Ditolak wanita idamannya membuat Andi patah hati lalu kabur ke Semarang dan menjalani hidup seperti dengan berganti-ganti wanita seperti berganti baju. Hidup Andi harusnya baik-baik saja kalau ia tidak bertemu dengan Triana Sahrena, gadis yatim piatu yang membuat Andi ingin melindunginya. Saat Andi mulai goyah dengan hatinya tiba-tiba wanita masa lalu kembali menawarkan cinta. Manakah yang akan Andi pilih?
더 보기Semua berawal dari pesta bujang semalam. Destra, sahabat karib Andi akan menikah.
Awalnya, Andi tidak ingin hadir karena pasti Destra juga akan mengundang Rihana, teman mereka, yang juga mantan FWB Andi. Jelas, Andi tidak mau bertemu dengan wanita itu karena masih memendam kesal sebab perasaannya tak dibalas, dan justru ia hanya dianggap sebagai objek oleh Rihana.
Namun, karena paksaan Destra dan ibundanya yang menyuruh pulang, akhirnya Andi kembali ke Jakarta dan akan menghadiri acara pernikahan itu. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Ana, sepupu jauh dari istri Destra.
Awalnya hanya gairah kecil-kecilan saat Ana menginap beberapa hari di rumah Andi. Dan sekarang, entah bagaimana, Andi berakhir di hotel kamar dengan Ana.
"Na, kalau kamu mau berhenti sekarang waktunya. Aku gak jamin bisa menahan diri.”
Andi memberikan peringatan terakhir sebelum kesadarannya ikut meluap dan satu-satunya yang menguasai adalah gairah membara dan tuntutan untuk dilampiaskan.
Seumur hidupnya, Trifandi Dewangga– Andi selalu mendapatkan hal yang ia inginkan dan ini kali pertamanya meminta izin. Semua itu karena Triana Sahrena, gadis lugu yang mampu membuat Andi terpikat.
"Aku gapapa kok. Aku bisa—" Ana tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
Bibir Andi langsung menyambarnya, keduanya berciuman dengan penuh tuntutan. Kepala Andi pusing, jantungnya berdebar meski ini bukan pengalaman pertamanya. Andi tahu batas alkoholnya, dua gelas bir harusnya tidak membuat ia mabuk jadi pasti karena aroma wangi gadis inilah ia mabuk.
Ana tidak ketinggalan, meski ini pengalaman pertama tapi ia sudah menonton beberapa film dewasa untuk bekal. Tangannya memeluk kepala Andi, membawa Andi untuk memperdalam ciuman mereka sambil saling melucuti pakaian masing-masing.
"Na, boleh?" tanya Andi sambil menatap Ana dari bawah sana.
Andi menunggu sebuah ijin lalu dengan anggukan Ana, lidahnya mulai beraksi menjilat bagian-bagian yang membuat Ana mendesah.
Lidah Andi dengan lihai membawa Ana menuju kenikmatan, tubuh gadis itu bergetar sambil menyerukan nama Andi. Tangan Andi masih bergerilya di bagian bawah Ana, membuat Ana kembali mendesah kenikmatan sambil tangannya mencengkram seprai melampiaskan hasrat.
"Andi … ahhh …" hanya itu yang mampu Ana ucapkan.
Andi tersenyum penuh kebanggaan. Egonya sebagai lelaki benar-benar terpuaskan melihat Ana yang mandi keringat dalam kondisi setengah telanjang dan memanggil nama Andi menuntut untuk segera dipuaskan.
Andi menjilat tangannya yang berlumuran cairan Ana, sementara Ana masih mengatur napas karena dihujani pelepasan berkali-kali padahal hanya dengan jari dan mulut Andi.
"Sekarang kita ke menu utamanya." Andi berkata lalu menanggalkan celananya.
Ana memalingkan muka saat melihat Andi melepaskan celana dalamnya, sementara Andi tersenyum kecil lalu meraih jemari Ana.
"Pegang di sini." Andi menuntun tangan Ana untuk memegang miliknya.
"Lihat ke sini kamunya." Andi meraih dagu Ana meminta gadis yang sebentar lagi kehilangan keperawanannya itu untuk melihat ke arahnya.
"Mau coba kulum?" Andi menawarkan dan Ana mengangguk.
Pelan Ana membuka mulut lalu mengulum milik Andi membuat pria itu menggeram kenikmatan. “Mhhh … enak, Na.”
Andi dibuat limbung hingga harus berpegangan pada pundak Ana.
"Kayak kamu makan es krim, mainin sepuasnya," perintah Andi dan Ana mengangguk.
Meski malu-malu dan amatir ternyata Ana mampu membuat Andi panas dingin. Andi meletakkan tangannya di leher Ana, mengelus sisi wajah Ana yang masih bermain dengan kemaluan Andi.
"Ya, Na. Gitu iya." Andi memberikan instruksi.
Ana diam-diam tersenyum karena pujian Andi, ini pengalaman pertamanya dan Ana juga ingin memberikan kenikmatan yang sama seperti yang Andi berikan padanya.
"Aku mau masuk boleh, Na? Aku nggak tahan lagi." Andi meminta ijin lagi.
Ana mengangguk lalu mengikuti instruksi Andi untuk berbaring. Andi membuka paha Ana lebar-lebar, memperlihatkan bagian tengah Ana yang menganga membuat Andi semakin tergoda.
"Ini pasti sakit tapi aku janji pelan. Kamu boleh cakar aku atau teriak." Andi mengecup paha Ana juga memberikan jilatan kecil. “Kalau sakit bilang.”
Ana tertawa kegelian. Andi tersenyum karena tawa Ana yang begitu manis.
Pelan-pelan Andi berusaha memasukkan kemaluannya. Ana berjengkit rasa ngilu langsung menyergap.
Saat Andi berhasil memasukkan seluruh kemaluannya. Ana memekik kecil. “Ahh … sakit …”
Andi merebahkan diri di atas Ana, memberikan satu-dua ciuman di leher gadis itu sambil meresapi hangat yang menjalar dari bawah sana.
"Aku janji akan pelan." Andi berbisik lalu mengecup pipi Ana.
Andi mulai bergerak sementara Ana mendesah kenikmatan, ia menoleh ke kanan dan kiri sambil berpegangan pada lengan kokoh Andi.
“Ahh… Ahh Andi… Make it slow.” lenguh Ana dengan mata yang mulai meredup. Ia hanya mampu mendesah semakin kencang seiring dengan milik Andi yang semakin intens di dalamnya.
Tangan Andi tidak tinggal diam, ia meremas dada padat Ana yang ikut bergoyang seiring dengan gerakan tubuh mereka, membuat Ana semakin melayang.
Permainan Andi benar-benar memabukkan bahkan lebih berbahaya dari alkohol. Gerakannya semakin cepat ketika puncak akan segera diraih. Dan itu, jelas membuat Ana semakin meracau tak karuan.
Hingga akhirnya, Andi menarik dirinya dan mengeluarkan cairan itu tepat di perut Ana sambil mengerang nikmat.
**
Pagi itu, Andi bangun lebih dulu. Ia melihat Ana yang masih terlelap dalam dekapannya.
Melakukan hal seperti ini jelas bukan kali pertama bagi Andi. Selama bekerja di Jakarta, Andi juga bukan pria baik-baik. Usai dijadikan objek oleh mantan FWBannya, dirinya enggan jatuh cinta. Tapi dengan Ana…. ini berbeda.
Diliriknya perempuan itu, deru nafas tidurnya tentram. Ia jadi membayangkan dirinya di kemudian hari kalau Ana terbangun di sampingnya. Bekas bercak merah dekat rok pendeknya yang terang menandakan ini yang pertama bagi Ana.
Saat Ana terbangun, matanya sempat mencari arah, lalu menatap Andi dari balik helaian rambut kusut.
"Kita masih bisa temenan kan?"
Takut ide gilanya tadi membuat hubungannya dengan Andi menjadi canggung dan mempengaruhi persiapan pernikahan Ifa— sepupunya sekaligus calon istri Destra
Andi menurunkan pandangannya ke Ana. Ia menatap lamat-lamat.
“Na…” suaranya rendah. Berat. “Nggak ada temen yang tidur bareng—”
Ia berhenti sebentar, menatap bibir Ana, lalu kembali ke matanya.
“—atau… kamu lebih mau jadi temen aku?” bisiknya pelan, nyaris menantang. “Temen panasku?”
"Nggak apa-apa. Aku gak kemana-mana." Andi masih memeluk Ana yang menangis.Andi melirik meja mereka yang berada di seberang ruangan, beberapa dalam kondisi teler sedangkan sisanya tidak terlihat kemungkinan sedang menari atau sudah berakhir di kamar masing-masing, Tiadak ada yang bisa diharapkan untuk menenangkan Ana. Andi melepas jaketnya lalu memakaikannya ke Ana dan membawa gadis itu keluar dari area bar.Lift mereka tiba di rooftop, Ana sudah lebih tenang sehingga kini Andi hanya perlu merangkul Ana yang sedikit limbung."Maaf merepotkan," ujar Ana saat keduanya tiba di rooftop.Keduanya duduk bersandar pada tembok, menikmati semilir angin malam yang menggelitik.Tidak ada percakapan, hanya Ana yang duduk memeluk lutut dan Andi yang menghisap rokok elektrik, wangi vanila dari asap rokok elektrik bercamour dengan udara malam dan parfum Andi yang tertingal di jaket menyelimuti Ana."Keberatan kalau aku ngerokok?" Andi mengeluarkan sebungkus rokok.Ana menggeleng."Nikotin sialan,"
Hentakan musik terdengar bersahutan dengan tawa dan teriakan penyemangat, di atas meja Destra menari bersama seorang gadis, tangannya merangkul pinggang gadis tersebut sementara si gadis mengalungkan tangannya di leher Destra dan mengoyangkan badan mengikuti irama musik."Si anjing, dia nggak lupa dua minggu lagi mau nikah kan?" Umpat Andi melihat tingkah Destra yang justru memeluk gadis dengan pakaian terbuka itu lebih erat.Andi menoleh pada meja sebelah tampak Ifa—calon istri Destra—justru baru menyelesaikan one shoot drink dengan laki-laki yang bertelanjang dada."Pantesan jodoh." Andi lalu melipir menuju meja bar area VIP yang tampak lebih sepi, ia memesan segelas bir dan menikmati bir itu dalam ketenangan. Beberapa gadis tampak bertukar pandangan dan memberikan senyuman nakal yang jelas Andi pahami arah tujuannya.Malam Minggu jelas puncak keramaian diskotik, lantai dansa penuh dengan manusia yang berjoget seperti cacing kepanasan, beberapa bahkan sambil bertukar ciuman atau mul
Andi menahan napas saat gadis itu mendekat, bau parfum manis Ana menggelitik hidung menggoda Andi untuk mengendus si pemilik tubuh, padahal ia yakin tidak mencium parfum itu saat mereka makan malam tadi.Hormon sialan, maki Andi dalam hati."Makasih, Trifandi." Ana beranjak dari kasurnya. Andi berusaha menoleh ke lemari pakaian yang terletak di sisi kanannya, ia harus mengalihkan pandangan dari baju tidur longgar yang membuat pikirannya membayangkan hal-hal yang ditutupi di baliknya. Lebih mudah jika ia langsung keluar kamar seperti pesan ibunya, sayangnya Andi tidak berniat menuruti saran itu sekarang, ia justru semakin ingin berlama-lama dengan Ana.Ana meminum wedang jahenya seteguk kemudian mendesah lega, cairan hangat itu membuat perutnya lebih nyaman. Ia sama sekali tidak menyadari jika suaranya barusan justru makin membuat Andi panas dingin, Ana mengikuti arah pandang Andi dan menemukan rak kaca berisi action figur dari anime Naruto yang terletak di samping lemari baju."Gila!
"Trifandi Dewangga! Kalau kamu nggak pulang, Ibu bakal nyuruh ayahmu buat bikin perusahaan cuci-cuci kamu itu bangkrut." Suara itu melengking dari speaker ponsel yang diangkat sembarangan oleh Raka—teman sekamarnya—dan kini menggema di seluruh apartemen kecil mereka di Jakarta."Nyokap lu megang saham BUMN, apa gimana sih? Kok kayak nuklir hidup gitu," gumam Raka sambil menyerahkan ponsel ke Andi yang masih tengkurap di balik selimut.Andi hanya mendengus, separuh wajahnya masih terkubur bantal. “Lu ngangkat duluan siapa suruh.”“Gue kira itu pacar lu yang mana lagi.”“Pacar lu juga bukan yang mana-mana. Lu tuh…”“TRIFANDI!!!”Mereka berdua refleks menoleh ke ponsel yang masih menyala.Dan begitulah, sang “Kanjeng Ratu Dewangga” kembali mengancam mengirim utusan kerajaan dari Semarang hanya untuk menyeret anak bungsunya pulang demi sebuah… pesta pernikahan. Bukan milik Andi, tentu saja. Tapi milik Destra, sepupu sekaligus sahabat brengseknya dan selalu dianggap "anak kebanggaan keluar
Semua berawal dari pesta bujang semalam. Destra, sahabat karib Andi akan menikah.Awalnya, Andi tidak ingin hadir karena pasti Destra juga akan mengundang Rihana, teman mereka, yang juga mantan FWB Andi. Jelas, Andi tidak mau bertemu dengan wanita itu karena masih memendam kesal sebab perasaannya tak dibalas, dan justru ia hanya dianggap sebagai objek oleh Rihana.Namun, karena paksaan Destra dan ibundanya yang menyuruh pulang, akhirnya Andi kembali ke Jakarta dan akan menghadiri acara pernikahan itu. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Ana, sepupu jauh dari istri Destra.Awalnya hanya gairah kecil-kecilan saat Ana menginap beberapa hari di rumah Andi. Dan sekarang, entah bagaimana, Andi berakhir di hotel kamar dengan Ana."Na, kalau kamu mau berhenti sekarang waktunya. Aku gak jamin bisa menahan diri.” Andi memberikan peringatan terakhir sebelum kesadarannya ikut meluap dan satu-satunya yang menguasai adalah gairah membara dan tuntutan untuk dilampiaskan.Seumur hidupnya, Trifandi D
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글