"Dari raut wajahmu sepertinya kamu tidak terkejut dengan kedatangan ku."Ucap Zello melangkahkan kakinya masuk dan duduk di sofa. Meskipun Armando menyangkal jika dia tidak terlibat dengan kepergian putrinya. Tapi semua orang bisa tahu jika Armando terlibat dengan hal itu.Terbukti jika pria paruh baya itu tampak biasa saja. "Apa tuan Perdi butuh sesuatu?Saya dengar jika tuan datang ke mansionku." Armando masih saja tersenyum di hadapan Zello yang sudah terlihat begitu kesal.Pria paruh baya itu menyadari hal itu tapi dia tetap bersikap ramah kepada bos mafia paling di takuti itu. "Jangan pura-pura tidak tahu tuan Armando. Apa kamu menyembunyikan wanitaku dan juga calon anakku?" Armando mengepalkan tangannya begitu mendengarkan Ucapan dari Zello. Sampai kapan pun,Armando tidak pernah berniat merestui hubungan mereka. "Apa yang tuan bicarakan?Kenapa aku harus menyembunyikan putri ku?Dan satu hal lagi bayi yang di dalam kandungan putriku bukan milik anda."Ucap Armando tersenyum
Dua hari berlalu... Di sebuah pulau terpencil,Geralyn duduk bersama dengan bibi Rosalina. Mata Geralyn tampak memerah dan sembab.Terlihat jelas jika wanita itu habis menangis. "Nona baik-baik saja?Bibi yakin jika tuan punya alasan kuat melakukan semua ini. "Bibi Rosalina merasakan sedih ketika melihat Geralyn begitu sedih. "Maaf bibi,aku melibatkan Bibi dalam masalah ku." "Jangan katakan hal seperti itu nona.Bibi merasa tenang ketika bisa menemani nona di sini."Bibi Rosalina tersenyum dan menggenggam tangan Geralyn. Keduanya terus mengobrol di santai pagi itu. Bahkan Geralyn dan bibi Rosalina tidak tahu di mana mereka sekarang berada.Mereka di bawa dalam keadaan tidak sadarkan diri ketika di beri obat tidur saat masuk ke dalam mobil.Begitu bangun mereka sudah berada di rumah ini.Bahkan Geralyn tidak melihat sosok ayahnya di rumah itu. Sementara itu di mansion milik Zello,pria itu sedang menenggak minuman beralkohol di pagi hari.Saat ini dia merasakan amarah dan rindu tel
"Geralyn. "Zello kembali memanggil Geralyn untuk yang kedua kalinya. Melihat hal itu, Zaka memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampiri Zello.Kedua pria itu seketika saling memandang satu sama lain. "Ada apa tuan?"Zaka bertanya dengan raut wajah yang tampak khawatir. Zello tidak menjawabnya tapi pria itu memutar kenop pintu dan ternyata pintunya tidak terkunci.Zello masuk dan segera menuju ke kamar Geralyn. Tapi kamar itu kosong dan bahkan tempat tidurnya sudah di rapikan. "Tuan,bibi Rosalina tidak ada.Apa nona Geralyn ada di dalam kamarnya. "Zaka baru saja masuk dan segera melaporkan hal itu tapi matanya tidak melihat kehadiran siapa pun. "Cari tahu apa yang terjadi sebenarnya." "Baik tuan." Zello melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Geralyn. Zello mulai merasakan firasat buruk ketika dia tidak melihat kehadiran Geralyn. "Tuan,sepertinya terjadi sesuatu. Nona Geralyn tidak ada di kampusnya.Dan saya mendapatkan informasi sekitar jika seorang pria paruh baya
"Ayah."Geralyn tersenyum lebar dan mempersilahkan ayahnya masuk ke dalam. "Ayah kira kamu sudah berangkat ke kampus sayang." "Lyn baru saja ingin berangkat ayah. "Jawab Geralyn tersenyum tipis. Berbeda dengan Armando, pria paruh baya itu tidak tersenyum tapi dia hanya menatap putrinya dengan rasa bersalah. "Ada apa ayah?" Geralyn bertanya ketika melihat ayahnya diam. "Ayah ingin bicara nak." "Masuklah ayah."Jawab Geralyn melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Kini Geralyn dan ayahnya sudah duduk berhadapan di sofa. Geralyn menyadari sikap ayahnya yang tidak biasa. "Ada apa ayah?"Geralyn menatap wajah ayahnya yang terlihat mengkhawatirkan sesuatu. "Lyn,ayah tidak setuju kamu bersama dengan Tuan Perdi." Geralyn membeku di tempatnya dengan sorot mata yang sedikit ragu tapi saat ini, dia hanya ingin melihat Zello. "Ayah,Zello tidak akan pernah menyakiti ku.Dia selalu bersikap baik kepada ku.Ayah paling menyayangi ku,biarkan aku bersama dengan laki-laki yang ku sukai
"Apa kamu nyaman tinggal di sini sayang?"Pria paruh baya itu bertanya dan menatap wajah putrinya yang tampak presh. Kini Armando sudah tiba di rumah baru putrinya.Pria paruh baya itu kini berkeliling melihat rumah yang begitu sederhana. Armando menoleh kepada putrinya yang terlihat begitu bahagia. Bahkan wajah putrinya terlihat begitu berseri seri. Armando mengepalkan tangannya. Ada emosi yang terlihat di mata pria paruh baya itu. "Silahkan tuan. "Ucap bibi Rosalina ketika meletakkan teh di atas meja. "Sudah lama Rosalina. Terima kasih sudah menjaga putriku dengan sangat baik. "Ucap Armando tersenyum tipis.Armando begitu mempercayai wanita paruh baya itu untuk menjaga putrinya. "Sama sama tuan. " Bibi Rosalina tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya kembali ke dapur.Wanita paruh baya itu menggenggam erat nampan yang sedang ia pegang. Dari tatapan Armando, sepertinya bibi Rosalina sudah tahu jika pria paruh baya itu tidak begitu senang dengan saat ini. "Lyn,jauhi tua
"Kenapa dengan wajah mu?Apa kamu tidak rela jika aku pergi?Apa kamu tidak ingin jauh dari ku?" "Aku?Itu tidak benar,semua ini karena anak yang ada di dalam kandungan ku."Geralyn jelas menyangkal hal itu. "Aku akan senang ketika kamu mengatakan jika kamu tidak rela. "Zello memeluk Geralyn. Hal itu jelas membuat Geralyn terkejut tapi dia merasa nyaman.Rasa nyaman yang di berikan oleh Zello tidak pernah di rasakan oleh pria mana pun. "Terima kasih,semua ini bukan salah mu tapi kamu mau bertanggung jawab. "Geralyn benar-benar terharu karena hal itu. "Jangan mengatakan hal seperti itu, kita semua salah dalam hal ini."Ucap Zello yang semakin mengeratkan pelukannya. Beberapa menit kemudian, Zello melerai pelukannya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.Zello membawa Geralyn berkeliling di rumah barunya. Dua jam berlalu, kini Zello membawa Geralyn kembali.Geralyn terus memuji kemewahan rumah Zello sepanjang perjalanan. Setibanya di depan rumahnya,Geralyn pamit kepa