“Kita sudah sampai, Tuan, dan aku bisa jalan sendir—”
“Diam.”
Feli mendengus kasar. Akhirnya ia pasrah membiarkan Jerrald menggenggam jemarinya memasuki lobby apartemen, DENGAN-AMAT-SANGAT-TERPAKSA, LAGI!
Wajah Feli terlihat gusar. Ia takut jika sang majikan mendengar jantungnya yang berdetak n4kal setiap kali berada di dekat pria ini.
Pria ini semakin bersikap seenaknya, yang anehnya membuat Feli merasa nyaman, tapi tak nyaman secara bersamaan.
Sudah beberapa hari ini Feli tidak dibiarkan berjalan sendiri tanpa dituntun.
Feli jadi merasa seperti berjalan dengan daddy-nya, tapi ini berbeda. Ini Jerrald, bukan sang daddy.
Pria yang berjalan di sampingnya ini adalah pria yang telah merenggut ciuman pertamanya.
Diam-diam, Feli selalu mengingat rasa bibir sang majikan sampai detik ini. Namun
“Apakah ia akan baik-baik saja?” tanya Feli. Matanya terus memperhatikan sang majikan yang sedang berbaring lemah di atas tempat tidurnya.Pria itu masih belum sadar dari sejak mereka berhasil keluar dari lift satu jam yang lalu. Sebelah tangan Jerrald sudah dipasangi alat infus. Sementara hidungnya dipasang alat bantu pernapasan (nasal kanul ). Di samping ranjang Jerrald, terdapat tabung oksigen berukuran sampai setinggi nakas.
WARNING!BAB INI MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN.MOHON BAGI YANG TIDAK KUAT HATI, JANGAN DIBACA YA.***“Kau berbohong padaku!”“Diamlah!”“Dia hanya anak kecil. Kau tidak bisa menyiksanya seperti itu!”“Aku tidak peduli! Ayahnya yang ber3ngsek itu sudah membuat adikku pergi!”“Kau memanfaatkanku, Hector!”“Lalu kenapa?”“Aku akan lapor poli—”BRAK!“AH!”“Jangan coba-coba! Aku bisa menyiksamu seperti anak si berengs3k itu!”BRAK!Tubuh Jerrald bergetar hebat saat mendengar suara isakan keluar dari mulut seorang wan
**“Tuan Mendez pernah mengalami kejadian tragis saat kecil yang membuatnya bisa trauma sampai menderita klaustrofobia. Aku tidak bisa mengatakan lebih jauh lagi selain itu.”“Kejadian tragis?” bisik Feli yang kembali mengingat pembicaraannya dengan Eloy semalam saat ia bertanya lebih lanjut mengapa sang majikan bisa seperti ini.
“Siapa?” tanya Jerrald sekali lagi. Ia memasang telinga baik-baik. Berharap sang sekretaris salah menyebut nama.“E-Eric. Floy menghubungi temannya yang bernama Eric itu untuk meminta bantuan saat Anda dan Floy terjebak di dalam lift.” Eloy kembali menjelaskan walaupun dengan keringat dingin yang sudah mengalir di punggungnya.Pria yang menyandar pada sandaran ranjang di depannya ini terlihat geram sejak Eloy menyebut nama pria yang sempat dihubungi Floy.Sebenarnya Eloy sudah menduga reaksi sang bos akan seperti ini.Namun, ia tak punya pilihan lain selain jujur menceritakan kronologi lengkap yang terjadi dua hari yang lalu karena Jerrald menuntutnya.Sebelah sudut mata Jerrald berkedut. Ia menatap Eloy tajam. Rahangnya mengeras. Kedua tangan mengepal kuat.Eloy sampai meringis membayangkan bagaimana nyerinya pergelangan tangan sang bos. Apalagi perg
“Ini mengesalkan sekali! Aku menyesal mengatakan itu padanya!” gerutu Feli di sela kegiatannya membersihkan lantai ruang tamu apartemen dengan mesin pembersih debu yang baru saja dia nyalakan.“Dia pikir siapa dia, bisa menuduhku seenaknya!”“Aku tidak punya banyak waktu untuk kasihan pada orang lain, sementara hidupku saja sedang tidak baik-baik saja—Ada apa dengan mesin ini?”Feli menghentikan kegiatannya, karena mesin yang sedang ia gunakan tiba-tiba saja tak berfungsi.Ia menekan tombol ‘off’ pada mesin, lalu kembali menyalakannya. Mesin masih tidak menyala. Feli melakukannya lagi beberapa kali. Namun hasilnya nihil. Mesin itu tetap pada pendiriannya untuk mati.“Beruntung sekali diriku hari ini.” Feli tertawa kesal. Sebelah tangannya berkacak pinggang. Sementara sebelah tangan lagi masih berada di peg
“A-aku pegal!” gugup Feli tanpa sanggup menatap pria di depannya. Tubuhnya sejak tadi sekaku patung.Posisinya saat ini sangat membuat jantungnya tidak baik-baik saja. Ia didudukkan di atas meja pantry. Kedua tangan sang majikan berada di kedua sisi tubuhnya dengan bertumpu pada meja. Memerangkapnya dengan posesif. Kedua bola mata tajam sang majikan menatapnya dengan intens. Menelusuri wajah cantik Feli yang merona malu.Setelah kepergian Eloy, mereka berdua sempat dalam kecanggungan dengan posisi Feli masih seperti anak monyet yang bergelantung di dalam gendongan Jerrald.Kalau saja Feli tidak pura-pura haus, entah sampai kapan posisi mereka berdua akan seperti itu.Sang majikan langsung membawanya ke dapur, dan mendudukkannya di atas meja ini. Pria itu seenaknya saja memerintahnya untuk tetap di sana, sementara majikan tampan yang galak itu beranjak untuk mengambilkannya segelas air.
WARNING GARIS KERAS! HURUF TEBAL DAN CAPSLOCK!AREA DUA PULUH SATU PLUS-PLUS!YANG BELUM DUA PULUH SATU PLUS-PLUS BOLEH MASUK ASALKAN UDAH PUNYA PASANGAN HIDUP. EA... EA... EA...BUAT YANG UDAH DUA PULUH SATU PLUS-PLUS TAPI MASIH JOMBLO ALIAS GAK PUNYA PASANGAN, KEJANG-KEJANG SAMPAI LEMAS DITANGGUNG SENDIRI YES💃💃💃***“Kau sangat berbahaya…” bisik Jerrald parau. Mata dan sebelah tangannya menyusuri wajah Feli dengan penuh kekaguman. Sementara sebelah tangan yang lain berada di pinggang maid kesayangannya ini.Sejak lima menit yang lalu, ia mendudukkan sang maid di atas ranjang king sizenya yang sudah terlihat rapi. Pasti ini semua karena kerja keras Eloy, sang sekretaris yang belakangan ini harus menaikkan tin
Hari sudah mulai sore. Pakaian berhamburan di atas lantai. Menandakan jika telah terjadi sesuatu yang dahsyat. Bahkan pakaian dal4m seorang wanita tersangkut di atas lampu tidur yang berada di samping ranj4ng.Dua orang berbeda jenis kelamin yang beberapa jam yang lalu saling memuaskan sekali lagi sebelum sama-sama terlelap, masih mengarungi alam mimpi.