Matari melihat boneka lain yang diberikan Rocky hari ini dengan nanar. Boneka-boneka itu sama sekali tidak menambahkan perasaan apapun pada yang memberikannya. Tak ada rasa berdesir maupun kupu-kupu menari-nari di perutnya. Matahari merasa bingung tak karuan. Dia sebenarnya nggak mau semuanya jadi seperti ini. Saat itu, Sandra masuk ke kamar dengan hati-hati.
“Ada boneka lagi? Rocky?” tanya Sandra.
“Siapa lagi?” tandas Matari.
“Lo nggak ngomong kalo lo nggak suka boneka? Gila ya si Rocky, belum juga sebulan pacaran udah dua kali ngasih boneka.”
“Gue nggak enak. Suerrr, Rocky baik banget.”
“Justru itu, lo harus jujur. Ya tapi gimana, lo sendiri aja nggak bisa jujur sama diri lo sendiri?”
“Maksud lo?”
“Nggak usah aneh-aneh. Gue udah kenal dari lo kecil. Gue tahu lo masih suka sama Davi
Libur ujian nasional kelas 3 telah datang lagi. Namun, murid-murid kelas 1 dan 2 bukan berarti bisa bersenang-senang selama liburan. Tugas berbentuk makalah, catatan harian kegiatan hingga proyek sains telah diberikan pada mereka untuk mengisi liburan singkat itu. Berbeda saat duduk di kelas 1, tugas kebanyakan hanya mengisi LKS saja, membuat banyak siswa kelas 2 mengeluh karena itu artinya mereka tidak bisa bermain terlalu lama atau berpergian terlalu jauh.Karena pembagian kelompok disesuaikan dengan huruf abjad menjadi per 5 orang, Matari akhirnya tidak bisa banyak protes saat tahu dirinya satu kelompok dengan Narita. Selain itu masih ada Echa yang memiliki nama asli Mariska, dan dua orang lainnya yaitu Niken dan Pandu. Pandu adalah satu-satunya anak laki-laki di kelompok mereka. Setelah sepakat bahwa tugas akan dikerjakan di rumah Matari, karena letaknya tidak jauh dari sekolah dan perpustakaan da
Lebaran tahun 2002, tanggal 6 DesemberSaat itu hari lebaran pertama. Seluruh keluarga besar Eyang Poer berkumpul di rumah. Rumah yang biasanya sepi, kali ini ramai. Beberapa tetangga datang bergantian untuk bersalaman dan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1423 Hijriyah. Matari telah sepenuhnya naik ke kelas 3 SMP sekarang. Buku-buku latihan Ujian Nasional bertumpuk di kamarnya sekaligus kamar milik Sandra.“Ada cowok lo tuh,” kata Kak Tiwi, meledek sambil berbisik di telinga Matari.“Hah? Siapa?” tanya Matari berbalik.Kak Tiwi cuma tersenyum-senyum saja. Matari sedang membuat teh bersama Sandra di dapur dan mendengar suara Tante Indira yang ramah, yang akhirnya Matari bisa menebak, bahwa Iko sekeluarga yang datang.“Udah lama banget gue nggak ngeliat mereka,” celetuk Sandra.“Ya udah yuk, kita kasih salam dulu. Mbok, maaf goreng empingnya sekalian dilihatin tehnya ya, takut ada semu
Persiapan UN bahkan udah dimulai sejak Matari menginjakkan kakinya di kelas 3. Setengah tahun berlalu, dia memutuskan untuk ikut bimbel di sekolah, karena biayanya jauh lebih murah dibanding di luar. Biaya itu dipakai untuk jasa yang diberikan kepada para guru honorer yang ikut serta membantu mereka. Setiap selesai kelas, pasti Matari dan Sandra udah nongkrong di kantin untuk makan siang sambil nungguin jadwal bimbel. Seperti hari itu.“Arah jam 11,” kata Sandra sambil berbisik pada Matari.“Apaan?” tanya Matari bingung.“Anak baru, seragamnya beda, mau pindahan sini kayanya. Perasaan sekolah ini banyak banget nerima anak baru,” jawab Sandra sambil menunjuk sebuah mobil yang datang dari arah gerbang.Matari menatap mobil kijang kapsul itu dengan lekat-lekat. Di samping mobil itu, ada seorang anak laki-laki seusia dengannya. Badannya tinggi, berkulit putih dan berkacamata. Rambutnya di
“Tahu nggak, di ekskul basket ada anak baru join. Ganteng. Bersiiiih banget, lalet nempel kepleset kayanya,” kata Thea disuatu hari saat mereka semua sedang makan di kantin saat jam istirahat.Tahu gue, anak kelas 2 F kan? Namanya Arga kan?” tebak Sandra sambil mencomot cimol dengan lahap.“Lahhhh, kok udah tahu duluan lo? Jangan-jangan udah ada yang ngincer ya, di antara kalian?” tanya Thea kaget.“Kaga ada yang ngincer. Kita baru sebatas cuma suka ngeliatin doang. Nyegerin mata ya nggak, Ri?” timpal Sandra sambil tertawa.“Seriusan lo? Ama adik kelas?” ledek Lisa. "Bukannya nyari level di atas kita, malah downgrade lo!”Matari terkekeh. “Anjir, kagak! Kita aja baru kenal! Lagian ngeliatin doang tuh bukan berarti suka beneran. Nggak semua-muanya itu dihubungin sama perasaan, Lis!”“Kalian kenal di mana? Baru join b
Tak banyak yang tahu kalau Matari suka banget kucing. Saat dulu masih tinggal di rumah lama, Matari memelihara beberapa kucing bersama Ibunya. Saat di rumah Eyang Putri pun, dia kerap memanggil kucing-kucing lewat dan memberikan makanan sisa rumah mereka. Mbok Kalis pun sering melakukan hal yang sama karena majikan kecilnya menyukainya.Suatu sore, dia sedang bermain bersama kucing liar di teras rumahnya. Hari itu hari Sabtu sore. Jadwal bimbel tidak ada. Sehingga Matari bebas untuk melakukan apapun di rumahnya. Eyang Putri sedang arisan. Mbok Kalis sedang mempersiapkan makan malam sekaligus memasak nasi. Hari ini, Kak Bulan akan pulang. Dan menginap sampai Senin pagi.“Kak Matari?” seseorang menyapanya dari luar pagar.Matari mendongak. Dan mendapati Arga di sana. Dia masih memakai seragam basket yang basah di bagian punggungnya. Tas gym mahalnya tampak penuh dengan bola dan
Sandra terus menjodoh-jodohkan Matari dan Arga, yang tentu saja ditolak oleh Matari. Kedua sahabatnya yang lain, Thea dan Lisa sih mendukung aja, asalkan jangan ngeganggu masa-masa persiapan mereka menuju ujian demi ujian menjelang kelulusan.“Kayak lo belajar aja, Sa!” kata Sandra meledek.“Yeeee, gue belajar tahu. Kata Mama tuh yang penting dapet nilai minimal. Yang penting lulus. Jangan ada salah satu yang nilainya merah atau 5. Ya udah gue ngehapalin yang gue bisa aja. Kata Mama kan gitu,” timpal Lisa.“Ya bener kata Mama lo. Cuma kan soalnya banyak banget dan lo harus bisa minimal 60 % aja. Lo yakin, sanggup?” tanya Thea.“Harus sanggup. Lagian gue tuh SMA nggak di sini kan? Sebenernya gue ada back up plan. Jadi kalaupun gue nggak lulus, gue akan ikut kejar paket, dan abis gitu les buat ikut semacem tes atau sekolah persamaan. Gue bak
Bagi idola baru anak kelas 2, tentu saja informasi hari ulang tahun Arga secepat kilat berhembus kesana-kemari. Bahkan, anak-anak basket semuanya tanpa terkecuali telah mengetahui informasi itu. Sudah menjadi budaya mereka, kalau nanti ada salah satu tim basket berulangtahun, mereka akan mengguyur dengan air dan kertas yang dipotong kecil-kecil. Tepung dan telur sudah lama dilarang untuk perayaan ulang tahun di sekolah. Tentu saja hal ini sudah sampai ke telinga Thea.“Ri, Arga mau ultah lho!” seru Thea sambil mendekati Matari yang sedang duduk santai di kursinya sendiri saat jam istirahat.“Argaaaa??? Siapa tuh?” sambung Gilang yang duduk di belakang Matari kepo.“Arga, anak basket. Elo mah nggak gaul, nggak usah tahu!” seru Thea kesal.“Hah? Emang ada anak basket namanya Arga? Don, anak basket ada yang namanya Arga?” tanya Gilang pada Dono, salah satu mantan tim basket inti kelas 2 di jaman Thea dulu, yang
Keesokan harinya, kado sudah dititipkan ke Umar melalui Sandra. Matari bahkan sudah lupa bagaimana nantinya karena hari itu banyak tugas-tugas sekolah yang menuntut pikiran dan tenaganya. Hingga akhirnya saat Gilang mengajaknya pergi ke ruang guru, Matari ikut dengan setengah hati. Tugasnya bahkan baru dikerjakan separuhnya. Namun Gilang bersikeras karena dia nggak mau pergi sendirian.Di tengah jalan, Matari berpapasan dengan Arga dan Umar.“Eciyeeee, udah ngucapin terimakasih belom? Nih orangnya!” seru Umar.Matari tersipu malu. Meskipun dia niat nggak niat, namun dia merasa malu juga harus berhadapan dengan Arga. Nggak seperti sebelumnya.“Eh, Kak, saya mau ngomong sebentar bisa?” tanya Arga to the point.“Hmm, bentar. Lang, lo ke ruang guru duluan, nanti gue nyusul,” jawab Matari pada Gilang.Gilang yang sejak tadi penuh tanda tanya akhirnya menurut masuk ke ruang guru.“Makasih, Kak, buat