menyenangkan. Angga dan kekasihnya banyak membicarakan hal-hal yang menyangkut keseharian mereka. Angga tidak sedikit pun menyinggung soal niatnya malam itu, dia berpikir untuk menyimpannya dahulu setidaknya sampai seluruh sajian di atas meja habis.
“Angga, sebenarnya ada yang ingin aku katakan,” kata sang kekasih, ekspresinya terlihat begitu serius.
“Silahkan, aku akan mendengarmu.” Satu tangan Angga masuk ke dalam saku jaket. Menggenggam kotak beludru yang rencananya akan dia perlihatkan kepada sang kekasih.
“Aku mau kita putus.”
Namun semua skenario yang ada dikepala Angga tampaknya hanya tertinggal sebatas niat, dan tidak pernah terealisasikan menjadi sebuah kenyataan karena sebelum kata-kata yang telah persiapkan meluncur dari bibirnya, dia langsung harus menerima kenyataan yang bak mimpi ini. Terus terang saja hubungannya dengan sang kekasih baik-baik saja. Lantas kenapa?
Kening Angga berkerut pertanda tidak mengerti atas kata-kata yang gadis itu ucapkan.
“Aku mau kita pisah saja. Kita akhiri hubungan kita.”
Kedua mata si pemuda langsung melebar dan tak berkedip menatap gadis yang duduk di hadapannya. Berbeda dengan dirinya gadis itu tampak tenang dan nyaman seolah dia memang telah menyiapkan segalanya untuk moment ini. Berbeda dengan Angga yang begitu gusar.
“M—maksudmu apa, Ay?”
“Kita tidak bisa bersama lagi,” jelas gadis itu lugas.
“Tapi kenapa?”
“Kita tidak cocok dalam berbagai hal, terlalu banyak perbedaan yang aku rasakan diantara kita dan seiring berjalannya waktu aku tidak bisa menemukan titik tengahnya. Selama ini aku mencoba untuk menolerir semuanya, tetapi aku rasa aku telah mencapai batasku. Aku sudah lelah dengan semuanya. Berpisah adalah jalan terbaik untuk kita. Kau tidak pernah berusaha mengubah situasi kita. Tidak ada kemajuan.”
Angga memejamkan mata berharap ketika dia membukanya semua ini bisa melebur menjadi bunga tidur. Tapi sayangnya ini adalah realita. Sebuah kenyataan yang harus dia hadapi. Kekasihnya memang meminta perpisahan.
Angga menggenggam erat kotak beludru yang dia genggam hingga siku-siku bagian bawah kotak menggores telapak tangannya sendiri. Dia tidak mempedulikan rasa sakit dan perih di tangannya karena kini justru yang lebih sakit adalah bagian lain. Ya, hatinya lebih sakit.
“Jangan bercanda, Ay.” Angga tertawa kering menutupi rasa sakit. Entah kenapa egonya berteriak nyaring pada dirinya untuk melakukan hal itu. Harga dirinya terlalu tinggi untuk hancur di depan gadis yang sudah dia pacari nyaris satu tahun.
“Maaf, tapi aku serius. Aku ingin kita putus.”
Ucapan maaf sama sekali tidak memperbaiki keadaan atau pun kenyataan pahit yang sedang dihadapi oleh Angga.
“Jadi ini hasil dari meminta waktu untuk berpikir?” Kedua mata Angga menatap padanya dengan sendu. Ada sakit yang begitu kentara disana dan dia yakin perempuan itu pasti menyadarinya.
“Maaf, sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.”
Seribu kata maaf tidak akan bisa memperbaiki hatinya yang hancur. Sejuta maaf tidak akan mengobati hati yang terluka. Malam itu Angga putus cinta, dan rasanya benar-benar parah.
Motor sport berwarna hitam merah melaju kencang di jalan raya. Beberapa kali nyaris menabrak kendaraan lain dalam upayanya mencari kecepatan. Tentu saja tingkah ugal-ugalan ini mengundang bunyi klakson dari beberapa kendaraan yang nyaris menabraknya.
Namun seberapa banyak orang yang menyumpah serapahinya di jalan tidak dia pedulikan sama sekali. Tapi bukan berarti si pengendara motor adalah si orang gila yang mengemudi untuk mencari kesenangan. Dia hanya sedang dipenuhi dengan emosi tak terkendali ketika dirinya dilanda patah hati. Ya, si pengedara itu adalah Angga. Pemuda yang baru saja dihempaskan jatuh oleh seorang gadis yang pernah berkata bahwa dia mencintainya dan tidak akan meninggalkannya.
Laju motor itu pada akhirnya melambat hingga akhirnya tidak mau melaju lagi.
“AH SIALAN!”
Angga mengumpat ketika melihat jarum penanda bahan bakar motornya mengarah di bagian merah. Dia turun dari kendaraan roda dua tersebut hanya untuk sekadar menendangnya kemudian berjalan tanpa arah.
Angga melangkah di bawah deretan lampu jalan diantara orang-orang yang tengah menikmati malam minggu mereka dengan pasangan masing-masing. Biasanya Angga adalah salah satu dari mereka yang menyukai hal-hal seperti ini. Berjalan di tengah temaram cahaya elektrik buatan manusia ditemani dengan hembusan angin malam yang sejuk. Tapi untuk sekarang dia tidak punya energi untuk menikmati malam minggu.
Bagaimana bisa dia menikmati semua itu jika saat ini saja hatinya tengah diliputi oleh rasa sakit dan amarah yang menyala?
Angga merogoh sakutnya dan mengeluarkan kotak yang berisi benda yang seharusnya kini menghias jari manis kekasihnya. Seharusnya memang begitulah jadinya bila rencana yang dia buat berhasil sukses. Tetapi kini cincin ini sudah tidak bertuan sebab pemiliknya lebih memilih meninggalkan Angga sebelum pria itu sempat menyematkan cincin tersebut di jari manisnya.
Bruk!
Sebuah bahu tidak sengaja menabrak Angga membuat kotak di tangannya jatuh dan memantul di jalan. Berhenti tepat di kaki seseorang yang bergerak cepat memungutnya dan langsung berlari ke arah Angga untuk mengembalikan benda itu.
“Hei, kurasa ini punyamu.”
Angga menunduk menatap kotak beludru yang disodorkan kepadanya tanpa merasa perlu melihat orang yang memberikannya.
“Ambil saja, aku sudah tidak butuh,” ujar Angga sambil lalu.
***
“Orang aneh,” gumam wanita itu sambil membuka kotak di tangannya. Kedua matanya langsung melebar begitu melihat isi dari kotak tersebut. Dengan cepat dia menutup kotak tersebut dan kembali mengejar si pemilik. Namun sialnya si pemuda sudah keburu menghilang dengan cepat, hingga tidak ada lagi sosok tinggi tersebut diantara orang-orang yang dilihatnya.
Wanita itu menatap kotak ditangannya. Bingung harus berbuat apa, pada akhirnya dia memilih menyimpannya ke dalam tas yang dia bawa dan meneruskan langkah sebelum dan tepukan mendarat di bahunya. "Yo Riri! aku datang menjemputmu."
"Doni! dari tadi aku menunggu, kemana saja kau ini?"
Selepas keluar dari ruangan pijat. Tia kini melangkah masuk ke dalamar kamarnya sendiri seraya memperdengarkan desahan lega sebagai bentuk dari pada mengekspresikan kepuasan yang telah dia dapatkan dari pijatan Angga dan tentu saja layanan ekstra darinya pula. Di dalam sana dia mendapati asisten wanitanya, Sofia sedang duduk di atas ranjang yang mereka pilih untuk ditiduri bersama. Wanita bertumbuh pendek tersebut tampak sedang sibuk memilih pakaian renang yang ingin dia kenakan, karena rombongan wanita lain sudah berada di kolam renang saat itu. “Oh my…” Tia sedikit menggoda asisten wanitanya itu begitu melihat salah satu pakaian renang yang masuk dalam kategori pilihan sofia. Itu adalah sebuah bikini yang akan terlihat ketat saat dipakai. “Kurasa kau jadi sedikit lebih berani ya, disini.”Sofia cuma bisa tersipu malu sekaligus tersentak kaget menyadari bahwa dia tidak lagi sendiri di kamar itu. Dia merasa sedikit malu saat kedapatan sedang memilih pakaian renang di depan bos-nya yan
Jika ada bagian dalam diri Angga yang ingin mundur dan menyudahi perbuatan gila mereka sekarang. Maka sekarang bagian itu seketika mati tatkala dia disuguhi pemandangan Tia yang dengan senang hati merentangkan kedua kakinya lebar dengan jemari nakalnya yang ikut merentangkan celah basahnya secara sukarela tanpa diminta, memperlihatkan secara jelas lubang miliknya yang begitu menggoda iman sang pemuda. Seolah dirasuki oleh kekuatan luar, dan juga kabut birahi yang telah mempengaruhi seluruh kinerja otaknya yang sedari tadi berusaha untuk tetap logis. Angga tahu-tahu sudah naik ke atas ranjang pijat tersebut dan meletakan kedua tangannya di paha Tia yang terasa begitu empuk dan kenyal. Dia menatap Tia sesaat sebelum akhirnya wanita itu memberikan sebuah anggukan sebagai respon terakhir sampai Angga membenamkan dirinya sendiri ke dalam Tia. Rasanya begitu panas dan basah tatkala miliknya dililit erat oleh Tia di dalam sana, apalagi ketika pria itu menghujamkan dirinya masuk dan keluar. M
Bohong besar kalau alasan Tia kemari hanyalah untuk sekadar merasakan liburan di sebuah resor mewah. Tapi sebetulnya sejak Doni berkata bahwa Angga sudah tidak lagi bekerja dan pindah, dia segera datang ke mari. Dan sialnya pijatan yang diberikan oleh Angga tidak hanya membuat tubuhnya rileks, tetapi juga terangsang secara bersamaan.Melepaskan kemeja yang dikenakan oleh Angga, Tia menarik pria itu ke dalam pelukannya sekali lagi. Namun untuk sekarang Angga sedikit insiatif mengambil alih dengan menciumnya seraya membaringkan wanita itu di atas ranjang khusus pijat. Pria itu kemudian mengambil lebih banyak minyak dan menuangkannya ke dada Tia yang begitu ranum. Sang pria berdiri dengan posisi berada di belakang kepala Tia, mempermudah aksinya untuk menyentuh buah dada Tia yang kencang kemudian memijatnya.Suara erangan yang keluar dari mulut Tia bagaikan seperti musik yang menyenangkan didengar oleh sang pria. Jantungnya berdebar kencang ketika dia menyentuh tubuh wanita itu. Hal yang
Mendengar pernyataan Tia, Angga jadi teringat dengan apa yang dikatakan oleh sang bos saat dia pertama kali dilatih. Dia juga jelas tahu bahwa wanita ini pun tidak akan mungkin mau disuruh memakai sesuatu. “Baiklah,” ujar Angga sambil mendesah. Kemudian dia berjalan untuk mengitari wanita itu. “Berbaringlah untukku, Tia.”Merasa bahwa Angga sudah masuk ke dalam mode kerja dan tak mengatakan apapun terkait penampilannya. Tia segera memposisikan dirinya untuk naik ke ranjang khusus pemijatan dengan posisi tengkurap, sementara Angga mulai bergerak ke sisinya. Sebagai seorang pria normal, agak sulit baginya untuk tidak menatap bokong Tia yang bulat dan kencang. Tetapi karena dia harus professional disini, maka Angga mencoba sebisa mungkin untuk menahan dirinya sendiri.Pria itu pun mulai memfokuskan dirinya pada pekerjaan dengan mulai mencelupkan tangannya ke minyak khusus, dan mulai menyebarkannya dengan tangan ke punggung Tia. “Awalnya mungkin akan sedikit terasa dingin,” kata Angga lag
Masih dengan seragamnya sebagai terapis pijat, Angga mencoba menenangkan kembali pikirannya yang kembali melanglang buana tepat saat dia duduk bersama para wanita yang menjadi pelanggan tetapnya yang entah bagaimana mereka semua datang kemari untuk berlibur mendadak.Percakapan itu memang terkesan ringan, tetapi juga menjadi mimpi buruk atau mungkin indah bagi Angga. Tapi yang pasti dia akan menjadi super kerepotan bila harus menggarap mereka semua disini.“Jadi, kenapa kau tiba-tiba saja menghilang dan malah ada disini, Angga?” kata Nana sembari duduk di hadapan Angga yang kala itu duduk dengan kondisi gugup diantara Agna dan Kia, keduanya menyeringai. “Apa yang membawamu kemari? Kenapa meninggalkan kami?” Angga hanya bisa menelan ludah begitu kedua mata mereka bersitatap satu sama lain. Tidak seperti kebanyakan para wanita yang pernah meminta jasanya, Nana termasuk yang paling posesif. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana reaksi Nana jika dia kemari hanya karena Doni yang memintanya
“Selamat datang!” sapa seorang wanita berambut pirang platina begitu Angga berjalan masuk sembari membawa tas punggungnya. “Kau pasti Angga yang diceritakan oleh Doni.”Angga menganggukan kepala, sembari matanya mengamati seberapa mewahnya tempat yang sedang dia pijak kini. Dia memang pernah mendengar tentang seberapa bagusnya tempat ini dari beberapa orang yang pernah menikmati sendiri fasilitasnya. Hanya saja seluruh kemegahan ini bagi Angga berada dalam tingkat yang belum pernah Angga lihat sendiri dengan kedua matanya. Seluruh bangunan tampak begitu mewah bahkan bila dipandang dari kejauhan. Tetapi berada di dalamnya seperti membuat Angga merasakan sesuatu yang berbeda. “Ya, itu aku,” kata Angga yang langsung menjabat tangan wanita yang menyambutnya.“Bagus, aku Ani. Kepala tukang pijat sekaligus manajer di sini. Terima kasih sudah bersedia membantu kami,” kata wanita itu lagi sambil memberi isyarat kepada petugas yang langsung mengambil alih tas yang dibawa Angga. “Sementara mere
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments