WARNING!!! 18+++ Pastikan usia kalian sudah dewasa untuk membaca cerita ini! Aneesa punya segalanya-ketenaran, kekayaan, dan keyakinan bahwa tak ada pria yang setara dengannya. Namun, Marcello datang bukan untuk mengagumi Aneesa. Ia adalah bintang F1 yang berdiri sejajar dengannya di dunia yang gemerlap. Sementara Barron, si gentelman yang kaya Raya dan perfectionis adalah sosok yang 'pantas' dijadikan pasangan. Mampukah Marcello menaklukkan hati seorang wanita yang terlalu tinggi menilai dirinya sendiri? Di antara balapan, panggung megah, dan luka, cinta jadi taruhan yang paling berani.
View More
Chapter 1 A Pop Star "Kau harus beristirahat, atau kau tidak akan bisa menari lagi selamanya." Kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga Aneesa, bahkan ekspresi dokter spesialis ortopedi yang menanganinya masih terbayang dengan jelas. Sangat serius dan tatapan matanya seolah sedang memberikan ancaman. Empat bulan yang lalu Aneesa Peyton mengalami dislokasi pergelangan kakinya yang menyebabkan dirinya harus menjalani operasi kemudian selama delapan minggu Aneesa hanya bisa duduk di kursi roda dan setelah menjalani rehabilitasi medik selama dua bulan akhirnya kembali bisa berjalan tanpa tongkat. Namun, satu tahun tidak boleh menari ataupun berolahraga berat membuatnya merasa Tuhan seperti sengaja mempermainkannya. Aneesa yang berprofesi sebagai penyanyi pop sedang menikmati kepopulerannya yang meroket, bahkan menjadi trend setter karena gebrakan-gebrakannya yang dianggap berani dan penuh terobosan. Suaranya kuat, gaya panggungnya unik, dan setiap lagu barunya memuncaki tangga lagu dunia dalam hitungan hari. Setelah jatuh bangun membangun kariernya kini Aneesa bukan hanya penyanyi, ia adaloah ikon, dan berhasil menggelar konser keliling dunia pertamanya. Sayangnya di tengah kepopulerannya, ia justru mengalami cedera di pergelangan kaki. Cederanya terjadi di menit terakhir lagu terakhir sekaligus negara terkahir yang dikunjungi, meskipun begitu, wanita berusia dua puluh empat tahun itu tetap merasa frustrasi karena menyanyi dan menari ibarat nyawa dalam hidupnya. Sesuatu yang ia kejar mati-matian, bahkan rela berselisih dengan ibu kandungnya demi mengejar mimpi menjadi seorang penyanyi kini harus ia relakan lepas sesaat dari genggamannya. Suara langkah kaki terdengar di lantai rumah mewahnya di kawasan elit Beverly Hills, California membuat Aneesa menoleh ke sumber suara dan mendapati Dayana Tucker, manajernya melangkah memasuki ruang keluarga di mana Aneesa duduk di sofa mahalnya. "Kebetulan aku lewat dan mendengar dari Lyndi kalau kau baru saja pulang dari terapi medik," kata Dayana sembari tersenyum lebar. Wanita berusia empat puluh lima tahun yang telah menjadi manajernya selama lima tahun itu sangat dihormati oleh Aneesa. Dayana selalu mengerti apa yang dibutuhkannya, mampu memahami kekurangannya, dan yang terpenting tidak pernah menekannya demi uang sehingga bagi Aneesa, Dayana bukan sekedar manajer melainkan sandaran. "Bagaimana terapimu tadi?" tanya Dayana. Aneesa menatap kaki kanannya. "Aku sudah diperbolehkan berjalan tanpa tongkat lagi," jawab Aneesa tanpa minat. "Perkembanganmu cukup baik, aku senang sekali mendengarnya," ujar Dayana sembari mengambil remote control televisi yang terletak di sofa lalu duduk. "Tetap saja masih ada delapan bulan lagi sampai aku diperboleuhkan berolahraga dan menari lagi," kata Aneesa dengan wajah masam membayangkan betapa membosankannya delapan bulan tanpa menari dan olahraga berat seperti empat bulan yang telah dialalui. "Kau bisa memanfaatkan waktu laungmu untuk istirahat, lagi pula tahun ini kau memang tidak memiliki jadwal tur," kata Dayana. Tahun ini memang Aneesa seharusnya beristirahat, tetapi beristirahat bukan berarti tidak melakukan apa pun dan cedera kakinya benar-benar menjengkelkan. Aneesa menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dengan malas, seharusnya tahun ini bisa mempersiapkan beberapa lagu dan tarian baru untuk mengisi album kelimanya. "Dulu kau sering mengeluh tidak memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan lukisanmu hingga kehilangan ide," kata Dayana seraya menatap Aneesa yang bertampang masam. Bukan rahasia, wanita berusia dua puluh empat tahun yang memiliki kecantikan khas seperti wanita-wanita Scandinavia yang memiliki mata bulat dan besar dengan warna biru dan rambut pirang, ia juga memiliki banyak bakat yang membuat banyak orang berpikir jika Tuhan memberinya terlalu banyak berkah. Ia bisa menyanyikan lagu dengan tempo cepat sembari menari, tetapi suaranya tetap terkontrol, tidak goyah sama sekali. Ia juga memiliki bakat yang tidak bisa ditiru semua orang yaitu melukis dengan detail yang membuat hasil karyanya terlihat seperti hidup. Aneesa menatap Dayana, tetapi tidak berkata-kata sementara Dayana menghela napasnya. Wanita itu sepertinya cukup memahami seberapa depresinya Aneesa dengan keadaan kakinya meskipun dokter mengatakan jika Aneesa akan bisa kembali menari lagi setelah satu tahun pasca pemulihan cederanya. "Beberapa hari yang lalu Justin Daytona meneleponku." Dayana menatap Aneesa, sangat yakin Aneesa akan tertarik dengan topik itu dan terbukti Aneesa langsung mengubah posisi duduknya menjadi tegak. "Apa dia memiliki lagu untukku?" tanya Aneesa dengan penuh semangat, seperti tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Dia bilang memiliki beberapa lagu baru, salah satunya diciptakan untuk kau nyanyikan. Tapi, dia belum yakin kau menyukainya atau tidak," jawab Dayana sembari tersenyum puas. "Apa kau sudah menjadwalkan pertemuan kami? Untuk membicarakan lagu baru itu," kata Aneesa dengan senyum mengambang di bibir indahnya. Dayana menatap Aneesa dengan serius. "Dia membuat lagu dengan tempo lambat kali ini, dia tahu kau sedang cedera." Ekspresi Aneesa seketika berubah. "Aku belum pernah menyanyikan lagu dengan tempo lambat." Dayana tersenyum. "Kau pernah menyanyikannya." Aneesa mengedikkan bahunya. "Ya. Saat mengikuti American Idol dan itu juga yang membuatku tereliminasi," ucapnya masal dan sedikit ketus. Dayana tersenyum, Aneesa adalah seorang peserta ajang pencarian bakat American Idol yang bahkan tidak masuk sepuluh besar. Namun, seorang produser musik, Giorgio Chiellini melihat bakat Aneesa dan sangat percaya pada instingnya bahwa Giorgio tidak mungkin salah menilai bakat seseorang. Kini Giorgio membuktikan pada semua orang, Aneesa memiliki empat album dengan jumlah puluhan lagu dan telah berhasil melakukan konser musik keliling dunia pertamanya bahkan memiliki penggemar fanatik di media sosial yang jumlahnya tidak sedikit bahkan terus bertambah. "Kenapa tidak mencoba sesuatu yang baru? Sesuatu yang tidak kau bisa, jadikan sebagai tantangan," kata Dayana seraya tersenyum lembut. Aku takut penggemarku kecewa," sahut Aneesa muram. "Kau bukan takut penggemarmu kecewa, kau takut tidak mendapatkan apresiasi sebesar keinginanmu," ujar Dayana. Aneesa menatap Dayana, sedikit kesal karena Dayana mengatakan isi hatinya. "Kau memang mengenalku." "Gio yakin kau pasti bisa, dia tidak mungkin salah menilai bakatmu," kata Dayana. Aneesa memutar bola matanya dengan malas. "Aku tahu kau selalu percaya padanya." "Dia ayah dari anak-anakku, aku tidak memiliki alasan untuk tidak percaya padanya," jawab Dayana sembari menekan tombol remote control dan chanel berubah. "Oh, iya. Asisten Barron juga menghubungiku." Kedua alis Aneesa berkerut. "Barron?" "Aku tahu, akhir-akhir ini kalian lumayan dekat," kata Dayana seraya menatap televisi di mana di dalam layar terlihat seorang pria berpakaian pembalap F1 sedang memegang piala di atas podium sembari tersenyum lebar. "Barron ingin mengajakmu ke perjamuan kemenangan tim Haas." Aneesa menatap layar di mana Marcello Knight, pembalap F1 yang sedang dipuja banyak orang di Amerika Serikat dan dunia tersenyum lebar. "Kau tahu, kan? Aku tidak mengerti dunia otomotif," kata Aneesa tanpa ragu-ragu. "Kau yakin tidak mau pergi?" tanya Dayana seraya mengamati ekspresi Aneesa. "Aku tidak akan pergi," jawab Aneesa tegas. "Meskipun Marley Hyatt juga ada di sana?" Aneesa membelalak. "Apa katamu?" Kedua alis Dayana terangkat dan wanita itu tersenyum, sementara sorot mata Aneesa berpendar-pendar.Chapter 8Berita Sensasional“Selamat, hari ini kau masuk portal berita paling viral.” Ucapan Sebastian sama sekali tidak ramah, kekesalan terlihat jelas sorot matanya dan senyum di bibirnya terlalu sinis. Namun, Marcello yang sedang tiduran di atas sofa justru memindahkan lengannya ke belakang kepalanya, menjadikannya bantal paling nyaman sembari menggoyang-goyangkan kakinya.“Sudah berapa kali kubilang, jaga jarakmu dengan Narnia!” ucap Sebastian lagi disertai dengusan kesal.“Aku terlalu banyak minum semalam,” ucap Marcello berbohong. Semalam saat melewati gerombolan pemburu berita, Marcello tidak sengaja mendengar orang-orang yang mencari nafkah dengan cara menyajikan informasi terkini selebriti maupun tokoh publik lain sedang membicarakan Aneesa dan Barron yang muncul bersama di perjamuan. Bukan masalah jika Barron menjadi spotlight di perjamuan semalam, tetapi jika bersama Aneesa tentu saja Marcello tidak bisa tinggal diam sehingga Marcello berinisiatif mencuri spotlight mere
Chapter 7Tidak PeduliMarcello memegangi sapu tangan yang telah dibasahi dan menyapukannya dengan lembut ke kulit punggung sebelah kanan Aneesa yang terbuka. Ekspresinya datar, tidak satu pun kalimat terlontar dari bibirnya, tetapi di dalam benaknya sedang mengagumi kulit Aneesa dan hasrat ingin kembali menjamahnya menggebu-gebu. Nyaris mengalahkan sikap tenang yang ia tampilkan.“Natal akan segera tiba,” kata Aneesa, tatapannya tertuju pada cermin di depannya yang memantulkan bayangannya dan Marcello. “Apa kau akan merayakannya di Barcelona?” Marcello mengangguk tanpa mengangkat kepalanya. “Aku selalu merayakan Natal di Barcelona. Bagaimana denganmu?” Ibunya tidak pernah menikah dengan ayah kandungnya, justru menikahi pria Yunani dan tinggal di Athena sementara ayah kandung Aneesa tinggal di Barcelona bersama istri dan keluarganya membuat Aneesa terbiasa merayakan segala sesuatu di dua tempat. Tetapi, setelah menapaki dunia tarik suara dan menetap di California, Aneesa berisnisiti
Chapter 6Perlu bantuanAneesa menatap Barron yang menjauh darinya karena seorang pria paruh baya memanggilnya. Sementara Marcello menatap Aneesa, menatap gaun yang dikenakannya. Gaun berwarna nude berpotongan asimetris dengan satu bahu terbuka itu memperlihatkan garis leher dan bahu dengan anggun. Bagian atas dibuat fit membentuk siluet tubuh pemakainya terlihat halus, namun tetap sopan. Kain yang dibentuk berlipit lembut melingkari tubuh Aneesa dari atas ke pinggang memberi dimensi elegan, sementara bagian bawah gaun dibiarkan jatuh menyapu lantai memberi kesan dramatis yang feminim sekaligus cerdas. Secara tidak sengaja sekilas Marcello melihat Aneesa mengenakan sepatu tanpa hak, pastinya karena cedera di pergelangan kakinya sehingga Aneesa mengakalinya dengan mengenakan gaun panjang yang menyentuh lantai."Kau sepertinya cukup akrab dengan Barron, ya?" kata Marcello seraya memasukkan tangannya ke dalam saku jaket bombernya dengan gerakan sangat santai.Aneesa menoleh pada Marcell
Chapter 5 Berpura-pura Tahun lalu Marcello bisa menghindari perjamuan dengan alasan klasik: tertidur dan sakit kepala. Awalnya tidak ada satu pun orang yang mengetahui kepergiannya ke Tibet sampai pemandu perjalanannya mengunggah momen pendakian di media sosial pribadinya dan unggahannya menghebohkan jagat maya membuat kedok Marcello terbongkar dan kali ini Marcello tidak bisa menggunakan alasan yang sama lagi untuk menghindari perjamuan yang dibuat bos Haas. “Aku sangat khawatir kau sudah berada di bagian bumi yang lain dan membuat orang kecewa lagi seperti tahun lalu,” kata Narnia sembari tersenyum semringah. Narnia Mendez selalu tersenyum ceria dan wanita berparas cantik itu seperti selalu dipenuhi energi. Pemilik rambut cokelat dan mata hijau berbingkai cokelat gelap itu adalah putri dari orang yang menjadi otak di di balik performa mobil balap di tim Haas sekaligus sepupu Barron yang terang-terangan mendukung tim Haas dan bersedia menggelontorkan dana dana yang tidak sedikit
Chapter 4Seorang DiktatorKetika remaja Aneesa pernah berpikir jika dalam hal materi tidak ada pria yang setara dengannya di seluruh Spanyol, kesombongan itu berdasarkan fakta jika ia adalah putri dari seorang ibu yang berlatar belakang keluarga militer sekaligus pengusaha dan ayah kandungnya juga tak kalah kaya raya. Tidak hanya sampai di sana, saat usianya lima tahun pamannya meninggal karena hepatitis alkoholik dan seluruh kekayaan pamannya diwariskan untuknya. Kekayaan pamannya bukan hanya berupa saham di beberapa perusahaan, tetapi pamannya meninggalkan kebun agave dan pabrik tequila di Tijuana yang resmi menjadi milik Aneesa saat memasuki usia legal. Sayangnya Aneesa tidak tertarik dengan dunia bisnis, satu-satunya yang menarik adalah bernyanyi dan menari di atas panggung yang megah. Jika suatu saat nanti harus mengurus bisnis yang diwarisinya, mungkin setelah panggung tidak lagi menarik di matanya atau setelah merasa jenuh dengan gemerlapnya dunianya sekarang sehingga kekayaa
Chapter 3 Dikenalkan dengan Aneesa "Tidak, Marcello," kata Lyndi dengan alis berkerut dalam seraya menatap Marcello dibarengi sorot mata ragu, "Bagiamana jika besok ia menyadari?" "Aku tidak mungkin melakukannya, Jessie dan papaku pasti membuhku," ucap Marcello dengan tegas dan tatapannya sangat meyakinkan Lyndi. Jessie adalah ibu tiri Aneesa dan merupakan adik perempuan ayah Marcello, meskipun tidak memiliki hubungan kekerabatan, tetapi mereka terikat hubungan keluarga sehingga alasan tersebut mampu membuat Lyndi tidak lagi mengeluarkan protesnya lalu membiarkan Marcello mengurus Aneesa-mendinginkan suhu tubuh Aneesa di bathub yang berisi air dingin. Marcello menghela napasnya mengingat malam yang baru saja dilaluinya, bagaimana ia melanggar kata-kata yang diucapkan dengan sangat meyakinkan pada Lyndi. Sudah lebih dari lima menit pria itu masih berdiri di depan jendela kaca kamar hotelnya sementara amarah masih membara di dalam benaknya, ingin sekali lagi menghajar Justin yan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments