Share

Crown
Crown
Penulis: fish.tro

Shy

Laura's POV

"Apa sih, Mell? Aku nggak mau jadi panitia prom night." Aku masih berusaha membebaskan tanganku dari cengkraman dan tarikan sahabatku.

"Udahlah, Ra. Daftar doang. Kan nggak ada jaminan lo bakal keterima."

"No, tetep aja ada kemungkinan aku bakal keterima jadi panitia, kan? Males banget ngurusin acara orang."

"Emang lo ga mau apa deket sama Kak Gavin?" Tanya Mella. Aku memutar bola mataku malas karena mendengar Mella selalu memuja ketua OSIS tahun lalu itu.

Apa sih hebatnya dia? Ganteng sih, tapi kalo suka buat onar kan gak banget. Batinku. Heran ya, apa murid di sini cuma liat dari penampilan aja? Masa Kak Gavin yang terkenal pembuat onar itu bisa jadi ketua OSIS sih.

"Iya deh iya, lo kan sukanya yang pendiem, kutu buku, lempeng. Kenapa lo nggak deketin si Tian tuh. Kayaknya dia tipe lo banget."

Aku memelototi Mella yang kini tengah cekikikan. Dengan segera aku mengetuk-ngetuk kepalaku begitu bayangan Tian si cupu itu terlintas. Amit-amit deh.

"Udah ah, Mel. Yuk ah balik! Buat apa kita ngurus promnya mereka, mending kamu jadi MPK sono taun depan biar bisa ngurus prom." Bujukku.

Oiya, For your information ya, MPK itu singkatan dari Majelis Perwakilan Kelas. Jadi, di Newtonian High School, setiap kelas 12 ada yang namanya MPK. Tiga orang setiap kelas, biasanya jika ada sebuah acara yang dibuat khusus untuk kelas 12, MPK lah yang menjadi panitia dan juga pengurus OSIS yang sudah lengser.

"Yee... Kalo taun depan mah udah nggak ada Kak Gavin. Buat apa gue jadi panitia."

"Yaelah, jadi kamu daftar biar deket sama Kak Gavin doang?" Mella hanya menganggukkan kepalanya dengan semangat. Aku mendengus.

Aku dan Mella sampai di ujung koridor—tempat ruang OSIS berada. Di depan pintu, terdapat banyak sekali siswa—yang didominasi siswi—yang sedang mengantre. Sepertinya mereka juga ingin mendaftarkan diri mereka menjadi panitia prom.

Aneh, tahun kemaren perasaan ga serame ini. Gegara Kak Gavin nih pasti. Batinku.

Aku yakin, sebagian dari mereka punya niat yang sama dengan Mella. Aku menggelengkan kepalaku heran. Bisa-bisanya mereka mendaftar sebab ada Kak Gavin.

"Balik yuk, Mell. Rame tuh." Bujukku.

"Entaran dulu dong, Ra. Minimal minta formulirnya dulu lah." Mella masih setia mengantre bersama siswa-siswi lain.

Siswa-siswi semakin gaduh ketika mantan sekretaris OSIS tahun lalu memberi tahu bahwa formulirnya telah habis. "Oke, nanti kita buatkan lagi formulirnya, untuk sementara kalian balik ke kel-" Ucapan Kak Linda terputus karena sahutan-sahutan anak-anak yang telah lama mengantre.

Mella pun tak ketinggalan gaduhnya. "Terus gimana dong, Kak. Kita kan juga mau jadi panitia!" Teriak Mella menggebu.

Eleh. Aku memutar bola mataku.

"Oke-oke kita akan sege-" lagi-lagi ucapan Kak Linda terputus.

Kasian. Dari tadi ucapan Kak Linda terputus karena ricuhnya anak-anak yang ingin mendaftarkan diri. Perlahan-lahan aku memisahkan diriku dari kerumunan anak yang protes. Aku menunggu Mella di luar kerumunan.

Aku yang asik memainkan ponselku mengernyit heran ketika suasana menjadi hening. Aku menolehkan kepalaku ke arah ruang OSIS. Aku manggut-manggut mengerti. Ternyata mereka diam karena ada Kak Gavin.

"Nanti bakal ada yang ke kelas kalian. Sekarang bubar!" Ucapnya dengan mengunyah permen karet. Setelah itu, Gavin pergi diikuti 2 cecunguknya. Eh maksudku temannya, Kak Rey dan Kak Thomas.

Cih, sok keren banget dia. Batinku menggerutu.

Aku segera berdiri dan mencari Mella.

"For God’s sake, Ra. Keren banget ga sih. Teges, berwibawa. Aduh..." Mella memegang pipinya yang merona.

"Apaan sih, Mell. Biasa aja deh." Aku segera menarik tangan Mella sebelum dia melakukan hal-hal yang akan memalukanku.

"Lo tau ngga sih, Ra. Tatapannya itu loh bikin meleleh banget ya." Mella masih saja mengoceh tak jelas. "Emangnya, Kak Gavin and the genk itu yang paling ganteng di sekolah. Tapi tetep, best of the best-nya Kak Gavin."

"Iya deh iya. Udah ah, ke kelas yuk."

***

Di dalam kelas, Mella dan beberapa siswi lain langsung saja menggosip tentang seberapa kerennya mantan ketua OSIS itu. Aku yang memang tidak tertarik pun lebih memilih untuk berselancar di sosial media. Entah untuk men-stalk akun siapapun itu. Toh nanti Mella juga akan menceritakan gosip terbaru kepadaku.

Bagasatya Aditama. Tiba-tiba nama itu terlintas di benakku. Segera aku men-stalk akun sosial medianya dan mengikutinya.

Oke, aku kenalkan. Kak Bagas, siswa yang manis dan ramah itu memang menjadi salah satu most wanted di SMA Newtonian ini. Yah, walaupun pesonanya masih kalah oleh Kak Gavin tentu saja. Namun menurutku, daripada Kak Gavin yang ganteng tapi bad boy. Aku lebih suka Kak Bagas yang ramah dan santun. Menurutku, dia adalah salah satu bukti dari kata sempurna.

Lamunanku tentang Kak Bagas pecah karena bunyi notifikasi di ponselku. Mataku melotot. Hampir saja aku menjatuhkan ponselku saking tak percayanya. Dengan gerakan tak sabar aku menepuk-nepuk pundak Mella meminta perhatiannya.

Mella mencoba menyingkirkan tanganku dari pundaknya. "Ish, apa sih, Ra." Tanpa kata aku langsung menunjukkan ponselku pada Mella. Mata Mella melotot.

"Lo di-follback sama Kak Bagas?"

Aku mengangguk senang.

"Lo-"

Belum sempat Mella melanjutkan ucapannya, dua panitia telah memasuki kelas. Kak Linda dan entahlah siapa lagi itu tengah membagikan formulir dan segera keluar kelas setelah mengatakan bahwa pukul sebelas harus dikumpulkan di ruang OSIS.

Dengan cepat Mella mengisi formulir dan—dengan repot-repot pula—dia mengisikan formulirku. "Ayo, kita harus cepet." Mella menarik tanganku agar aku beranjak dari bangku.

"Aku nggak mau, Mell." Ucapku malas.

"Udahlah ikutin aja. Coba-coba."

Aku dan Mella berjalan cepat menuju ruang OSIS. Aku tidak terlalu fokus dengan jalanku karena tangan kiriku diapit Mella dan tangan kananku kubuat membalas chat dari Mama.

Brakkk

"Ah, maaf-maaf aku nggak senga-." Aku terdiam tak bisa melanjutkan ucapanku ketika aku melihat orang yang aku tabrak tadi.

"Eh Kak Bagas." Aku tersenyum walau lututku yang sedikit nyeri karena membentur lantai. "Maaf ya, Kak. Aku nggak sengaja."

"Iya, nggak masalah." Aku tercekat kala Kak Bagas mengulurkan tangannya.

Dengan sedikit malu aku menerima uluran tangannya dan berdiri. "Mm... Makasih ya, Kak." Kenapa aku jadi salah tingkah begini.

Aku mengambil formulir yang tadi terjatuh. "Lo daftar jadi panitia?"

"Oh itu, Kak. Aku-"

"Hei, Gas. Lo udah bikin susunan acara?"

Ucapanku terpotong oleh Kak Linda yang mengajak bicara Kak Gavin. Susunan acara? Mataku melebar. Kak Bagas kan bukan OSIS, jadi Kak Bagas itu MPK? Kak Bagas panitia?

Mella yang sedari tadi diam pun menoel-noel tanganku. "Kesempatan nih, Ra."

"Oh ya, tadi lo mau daftar apa nggak?"

"Aku-"

"Laura sih nggak mau daftar, Kak. Katanya males ngurusin acara-"

Aku membekap mulut Mella yang sedikit kurang ajar dan tersenyum canggung pada Kak Bagas. "Eh, nggak kok, Kak. Aku ikut daftar kok. Sekali-kali berpartisipasi sama acara kakak kelas. Biar dapet pengalaman gitu" Ucapku ngelantur.

Aku dapat melihat Kak Bagas tersenyum geli melihatku, sepertinya dia menahan tawa. "Ya udah, Kak. Aku ngumpulin formulir dulu, ya."

Aku segera menarik Mella. Aku benar-benar malu. "Eh, Laura." Panggil Kak Bagas.

Aku melebarkan mataku. Kak Bagas memanggilku? Dia tahu namaku? Dengan cepat aku membalikkan tubuhku. "Ruang OSIS di sebelah sana." Ucapnya dengan geli.

Aku merasakan pipiku memanas. "Oh iya, Kak." Aku segera melewati tubuh Kak Bagas dengan menunduk menutupi mukaku.

Mella yang ku tarik hanya tertawa geli. "Malu baget ya, Ra?" Godanya.

"Apa sih? Seneng?" Gerutuku.

"Banget." Ucapnya langsung tertawa.

"Mau ngumpulin formulir?" Tawa Mella seketika lenyap begitu mendengar ucapan dari Kak Gavin yang sedang duduk di depan ruang OSIS bersama kedua sahabatnya, Rey dan Thomas untuk menerima formulir dari anak-anak yang berniat mendaftarkan diri sebagai panitia. Kak Rey sama Kak Thomas, walaupun bukan OSIS ataupun MPK, mereka selalu mengintili Kak Gavin. Dan tentu saja tidak ada yang melarang. Memang siapa mau melarang? Menurut mereka, ketika Kak Gavin dan temannya berkumpul adalah surga dunia.

Kini giliranku yang menahan tawa. Rasain.

Dengan cepat aku merebut formulir Mella dan memberikannya pada Kak Gavin. Kalau menunggu Mella yang terpukau oleh Kak Gavin bisa lama selesainya. Aku segera menarik tangan Mella dan mengajaknya kembali ke kelas.

***

"Kenapa nggak dipulangin aja sih?" Gerutu Mella yang telah bosan di kelas. Memang hari ini semua kelas sedang jam kosong karena semua guru sedang rapat.

Aku menganggukkan kepalaku setuju. Sekolah dengan free class memang menyenangkan, namun jika free class seharian membosankan juga.

Ting.

Aku sedikit tersentak dan segera mengecek notifikasi di ponselku. Mataku melebar. Aku segera membaca direct message dari Kak Bagas.

Ya! Kak Bagas.

Aku segera menyodorkan ponselku pada Mella. Mella pun melebarkan matanya. Dan menatapku tak percaya.

BagasatyaA_:

Sabtu ada acara?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status