LOGINWARNING!!! 18+++ Pastikan usia kalian sudah dewasa untuk membaca cerita ini! Aneesa punya segalanya-ketenaran, kekayaan, dan keyakinan bahwa tak ada pria yang setara dengannya. Namun, Marcello datang bukan untuk mengagumi Aneesa. Ia adalah bintang F1 yang berdiri sejajar dengannya di dunia yang gemerlap. Sementara Barron, si gentelman yang kaya Raya dan perfectionis adalah sosok yang 'pantas' dijadikan pasangan. Mampukah Marcello menaklukkan hati seorang wanita yang terlalu tinggi menilai dirinya sendiri? Di antara balapan, panggung megah, dan luka, cinta jadi taruhan yang paling berani.
View MoreChapter 49 Kebetulan yang Mustahil “Aku tidak mengerti maksudmu,” ucap Aneesa dengan tenang. Narnia memelintir rambut di samping telinganya menggunakan jari telunjuknya sembari menatap sinis Aneesa, juga senyum malasnya. “Aku banyak menaruh kecurigaan. Marcello sering diam-diam mencuri pandang padamu dan kau sering menghindari tatapan Marcello, tetapi kau juga sering diam-diam mencuri pandang pada Marcello.” “Kecurigaanmu tidak berdasar, kau menuduhku karena cemburu padaku,” ucap Aneesa dengan malas. “Tidak berdasar?” Narnia tersenyum mengejek. "Lalu, apa penjelasanmu? Kenapa kau kembali ke tempat ini?" Sebelah alis Narnia terangkat. "Kau tidak bisa menjelaskannya, kan? Dan mug stitch ini....” Ia menunjukkan layar ponselnya pada Aneesa dan tatapannya tajam penuh kebencian. “Kebetulan yang tidak mungkin!" “Aku tidak memiliki kewajiban memberi penjelasan padamu,” kata Aneesa lalu melangkah. Namun, Narnia menyentuh siku Aneesa dengan lembut. Gerakannya elegan. “Berpura-pura ba
Chapter 48 Kau atau Aku? Setelah tamu-tamunya meninggalkan tempat tinggalnya, Marcello memasukkan semua gelas ke dalam mesin pencuci peralatan dapur otomatis lalu membereskan semua bungkus makanan, membuangnya ke tempat sampah, dan mengembalikan botol alkohol ke tempat semula kemudian membersihkan meja dengan kain setengah basah. Memastikan kebersihannya seperti semula lalu menekan tombol perintah robot pembersih lantai di ponselnya barulah ia pergi ke kamarnya. Kamar Marcello berada di lantai atas, menghadap langsung ke pemandangan kota Los Angeles. Dinding kaca membentang dari lantai ke langit-langit menampilkan panorama lampu kota yang berkilau di malam hari dan cahaya keemasan di pagi hari yang dapat ia saksikan dengan menggeser tirai otomatis berwarna abu-abu gelap yang bisa menutup semua jendela hanya dengan satu sentuhan. Lantainya dari kayu berwarna gelap dipoles sempurna tanpa karpet, hanya permadani datar di area tengah cukup untuk memberi kesan hangat, tetapi tetap mi
Chapter 47 Menaruh Kecurigaan Marcello mengambil botol champgne di rak mini bar lalu meletakannya di atas meja. Ketika hendak mengambil botol Bacardi Reserv Ocho, Narnia mendekatnya sembari tersenyum. “Perlu bantuanku?” tanya Narnia. Marcello mengambil botol Bacardi dan memeganginya. “Jika tidak merepotkanmu.” Narnia mengangguk Lalu mendekati kepada Marcello. “Sudah kuduga kau memiliki selera yang sangat baik, kau memilih furnitur dengan sangat teliti dan cermat. Hanya saja penataan ruangan ini....” Narnia berpikir jika penataan ruangan tidak mencerminkan Marcello seutuhnya, tetapi seperti terdapat sentuhan wanita di sana. Namun, Narnia tidak ingin mengungkapkan kecurigaannya demi menghindari ketidaknyamanan dengan Marcello. “Kurasa hanya kurang beberapa sentuhan, mungkin kau perlu menambahkan sebuah lukisan besar di dinding sebelah sana. Lalu agar ruangan ini terlihat bernapas, kau bisa menambahkan beberapa tanaman hijau kecil, dan rak buku,” ujar Narnia. Marcello melet
Chapter 46 Misi yang Tertunda Barron merasakan bimbang di dalam benaknya, ibunya adalah seorang yang memegang prinsip kuat kesempurnaan dalam setiap aspek kehidupannya. Bahkan demi kesempurnaan yang menjadi standarnya dalam segala hal, tidak jarang ibunya melakukan tindakan memonopoli sesuatu agar berjalan sesuai standarnya. Seperti saat wanita yang menjadi selingkuhan ayahnya dan anak-anak di luar nikah ayahnya muncul di berbagai portal berita online, ibunya mencoba membungkam media dengan uang. Sayangnya pengguna media sosial tidak bisa dibungkam dan terus menyoroti keberadaan anak-anak haram ayahnya beserta kehidupan wanita-wanita yang dipanggil pelacur oleh ibunya setiap pertengkaran terjadi di rumah mereka. Kata-kata ibunya membuat Barron merasakan hebat di benaknya, antara ingin segera menyatakan cinta pada Aneesa atau Aneesa menunggu momen yang tepat—menunggu ibunya berubah pandangannya terhadap Aneesa. Selama ini Barron beranggapan jika Aneesa cukup layak untuk dirinya
Chapter 45 Standar Keluarga Marcello menggeser posisinya lalu mencondongkan kepalanya ke arah Narnia. “Bagaimana kabarmu?” tanyanya tanpa menoleh. Narnia sesaat terkejut karena Marcello mengajaknya bicara, tetapi kemudian tersenyum untuk menutupi keterkejutannya. “Selamat atas rumah barumu.” Marcello diam-diam melirik Aneesa dan mengangguk pelan. “Sebenarnya aku butuh saranmu—sebagai seorang desainer interior.” Narnia tersenyum senang dan menoleh menatap Marcello yang menghadap ke depan. “Kau serius?” Marcello dengan sangat santai menyadarkan punggungnya ke sandaran bangku dan tersenyum sambil menoleh pada Narnia dan mencuri pandang pada Aneesa. “Tentu saja.” “Kau bisa mengirimkan foto tempat tinggal barumu dan....” “Kurasa, aku perlu merayakannya. Bagaimana jika setelah acara ini berakhir aku mengundang kalian semua untuk merayakannya?” potong Marcello. Narnia menjilat bibirnya, sedikit bingung karena Marcello bukan pribadi yang terbuka selama ini. Bahkan berkali-kal
Chapter 44 Mengacaukan Rencana Barron Tamu-tamu berdatangan dalam suasana balutan gaun dan jas formal, saling bertukar senyum sopan di antara dentingan gelas dan musik jazz yang dimainkan di atas panggung kecil. Aneesa melangkah dengan anggun bersama Narnia yang menggamit lengannya dan semua mata tertuju ke arah mereka, siapa pun pasti tidak menyangka jika seorang penyanyi pop menghadiri acara yang digelar oleh sosialita paling elite di Los Angeles. Di sana Aneesa membalas senyum sopan orang-orang yang menatapnya. Namun, hatinya dipenuhi kebingungan. Seorang gadis berambut hitam berkilau mengenakan gaun putih berpotongan minimalis memegangi gelas berisi champagne melangkah mendekati mereka dengan langkah sangat anggun, juga gerakan tubuh yang elegan, dan senyum yang merekah di bibirnya. “Kau tidak bilang kalau kau datang ke acara ini,” sapa gadis itu dan tatapannya tertuju pada Narnia. Narnia juga tidak menyangka jika Agnes menjadi salah satu tamu undangan di sana, tetapi ia cu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments