Pangeran kelima yang berada di hadapan Raja, menanti keputusan Raja mengenai Shian yang telah diusir oleh Pangeran Kesebelas dari kediamannya. Di hadapannya, Raja nampak sedang berpikir keras mengenai informasi yang telah diberikan oleh Pangeran Kelima, perlahan ia memijat keningnya karena mendadak pusing. Tujuannya mengirim Shian ke istana untuk melindungi Pangeran Kesebelas, sayangnya tujuan Raja digagalkan oleh Pangeran Kesebelas sendiri.
“Mengenai hal ini, Aku akan memikirkannya terlebih dahulu. Kau kembalilah ke kediamanmu!” ucap Raja sekaligus memerintahkan Pangeran Kelima kembali ke kediamannya.
Pangeran Kelima pun menuruti perintah Raja, memberi hormat lalu kembali ke kediamannya meskipun sebenarnya ia tidak puas dengan jawaban Raja.
“Apapun yang terjadi Kun Shian harus menjadi bawahanku!” gumam Pangeran Kelima sambil berjalan menuju kediamannya.
Sementara itu, Pangeran dan Ahan diam-diam mengikuti Shian dari kejauhan. Ternyata, Yenu dan Ayin juga melakukan hal yang sama. Tentunya, Shian menyadari bahwa seseorang sedang mengikutinya, membuatnya sedikit lebih waspada karena berpikir bahwa orang yang mengikutinya adalah orang jahat yang hendak menyakiti dirinya.
Shian menjauh dari jalanan kota dan melewati jalan setapak, mencoba untuk menangkap basah orang yang mengikutinya. Ia menghunuskan pedangnya ke arah dua orang yang membelakanginya, Yenu dan Ayin.
“Apa yang sedang kalian berdua lakukan?” tanya Shian yang masih mengarahkan pedang kepada Yenu dan Ayin.
Yenu dan Ayin membalikkan tubuhnya dengan hati-hati.
“Shian, ini Aku dan Kak Yenu!” ucap Ayin sambil membalikkan tubuhnya.
Setelah mengetahui bahwa kedua orang itu adalah orang yang ia kenal, Shian pun menyimpan pedangnya. Shian memperhatikan sekitarnya karena merasa seharusnya masih ada orang lain selain Yenu dan Ayin yang mengikutinya. Namun, sampai di tempat ini, dirinya hanya merasakan kehadiran kedua bersaudara ini. Maka, ia berpikir mungkin karena jalanan di kota terlalu ramai, sehingga semua bercampur aduk dan kepekaannya telah salah.
“Kalian hanya berdua?” tanya Shian memastikan tidak ada yang lain.
Yenu dan Ayin mengangguk.
“Ngomong-ngomong, mengenai Wan Feng tadi..” Ayin tidak melanjutkan ucapannya.
“Ah.. Wan Feng.. Seharusnya dia sejak awal sudah sadar mengenai kemampuannya.” Ucap Shian dengan tegas, nada bicaranya sangat serius dan penuh penekanan.
Yenu dan Ayin saling memandangang, keduanya terkejut melihat Shian yang nampak berbeda padahal hanya sebulan tidak bertemu. Selama ini, mereka berdua mengenal Shian sebagai pribadi yang ceria dan hangat, tetapi kini yang ada di hadapan mereka adalah Shian yang berkepribadian dingin.
“Kau tampaknya sudah banyak berubah.” ucap Yenu sambil menepuk pundak Shian.
Shian menjauhkan tangan Yenu dari pundaknya sambil berkata,”Semua orang pasti akan berubah, bukan hanya aku tapi kau juga lambat laun akan berubah.”
“Kau benar!” ucap Yenu membernarkan ucapan Shian.
“Bukankah kau seharusnya berada di istana?” tanya Ayin.
Shian membalikkan tubuhnya, membelakangi Ayin dan Yenu sambil menjawab pertanyaan Ayin, "Aku sudah meninggalkan istana!" Setelah itu, ia pergi meninggalkan dua bersaudara itu.
“Apakah terjadi sesuatu di istana sehingga dia jadi seperti ini?” Ayin bertanya-tanya setelah melihat sikap Shian.
“Memang seperti yang di rumorkan, istana adalah tempat yang mengerikan!” sambungnya.
Setelah beberapa hari, raja akhirnya membuat keputusan mengenai masalah di kediaman Pangeran Kesebelas. Ia meminta Jenderal Kun datang menemuinya bersama dengan Shian. Selain itu, Raja juga meminta Putra Mahkota, Pangeran Kelima, dan Pangeran Kesebelas untuk datang. Raja telah memikirkan semuanya secara matang sebelum memanggil semuanya. Sementara itu, Shian sendiri sama sekali tidak menolak untuk datang ke istana. Ia tidak banyak bicara dan tidak melakukan apapun, hanya mengikuti ayahnya dengan patuh.
Semua sudah berkumpul di aula Kerajaan.
“Jenderal Kun dan Shian!” Raja memanggil Ayah dan anak itu agar berdiri di hadapannya dan keduanya mengikuti perintah Raja, berdiri tepat di hadapan Raja yang duduk di singgasananya.
Jenderal Kun dan Shian memberi salam dan penghormatan kepada Raja.
“Hari ini aku memanggil kalian berdua kemari untuk meminta pendapat kalian mengenai beberapa hal,” ucap Raja memulai pembicaraannya.
“Jenderal Kun, aku sudah mengetahui Kun Shian sudah meninggalkan kediaman Pangeran Kesebelas.” Sambungnya.
Jenderal Kun terkejut sekaligus ketakutan mendengar ucapan Raja ia langsung bersujud di hadapan Raja sambil berkata,”Yang Mulia hamba pantas di hukum karena lalai mendidik anak hamba!”
Shian ikut bersujud.
“Jenderal Kun berdirilah!” Pinta Raja.
Jenderal Kun diikuti oleh Shian mengikuti perintah Raja, keduanya berdiri dengan posisi tetap hormat pada Raja.
“Aku meminta kalian berdua datang kemari bukan untuk menghukum kalian berdua, tetapi aku ingin meminta pendapat Shian.” ucap Raja.
“Jika aku memintamu Kembali ke Istana, bagaimana menurutmu?” tanya Raja pada Shian.
“Hamba tidak berani menjawab, semua sesuai perintah anda.” Jawab Shian dengan hati-hati.
“Bagaimana jika aku memberimu dua pilihan menjadi Pengawal Pribadi Pangeran Kelima atau Pangeran Kesebelas?” tanya Raja.
Semua yang berada di aula terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Raja. Pangeran Kelima merasa yakin bahwa Shian akan memilihnya karena menurutnya, Shian tidak akan memilih Pangeran Kesebelas yang telah mengusirnya. Sementara Pangeran Kesebelas tidak berharap begitu banyak bahwa Shian akan kembali ke kediamannya, meskipun dirinya merasa bersalah pada Shian.
"Sebenarnya..." Shian tidak melanjutkan ucapannya; keraguan terlihat jelas dalam dirinya.
“Aku tahu bahwa kau lebih menyukai kebebasan dan keramaian, seperti yang selama ini kau lakukan di luar istana. Sebelum aku memanggilmu ke istana, aku sudah sering mencari tahu tentangmu, bahkan sesekali aku sendiri yang datang melihatmu,” kata Raja, mencoba menebak apa yang ingin Shian katakan kepadanya.
“Aku memintamu menjadi pengawal Pribadi Pangeran Nian bukan tanpa sebab, tapi karena hanya kau yang cocok berada di sisinya bersama dengan Ahan,” sambung Raja, memberi Shian penjelasan yang seharusnya sejak awal disampaikan oleh Raja kepada Shian.
“Hamba tidak berhak memilih,” jawab Shian singkat.
“Kau berhak memilih tempat di mana kau merasa nyaman,” tanggapan Raja terhadap ucapan Shian.
Shian diam.
Jenderal Kun, yang berdiri di samping anaknya, sedikit heran melihat sikap anaknya yang tidak banyak bicara, mengingat biasanya anaknya ini akan membuat banyak alasan untuk menghindari hal-hal yang tidak disukainya.
"Sebenarnya..." Shian tidak melanjutkan ucapannya; keraguan terlihat jelas dalam dirinya.
“Aku tahu bahwa kau lebih menyukai kebebasan dan keramaian, seperti yang selama ini kau lakukan di luar istana. Sebelum aku memanggilmu ke istana, aku sudah sering mencari tahu tentangmu, bahkan sesekali aku sendiri yang datang melihatmu,” kata Raja, mencoba menebak apa yang ingin Shian katakan kepadanya.
“Aku memintamu menjadi pengawal Pribadi Pangeran Nian bukan tanpa sebab, tapi karena hanya kau yang cocok berada di sisinya bersama dengan Ahan,” sambung Raja, memberi Shian penjelasan yang seharusnya sejak awal disampaikan oleh Raja kepada Shian.
“Hamba tidak berhak memilih,” jawab Shian singkat.
“Kau berhak memilih tempat di mana kau merasa nyaman,” tanggapan Raja terhadap ucapan Shian.
Shian diam.
Jenderal Kun, yang berdiri di samping anaknya, sedikit heran melihat sikap anaknya yang tidak banyak bicara, mengingat biasanya anaknya ini akan membuat banyak alasan untuk menghindari hal-hal yang tidak disukainya.
Raja dan semua orang menunggu Shian memberikan jawabannya, tetapi Shian enggan untuk memilih. Akhirnya, raja kembali bertanya pada Shian, "Begini saja, jika aku memintamu menjadi pengawal salah satu dari kedua Pangeran ini, apakah kau bersedia?"
“Hamba tidak berani menolak.” ucap Shian.
“Baik!” Raja sangat senang mendengar ucapan Shian.
“Kalau begitu Kun Shian kau kuperintahkan untuk kembali ke kediaman Pangeran Nian!” Raja dengan wajah berseri-seri memerintahkan Shian kembali menjadi Pengawal Pangeran Nian.
Pangeran Kelima mengepal kedua tangannya, menahan amarahnya. Ia merasa tidak puas dengan keputusan Raja, tetapi bagaimanapun juga tidak mungkin baginya untuk menentang keputusan Raja. Sementara itu, Pangeran Kesebelas menerima semua keputusan Raja dalam diamnya karena menolak ataupun menerima hasilnya akan sama saja.
“Baik!” Shian menerima perintah Raja tanpa penolakan.
Jenderal Kun mengarahkan pandangannya ke anak bungsunya, yang berada di sampingnya. Ia sama sekali tidak menyangka dalam pertemuan ini, Shian tidak melakukan hal-hal yang akan membuat marah.
Raja teringat permintaan Jenderal Kun yang diajukan beberapa waktu lalu. Demi memenuhi permintaan tersebut, Raja memperbolehkan Shian membawa bawahannya ke kediaman Pangeran Kesebelas. "Satu lagi, kediaman Pangeran Kesebelas sangat sepi. Kau diperbolehkan membawa orang-orangmu ke sana untuk membantumu dan Ahan," tambahnya dengan penuh pertimbangan.
Keputusan yang dibuat oleh Raja semakin menimbulkan ketidaksenangan pada Pangeran Kelima, merasa bahwa Pangeran Kesebelas mendapat keuntungan dari semua yang terjadi.
***
Tiga hari kemudian, Shian pun berangkat ke kediaman Pangeran Kesebelas. Namun, kali ini keberangkatannya tidak lagi dijemput oleh Ahan; ia berangkat bersama para bawahannya, termasuk Bei.
“Apapun yang terjadi di kediaman Pangeran Kesebelas, tugas kita hanya melindunginya. Jangan melakukan hal-hal yang tidak perlu, kecuali jika Pangeran memerintahkan,” peringatan Shian kepada Bei dan semua orang yang ikut bersamanya. Kali ini, Shian lebih memilih untuk berhati-hati dalam bertindak, agar kejadian yang tidak diinginkan seperti sebelumnya tidak terulang lagi.
Ketika tiba, Ahan sudah menunggu di depan gerbang utama, sementara Pangeran masih berada di dalam kediamannya, sama seperti saat pertama kali Shian datang. Datang untuk kedua kalinya, Shian tidak yakin bagaimana reaksi Pangeran kali ini. Mungkin pertemuan ini akan berlangsung lebih lama, atau mungkin Shian akan diusir lebih cepat. Shian telah mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan yang akan terjadi ke depannya, namun kali ini, ia akan lebih berhati-hati.
Shian memasuki kediaman Pangeran Kesebelas dan langsung berlutut sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormatnya kepada Pangeran Kesebelas. Lalu, ia menyapa Pangeran Kesebelas, "Yang Mulia, bagaimana kabar Anda?"
"Seperti yang kau lihat," balas Pangeran, membuat suasana menjadi sedikit canggung bagi keduanya.
"Mengenai masalah sebelumnya..." Pangeran berusaha melanjutkan ucapannya, namun langsung dipotong oleh Shian.
"Mengenai masalah sebelumnya, hamba sadar telah melewati batas dan sudah seharusnya dihukum," ujar Shian tanpa ragu.
Pangeran diam sejenak, memikirkan apa yang harus dikatakan kepada Shian. "Aku tidak akan menghukummu mengenai masalah itu. Sebaiknya sudah cukup sampai pada saat itu," ucap Pangeran.
"Terima kasih, Yang Mulia!" Shian bersyukur kepada Pangeran.
"Yang Mulia, orang yang datang bersamaku kini adalah bawahan Anda. Apapun yang Anda perintahkan, mereka akan sepenuh hati menjalankannya," ucap Shian, sambil melirik bawahannya yang berada di luar. Kini, sepenuhnya mereka semua diserahkan kepada Pangeran.
Setelah itu, Pangeran keluar dari kediamannya diikuti oleh Ahan dan Shian untuk menyambut bawahan Shian yang berada di depan kediamannya, kini disebut bawahan Pangeran Kesebelas. Semuanya memberi hormat pada Pangeran Kesebelas. Pangeran Kesebelas di dalam hatinya merasa tersentuh melihat orang-orang yang berada di hadapannya memberi hormat padanya dengan tulus. Selama ini, ia sama sekali tidak pernah merasakan momen seperti ini. Pangeran sampai tidak tahu harus mengatakan apa di hadapan orang-orang yang hormat kepadanya.
Ia menarik napas sedalam mungkin lalu berkata, “Selama ini aku hanya memiliki Ahan sebagai pengawal pribadiku dan tidak ada orang lain di kediaman ini selain dia. Orang-orang yang dikirim kemari selalu datang dan pergi silih berganti, jadi aku tidak memiliki pengalaman dalam memimpin banyak orang. Untuk itu, apapun yang Shian dan Ahan perintahkan berarti itu adalah perintah dariku,” jelasnya.
“Baik, Yang Mulia!” jawab orang yang berada di hadapan Pangeran. Ada sekitar dua puluh orang.
Kedatangan Shian kali ini menambah keramaian di kediaman Pangeran.
Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat.“Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya.Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang.“Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian.“Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir.“Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat yang
Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha
Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan
Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb
Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s
Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k