Yuan hanya bisa melihat Eleinor dan Archilles pergi meninggalkan dia dan Ren.
“Sudahlah kita makan saja aku lapar,” kata Ren melihat-lihat sekeliling mencari restoran atau warung makan.
Yuan hanya mengangguk dan memang dia juga lapar.
“Kalian berdua ayo ikut aku, ada tempat makan yang lumayan,” ajak Andreas.
Yuan terlihat berhati-hati terhadap Andreas setelah melihat perseteruannya dengan Archilles.
“Tenang saja meskipun Om Andreas ini seperti anjing dengan kucing jika bertemu ayah, tapi pada dasarnya dia baik,” ucap Ren dengan polosnya
Mereka menuju ke sebuah kedai yang menjual seafood. Aroma seafood bakar mengg
Archilles bersama dengan Eleinor melihat makhluk bersayap hitam tersebut. “Ren dimana Yuan?” tanyanya kepada Ren yang berdiri di sampingnya. “Tadi dia terjatuh,” jawab Ren. “Makhluk apa itu?” tanya Eleinor. Rambut merahnya tertiup angin malam, dengan baju zirah ringan dia terlihat cantik dan gagah. Eleinor mencabut pedangnya dan bersiap bertarung. “Elein, lindungi saja aku, biar aku yang menyerangnya,” ucap Archilles. Di tangan Archilles sudah terbentuk dua bola energi petir. Kilatan menyambar dari kedua bola itu saat dilemparkan ke arah makhluk bersayap tersebut. “Pengganggu,” ucap Yuan yang menghindari kedua bola itu dengan terbang berubah arah. Kini Yuan berada cukup d
Yui masih memunggungi pintu kamarnya, semua usahanya sia-sia. Keinginannya bertemu dengan Yuan sirna sudah saat hari telah berganti. Tidak ada orang yang akan menunggu selama seharian penuh. Pintu dibuka dari luar, seorang pria jangkung berambut hitam berdiri di sana. “Turun dan makanlah,” suruh Rafael. “Kenapa?” tanya Yui suaranya bergetar dan sedikit serak karena menangis. “Makanlah nanti kamu sakit,” sahut pria itu tidak beranjak dari tempatnya. “Apa peduli Paman?” Yui bangkit dan meneriaki pria jangkung yang berdiri mematung. “Sudahlah Yui,” bujuknya berusaha membelai rambut Yui yang langsung ditepis oleh gad
Sebuah lingkaran sihir berwarna putih terbentuk setelah Yui mengucapkan mantranya. Cahaya keluar dari lingkaran tersebut dan mulai terlihat wujud seekor harimau berwarna putih. Yui yang melihat kucing besar di depannya segera mendekati makhluk manis tersebut. Bulu lembutnya benar-benar membuat Yui tak bisa menahan diri untuk mengelusnya. “Manis sekali,” ucap Yui memeluk leher Byakko dan mengusap-usap kepala Byakko dengan lembut. Bulu halus Byakko yang lembut sungguh menggemaskan. Light dan Rafael berhenti berlatih dan melihat Byakko yang menakjubkan. Ukurannya tiga kali lebih besar dari harimau biasa. Sesuai yang dikatakan Seiryu, Byakko sangat ramah dia bahkan tidak menyerang saat Light menyentuhnya. Kedua anak itu sekarang mengelus kucing besar yang terlihat bahagia den
Yui menemani Light hingga dia siuman. Light berlatih terlalu keras dan sering memaksakan diri. Terlihat jelas dari goresan luka yang terdapat di tubuhnya. Perbedaan klan antara Yui dan Light mulai terlihat di masa pertumbuhan. Otot-otot Light mulai terbentuk sementara Yui maupun kakaknya tidak akan pernah memiliki tubuh berotot. Itu merupakan salah satu ciri khas Ryuichi. Semua Ryuichi bertubuh langsing tanpa otot sehingga mereka menyerupai para Elf di usia muda. Bukan hanya itu regenerasi penyembuhan klan Ryuichi terbilang luar biasa luka-luka kecil sangat mudah sembuh. Dan satu lagi wajah rupawan. Semua Ryuichi cantik dan tampan. Tak satupun dari mereka berparas buruk. Kelebihan sekaligus kelemahan klan mereka adalah hubungannya dengan naga. Naga sangat suka bertarung, hingga akhirnya klan Ryuichi musnah. Namun beberapa abad setelahnya ada anak yang berasal dari klan Ryuichi. Hal yang hampir mustahil. Bagaimana dia selamat dari pembantaian?
Light mendekati Yui dan berbisik, “kenal dimana dengan half human ini?” Yui tersenyum dengan tangan di depan mulut menutupi senyumannya dan menjawab, “serius mau tahu?” Light mengangguk karena penasaran dari mana asal Kyara yang manis. “Dia itu ...,” kata Yui sengaja mengulur jawabannya. “Iya apa?” Light sudah penasaran ingin mendengar. “Kyara itu adalah ...,” jawab Yui yang masih menggantung. Light sudah gemas dengan jawaban Yui dan menggoyangkan badannya seraya berkata,“cepat katakan!” “Dia itu Byakko,” bisik Yui tepat di telinga Light. Antara percaya dan tidak Light mematung setelah mendengarkan jawaban Yui. Dalam pikirannya
Yui berjalan menuju singgasana, penasaran dengan orang yang sedang duduk di sana. Semakin lama berjalan, rasa dingin menusuk kulit. Bukankah ini mimpi, namun kenapa terasa hawa dingin. Yui mulai mendekap tubuhnya dengan dua tangannya. Sosok yang duduk di singgasana mulai terlihat, rambut hitam panjang, dengan dua tanduk di kepalanya. Lalu mata hitamnya terlihat begitu kelam. Senyuman yang diperlihatkan bukanlah senyuman ramah melainkan senyum sinis. Tatapannya begitu tajam, seakan mampu melihat ke dalam relung hati terdalam “Siapa kamu?” tanya Yui saat mereka cukup dekat untuk bercakap-cakap. “Bukankah kau sudah tahu siapa aku,” jawabnya. “Kau bukan Yuan,” jawab Yui. Dia masih menyelidiki sosok di depannya. “Aku Yuan, saudara kembarmu.” Dia berdiri dan memperlihatkan
Slide kembali berganti, menampilkan hutan dan kembali Yui melihat seekor naga dengan gadis berambut perak di atasnya beserta pemuda berambut hitam. “Aku diusir dari kerajaanku,” ucap gadis itu terdengar pilu dan menangis. “Aku akan menjagamu,” balas pemuda itu memeluk kekasihnya. “Bagaimana denganmu, apa mereka juga akan mengusirmu?” tanya gadis itu dalam dekapan sang pemuda. “Untuk apa menunggu diusir, kita pergi saja ke tempat lain. Ke dunia manusia.” Lalu slide berganti lagi, tempat ini adalah sebuah rumah, terlihat keluarga kecil yang hangat. Sepertinya ini adalah dunia manusia, tidak terlihat naga di sekitar. Yui melihat seorang anak laki-laki, rambutnya berwarna hijau.
Di atas kapal, Yuan terbangun. Gerakan kapal membuatnya sedikit pusing. Apa mungkin mabuk laut. Sambil terhuyung dia mencoba keluar dari kabin, mencari udara segar. Angin di luar terasa dingin. Matahari tak terlihat, langit di atas dipenuhi bintang-bintang yang indah. Rasa mual tiba-tiba terasa. Sudah dipastikan dirinya mabuk laut.Ren membantu Yuan meringankan mabuk lautnya. Dia memberikan obat untuk diminum dan rasa mual diperut Yuan menghilang.“Ini pertama kalinya kamu naik kapal?” tanya Ren.Yuan hanya mengangguk. Dia masih berusaha beradaptasi dengan gerakan kapal yang membuat kepalanya pusing. Di samping kapal terlihat ikan yang melompat-lompat.“Itu lumba-lumba!” seru Yuan melihat ikan yang biasanya hanya dia lihat dalam buku-b