Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian

Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian

last updateLast Updated : 2025-07-24
By:  RucaramiaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
63Chapters
7.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

WARNING!!! CERITA KHUSUS DEWASA 21+ Angga menganggap bahwa cara paling bagus untuk mengobati patah hati adalah bergelung seharian sambil merenungi segalanya. Sampai akhirnya dia hubungi Doni dan dimintai bantuan untuk menenangkan sepupu perempuannya, Riri. Meski terdengar konyol Angga akhirnya keluar dari cangkang untuk pertama kalinya, tanpa tahu bahwa itu adalah akal-akalan Doni semata untuk menghibur si pemuda dengan cara tergila. Hidup Angga sebagai seorang pria yang disia-siakan itu pun berubah seratus delapan puluh derajat setelah keperjakaannya diambil oleh Riri. Tahu rencananya berhasil, Doni pun menawarinya sebuah pekerjaan untuk menghibur para wanita kesepian yang membutuhkan pelepas stress. “Apa menurutmu aku terlihat seperti seorang gigolo?” kata Angga mencoba untuk membela diri. “Setelah melihatmu bisa menangani Riri dengan baik. Aku tahu kalau kau berbakat, dan kau adalah sang pemuas yang sempurna untuk calon klien kita,” kata Doni lalu melemparkan segepok uang kepadanya. “Jadi kita sepakat kan?”

View More

Chapter 1

Hari Patah Hati Pria Sejati

“Angga!”

Mendengar namanya disebut, pemuda itu berbalik dan tersenyum mendapati si gadis yang tampaknya juga baru tiba. Dia terlihat sangat menawan di matanya.

“Maaf ya, aku terlambat.”

Angga menggeleng. “Kau tidak terlambat, Ay. Aku juga baru tiba,” ujar pemuda itu seraya bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri si gadis, kekasihnya. Tidak lupa diraihnya buket bunga di atas meja dan diserahkannya kepada sang kekasih.

“Terima kasih, Angga,” ucap gadis itu. Dia memandangi buket bunga tersebut dan tersenyum tulus. “Dan ini sangat indah.”

“Kau suka?”

“Tentu saja,” sahut gadis itu tersenyum pada Angga.

Angga lantas menarik kursi untuk gadis itu, baru kemudian dia kembali duduk di kursinya sendiri. Posisi mereka kini saling berhadapan setelah dia duduk.

“Aku jadi penasaran apa yang ada dibalik semua sikap manismu ini,” ujarnya.

“Sebentar lagi kau juga akan tahu,” jawab Angga misterius.

Tak lama pelayan datang dan mereka mulai sibuk memilih menu. Makan malam itu berjalan ringan dan menyenangkan. Angga dan kekasihnya banyak membicarakan hal-hal yang menyangkut keseharian mereka. Angga tidak sedikit pun menyinggung soal niatnya malam itu, dia berpikir untuk menyimpannya dahulu setidaknya sampai seluruh sajian di atas meja habis.

“Angga, sebenarnya ada yang ingin aku katakan,” kata sang kekasih, ekspresinya terlihat begitu serius.

“Silahkan, aku akan mendengarmu.” Satu tangan Angga masuk ke dalam saku jaket. Menggenggam kotak beludru yang rencananya akan dia perlihatkan kepada sang kekasih.

“Aku mau kita putus.”

Namun semua skenario yang ada dikepala Angga tampaknya hanya tertinggal sebatas niat, dan tidak pernah terealisasikan menjadi sebuah kenyataan karena sebelum kata-kata yang telah persiapkan meluncur dari bibirnya, dia langsung harus menerima kenyataan yang bak mimpi ini. Terus terang saja hubungannya dengan sang kekasih baik-baik saja. Lantas kenapa?

Kening Angga berkerut pertanda tidak mengerti atas kata-kata yang gadis itu ucapkan.

“Aku mau kita pisah saja. Kita akhiri hubungan kita.”

Kedua mata si pemuda langsung melebar dan tak berkedip menatap gadis yang duduk di hadapannya. Berbeda dengan dirinya gadis itu tampak tenang dan nyaman seolah dia memang telah menyiapkan segalanya untuk moment ini. Berbeda dengan Angga yang begitu gusar.

“M—maksudmu apa, Ay?”

“Kita tidak bisa bersama lagi,” jelas gadis itu lugas.

“Tapi kenapa?”

“Kita tidak cocok dalam berbagai hal, terlalu banyak perbedaan yang aku rasakan diantara kita dan seiring berjalannya waktu aku tidak bisa menemukan titik tengahnya. Selama ini aku mencoba untuk menolerir semuanya, tetapi aku rasa aku telah mencapai batasku. Aku sudah lelah dengan semuanya. Berpisah adalah jalan terbaik untuk kita. Kau tidak pernah berusaha mengubah situasi kita. Tidak ada kemajuan.”

Angga memejamkan mata berharap ketika dia membukanya semua ini bisa melebur menjadi bunga tidur. Tapi sayangnya ini adalah realita. Sebuah kenyataan yang harus dia hadapi. Kekasihnya memang meminta perpisahan.

Angga menggenggam erat kotak beludru yang dia genggam hingga siku-siku bagian bawah kotak menggores telapak tangannya sendiri. Dia tidak mempedulikan rasa sakit dan perih di tangannya karena kini justru yang lebih sakit adalah bagian lain. Ya, hatinya lebih sakit.

“Jangan bercanda, Ay.” Angga tertawa kering menutupi rasa sakit. Entah kenapa egonya berteriak nyaring pada dirinya untuk melakukan hal itu. Harga dirinya terlalu tinggi untuk hancur di depan gadis yang sudah dia pacari nyaris satu tahun.

“Maaf, tapi aku serius. Aku ingin kita putus.”

Ucapan maaf sama sekali tidak memperbaiki keadaan atau pun kenyataan pahit yang sedang dihadapi oleh Angga.

“Jadi ini hasil dari meminta waktu untuk berpikir?” Kedua mata Angga menatap padanya dengan sendu. Ada sakit yang begitu kentara disana dan dia yakin perempuan itu pasti menyadarinya.

“Maaf, sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.”

Seribu kata maaf tidak akan bisa memperbaiki hatinya yang hancur. Sejuta maaf tidak akan mengobati hati yang terluka. Malam itu Angga putus cinta, dan rasanya benar-benar parah.

Motor sport berwarna hitam merah melaju kencang di jalan raya. Beberapa kali nyaris menabrak kendaraan lain dalam upayanya mencari kecepatan. Tentu saja tingkah ugal-ugalan ini mengundang bunyi klakson dari beberapa kendaraan yang nyaris menabraknya.

Namun seberapa banyak orang yang menyumpah serapahinya di jalan tidak dia pedulikan sama sekali. Tapi bukan berarti si pengendara motor adalah si orang gila yang mengemudi untuk mencari kesenangan. Dia hanya sedang dipenuhi dengan emosi tak terkendali ketika dirinya dilanda patah hati. Ya, si pengedara itu adalah Angga. Pemuda yang baru saja dihempaskan jatuh oleh seorang gadis yang pernah berkata bahwa dia mencintainya dan tidak akan meninggalkannya.

Laju motor itu pada akhirnya melambat hingga akhirnya tidak mau melaju lagi.

“AH SIALAN!”

Angga mengumpat ketika melihat jarum penanda bahan bakar motornya mengarah di bagian merah. Dia turun dari kendaraan roda dua tersebut hanya untuk sekadar menendangnya kemudian berjalan tanpa arah.

Angga melangkah di bawah deretan lampu jalan diantara orang-orang yang tengah menikmati malam minggu mereka dengan pasangan masing-masing. Biasanya Angga adalah salah satu dari mereka yang menyukai hal-hal seperti ini. Berjalan di tengah temaram cahaya elektrik buatan manusia ditemani dengan hembusan angin malam yang sejuk. Tapi untuk sekarang dia tidak punya energi untuk menikmati malam minggu.

Bagaimana bisa dia menikmati semua itu jika saat ini saja hatinya tengah diliputi oleh rasa sakit dan amarah yang menyala?

Angga merogoh sakutnya dan mengeluarkan kotak yang berisi benda yang seharusnya kini menghias jari manis kekasihnya. Seharusnya memang begitulah jadinya bila rencana yang dia buat berhasil sukses. Tetapi kini cincin ini sudah tidak bertuan sebab pemiliknya lebih memilih meninggalkan Angga sebelum pria itu sempat menyematkan cincin tersebut di jari manisnya.

Bruk!

Sebuah bahu tidak sengaja menabrak Angga membuat kotak di tangannya jatuh dan memantul di jalan. Berhenti tepat di kaki seseorang yang bergerak cepat memungutnya dan langsung berlari ke arah Angga untuk mengembalikan benda itu.

“Hei, kurasa ini punyamu.”

Angga menunduk menatap kotak beludru yang disodorkan kepadanya tanpa merasa perlu melihat orang yang memberikannya.

“Ambil saja, aku sudah tidak butuh,” ujar Angga sambil lalu.

***

“Orang aneh,” gumam wanita itu sambil membuka kotak di tangannya. Kedua matanya langsung melebar begitu melihat isi dari kotak tersebut. Dengan cepat dia menutup kotak tersebut dan kembali mengejar si pemilik. Namun sialnya si pemuda sudah keburu menghilang dengan cepat, hingga tidak ada lagi sosok tinggi tersebut diantara orang-orang yang dilihatnya.

Wanita itu menatap kotak ditangannya. Bingung harus berbuat apa, pada akhirnya dia memilih menyimpannya ke dalam tas yang dia bawa dan meneruskan langkah sebelum dan tepukan mendarat di bahunya. "Yo Riri! aku datang menjemputmu." 

"Doni! dari tadi aku menunggu, kemana saja kau ini?" 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
63 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status