'Cepat atau lambat beliau dan juga keluarga Russell akan dan harus mengetahui semuanya! Apa gunanya aku menutup-nutupi?' Rani menggigit bibir. "Ada apa? Mengapa Nona kelihatannya begitu ketakutan? Mari duduk di ruang tamu dan minum secangkir teh, lalu Anda bisa menceritakannya kepadaku..." John mempersilakan Rani untuk duduk. Menutup dan mengunci pintu, lelaki yang memiliki perawakan dan wajah begitu mirip dengan almarhum kakaknya itu menggentarkan hati Rani. Tak lama kemudian John sudah menghidangkan dua cangkir teh di hadapan mereka. "Maaf, hanya ini sajian yang kami punya, persediaan bahan makanan, minuman dan logistik kami tinggal sedikit. Meskipun bahan makanan di toko-toko yang ditinggalkan pemiliknya di pusat kota masih sangat banyak, tetapi kami harus mengirit amunisi, sehingga hanya bisa sesekali bepergian untuk mengambil, atau lebih tepatnya, menjarah," kisah John singkat sambil menyesap tehnya. "Oh, tidak apa-apa. Ini sudah lebih dari cukup, thank you very much. Saya tur
Lama, tak ada dialog apapun antara John dan Maharani. Suasana begitu sunyi, hampir hampa udara. Akhirnya suara si kakak lelaki Rev. James memecah kesunyian. Sedikit bergetar dan lirih, namun tak ragu mengucapkan semuanya seolah sudah siap sejak lama untuk dikatakan, "Tak apa-apa, Nona. Semua sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Adil. Ia yang memberi, ia yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Tak ayal, setetes air mata turun perlahan di pipinya."Aku turut berduka, Tuan John. Ini tentu sangat berat bagi Anda dan kita semua. Semoga keluarga Tuan Russell dan juga Anda diberikan ketabahan. Apakah Anda ingin datang ke kompleks kami untuk mengetahui segala sesuatu lebih lanjut, sekaligus berlindung di sana? Kurasa Lady Rosemary Delucas takkan menolak kehadiran Anda beserta keluarga-keluarga pengungsi yang tersisa. Kita bisa hidup bersama-sama dan berjuang mempertahankan diri. Kehidupan di bumi ini harus tetap berlangsung."John perlahan-lahan melepaskan genggaman tangan Ran
'Oh my God. Tidak mungkin. It couldn't be true. Apa sebenarnya rencana sejati Kenneth di tempat ini?'Sosok zombie yang ada di hadapan Orion itu jelas bukan Russell. Pria malang itu sudah mati untuk kedua kalinya di arena. Yang ini ternyata entah terlupakan untuk dilepaskan atau memang tak ingin untuk diketahui siapapun. Berada di tempat terdalam dan paling rahasia di Lab Barn, zombie ini bukan lagi manusia utuh yang terinfeksi Octagon lalu meninggal dunia karenanya. Bekas jahitan pada kulit dan plester luka pada kepalanya masih menempel.'Lebih mirip... monster... ciptaan Victor Frankenstein! Kemungkinan besar zombie ini gabungan jenazah dua orang yang telah ditembak Kenneth pada saat menyerang Russell! Dibedah lalu disatukan kembali secara paksa. Lalu, entah bagaimana, mendapatkan nyawa kembali. Bagaimana mungkin? Eksperimen macam apa ini? Bukankah Kenneth ingin menjadi penemu vaksin? Mengapa ia malah jadi berbuat hal seperti ini? Bagaimana mungkin zombie yang sudah mati dua kali bis
Sementara itu di jalan utama depan SOHO Chestertown, Kenneth dan rombongan 'go downtown' masih berusaha keras untuk mencapai pom bensin di mana mereka berencana untuk mendapatkan sumber daya energi sebanyak mungkin. Pancingan Maharani dan Leon Delucas cukup efektif mengecoh gerombolan zombie-zombie. Para mayat hidup kini terbagi dalam dua arus dan terpisah menjadi kelompok yang jauh lebih kecil sehingga mereka tak lagi bersama-sama 'mengembara' seperti semula.'Setidaknya sudah tak semengerikan semula...' "Sekarang saatnya! Go go go!" Kenneth dan 17 orang di bawah komandonya perlahan-lahan bergerak bersama menuju titik destinasi sesuai rencana. Orang terakhir tak membawa jeriken melainkan senjata, berjaga-jaga seandainya tetiba muncul pengekor tak diundang.Sementara itu Leon sudah sedikit lama berada di lokasi. Menemukan bahwa hanya dirinya sendiri dari rombongan yang berhasil tiba di sana, sedikit banyak timbul kekhawatiran dalam dirinya.'Ke mana Nona Rani pergi, mengapa ia belum j
Ucapan terima kasih terakhir zombie 'tak dikenal' itu membuat Maharani gemetaran. 'Apakah antivirus inovasi Kenneth ini berhasil?' Rani melihat bahwa hasilnya sama persis seperti remaja tanggung yang ia 'bersihkan' beberapa waktu sebelumnya. Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari zombie pria tua yang kini terdiam di kakinya. Perlahan sekali dengan ujung sepatunya Rani mengetes, sedikit menyenggol jasad itu. 'Astaga, betul, sepertinya antivirus itu telah bekerja dengan baik!' Rani bersyukur, segera mundur perlahan-lahan sekali dan menyingkir ke samping untuk bersiap-siap kembali melanjutkan perjalanannya.Akhirnya Rani bisa juga pergi, tak lupa mengeluarkan pentungan polisi yang ia miliki dari ransel 'just in case' apabila sesuatu yang tak diinginkan terjadi kemudian.*********'Astaga, apakah para survivor menjaga pompa bensin itu hanya demi kepentingan pribadi mereka dan takkan berbagi suplai bahan bakar dengan siapapun termasuk kami?' Leon masih menduga-duga apa yang akan terjadi a
"Leon, hentikan!""No-no-nona Rani?"Maharani sendiri tak tahu mengapa ia tetiba bisa mendapatkan keberanian (atau kenekatan) seperti ini. Sekarang ia berlari keluar dari balik pohon menuju titik di mana Leon berdiri."Stop, jangan mendekatiku, Nona Rani! Ada bahaya besar menunggu kita!""A-a-apaaa? Leon, jika begitu, mengapa kau sendiri tetap maju?"Tentu saja semua mata manusia tak ayal turut memandang kehadiran tak terduga wanita muda yang 'came out from nowhere' itu. Kenneth, Leon maupun semua anggota rombongan 'go downtown'! Juga para penjaga 'benteng pompa bensin' yang tadi hendak menyasar pemuda tak dikenal yang mendekat."Pria itu, Le-le-leon Delucas?" mereka tak mampu terus membidik, spontan menurunkan semua laras senjata api, "Bukankah ia putra Lady Rosemary Delucas? Mengapa ia bisa ada di sini? Bukankah mereka melakukan isolasi sekeluarga, membuat suaka pribadi?"Sebetulnya hampir semua penduduk Chestertown sangat segan dan tak berani main-main dengan Keluarga Bangsawan Delu
"Tidaaak!" Jeritan spontan Rani itu gegara ia baru saja melihat ada sosok yang jatuh tertembak.Bukan, bukan Leon Delucas, melainkan sesosok mayat hidup yang berlari muncul dari balik kegelapan hampir saja menyerang pemuda itu. Seseorang dari kelompok survivor penguasa pompa bensin baru saja membuat keputusan bijak sekaligus fatal!Leon sendiri masih berdiri, bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Susah payah ia mencoba mencerna semuanya. Saat ia masih berjalan dengan gagah berani, tetiba Rani muncul, berusaha mencegahnya. Pemuda itu sadar keberadaannya telah diketahui semua orang, bahkan sempat berada di bawah bidikan senjata-senjata api dari tempat yang sedang ia datangi. Lalu..."Leon, pergi dari sana sekarang juga!" Rani sedikit lagi akan tiba di titik yang sama dengan Leon.Akan tetapi keduanya tak bisa langsung saling mendekat. Rani dan Leon terhalang sosok zombie bertubuh setengah membusuk yang jatuh tertembak dan kini terbaring sambil meronta-ronta 'kesakitan' di atas aspa
"Oh. Sungguh mengejutkan. Mungkin ya, benar, beliau sudah tiada. Walau demikian, maaf, aku bukan penjaga bagi sesama Hamba Tuhan. I'm not my brother's keeper. Jadi apa yang sebenarnya kalian inginkan dariku..." Edward Bennet tampaknya takkan menyerah begitu saja, "Orion Brighton, Tuan Henry Westwood?" "Kami ingin Anda mengakui semuanya secara jujur lalu segera pergi dari sini beserta semua orang yang Anda bawa serta. Sebab Anda tak berhak berada di sini! Kalian sudah menimbulkan banyak kekacauan dan juga melakukan pembunuhan! Aku bukan penguasa di sini, akan tetapi aku sudah tak ingin lagi melihat mukamu. Sepatutnya kami menyerahkanmu kepada yang berwajib, akan tetapi sayang sekali, semua kekacauan ini sudah membuat sistem hukum raib. Sekarang kita kembali ke zaman di mana tak ada pemerintah maupun polisi. Pergilah kalian ke mana saja kalian suka, asal jangan di sini!" Orion sebenarnya juga sudah tak ingin berlama-lama menunda pergi ke kota untuk menjemput Rani. Diiziinkan atau tidak,