Rafael berdiri mematung karena bayangan yang baru saja melompat adalah kelinci hitam. Hampir saja dia menebas makhluk tidak bersalah itu. Dia kembali duduk di dekat tenda dan berjaga. Suara itu kembali terdengar, dalam pikirannya mungkin kelinci atau binatang malam sedang mencari mangsa. Asalkan bukan mereka yang masuk dalam mangsa mereka maka Rafael tidak akan ikut campur dalam perburuan rantai makanan tersebut.
Saat pukul tiga dini hari, Rafael membangunkan Adrian, mereka berganti berjaga. Tidak ada apapun yang terjadi malam itu hingga pagi hari. Para gadis segera bangun dan membersihkan diri di danau. Tentu saja mereka mencari tempat yang tidak terlihat, tertutup oleh rimbunnya tanaman. Segar setelah mandi, mereka menyiapkan sarapan. Para pemuda membongkar tenda dan merapikannya lalu memasukkannya ke dalam kereta kuda. Mereka juga membersihkan diri dengan air jernih di danau dekat mereka berkemah. Sele
Terimakasih sudah membaca novel ini, berikan komentar dan gem untuk mendukung penulis.
Kota Avari terlihat, sebuah istana yang seperti permata menjulang tinggi, bersinar dengan kilauan pelangi. lantai jalanan terbuat dari bebatuan alam yang mengeras dan tertata rapi. Rumah-rumah penduduk hampir sama dengan kota pada umumnya, padat dengan gang sempit dan bertingkat. Penduduk di Kota Avari lebih suka menggunakan bentuk manusia dibandingkan bentuk peri mereka. Yui membuka matanya saat peri pohon mengatakan mereka sudah sampai di Kota Avari, memandang pemandangan yang tidak biasa membuat Yui kagum dan takjub. Belum pernah dia melihat kota yang begitu indah penuh warna-warna, seperti di negeri dongeng. Peri pohon masih berjalan, tujuan mereka adalah istana peri yang sangat megah dan indah di pusat kota. Gerbang istana dibuka, peri pohon setinggi 3 meter dapat masuk dengan mudah, ada empat orang penjaga yang mendorong pintu gerbang terseb
Pelayan menunjukkan ruangan untuk mereka berlima beristirahat, masing - masing mendapatkan satu kamar, namun Yui meminta satu kamar dengan Leila. Rafael, Light dan Adrian mendapatkan kamarnya masing-masing. “Hari ini kalian istirahat dulu, kita bicarakan besok. Acara panen sinar rembulan masih satu minggu lagi,” ucap Rafael disertai anggukan oleh semua orang yang ada di sana. Satu minggu berada di kota Avari, ada rasa bercampur cemas. Hari ini setelah jamuan yang diberikan oleh Ratu Esmeralda mereka berkumpul, membicarakan tentang taruhan yang dibuat Rafael. “Ini adalah tongkat bulan.” Rafael mengeluarkan tongkat dari penyimpanannya dan menunjukkannya kepada semua orang. “Satu hal, tongkat ini rusak,” ucap Rafael dengan ringannya. “Paman bertaruh dengan t
Yui menunggu Kyara sambil meregangkan tangannya. Lalu dia berdiri, “Aduh duh kenapa ini?” lirih Yui mengaduh saat dia merasakan persendian kaki dan tangannya terasa sakit. Akhirnya dia meluruskan kaki dan tetap duduk di sana. Sepertinya menggunakan kekuatan Seiryu dan Byakko dalam waktu cukup lama membebani tubuhnya. Karena lama menunggu Yui merebahkan diri, dipandanginya langit yang cerah dengan awan berarak.“Yui!” seru Rafael saat melihat Yui yang terbaring di tanah. Wajahnya terlihat cemas. “ Kamu tidak apa-apa? Bagian mana yang sakit?” tanya Rafael beruntun.Yui hanya memperlihatkan telapak tangannya yang memerah tanpa bangun dari posisinya maupun membuka mulutnya untuk bicara. Rafael memeriksa tangan Yui, lalu mengerutkan keningnya.“Jangan bercanda, kukira
Pagi tiba, Yui bangun dengan tubuh segar. Sebelum tidur, Pamannya memberinya minuman hangat dari ginseng sisik naga. Katanya itu dapat meningkatkan kekuatan tubuh karena hari ini mereka akan mulai menempa. memperbaiki tongkat bulan. Kyara masih mendengkur di samping Yui, dia seperti kucing saat tidur, melingkar. “Bangun, Kyara.” Yui menggoyangkan badan Kyara yang tidak mau bangun. Dia hanya berbalik dan berganti posisi lalu tidur lagi. Sangat sulit membangunkan Kyara, akhirnya dia meninggalkan kucing besar itu tetap dalam mimpinya. “Ah sudahlah, aku mandi saja dan bersiap,” gerutu Yui. Dia segera ke kamar mandi dan melakukan apa yang diperlukan. Yui telah siap dengan pakaian yang nyaman untuk bergerak. Pamannya mengatakan tempat penempaan sangat panas jadi ia mengenakan kaos tanpa lengan dan rok rempel yang simple. Mengikat rambutnya dengan model ponytail. Dia sudah siap untuk menjalani hari ini. “Kak Leila, aku pergi dulu. Kalau Kyara ban
Fiona menyerahkan tongkat bulan yang telah selesai kepada pengrajin untuk disatukan dengan kristal bulan. Tinggal dua hari lagi waktu tersisa sebelum bulan purnama. Pengrajin yang melihat tongkat bulan terpesona dengan penampilan dan kekuatannya. Aura tongkat itu terpancar kuat, indah dan menakjubkan. Fiona meninggalkan tempat itu segera setelah menyerahkannya pada tetua peri pengrajin.Fiona masih bimbang dengan perasaannya, dia belum ingin menyerah. Dia berjalan di antara pertokoan yang padat. Ada satu toko yang mengganggu dan mengusiknya untuk mendekat tertulis 'Toko Ramuan dan Keajaiban' langkah kakinya seakan bergerak sendiri ke arah toko itu.Fiona membuka pintu yang tertulis tulisan 'buka' melihat-lihat isi toko itu. Rapi, antik dan ada kesan memiliki kekuatan ajaib. Benda di dalamnya semua bukanlah benda biasa, barang-barang antik, sederet botol kecil warna-warni tertulis nama ramuan dengan berbagai tujuan. Dia membaca deretan ramuan itu dan berhenti pada
Ratu Esmeralda menepuk bahu Fiona. Dia kasihan melihat putri semata wayangnya bersedih. Dia memang salah, namun kesalahan karena tidak tahu bukanlah hal besar. Yang menjadi masalah adalah nyawa seseorang hampir melayang karena kesalahan itu. "Fiona, kita bicara lagi setelah ini, aku perlu memastikan Rafael tidak terancam nyawanya," ucap Ratu Esmeralda. Ia meninggalkan putrinya yang masih bersimpuh di lantai. Para pengawal mengangkat tubuh Rafael dan membawanya ke tempat pengobatan. Warna putih identik dengan warna rumah sakit. Interior dan cat tembok yang senada, semuanya putih termasuk pakaian para tenaga medis. Rafael langsung ditangani dengan cepat. Mereka berusaha menyelamatkan nyawanya. "Ratu, kami masih bisa mempertahankan nyawanya tapi …," ada keraguan dari tenaga medis yang menangani Rafael.
Setelah memastikan kondisi Rafael stabil, mereka meninggalkan ruangan itu, hanya tinggal Yui dan Fiona di dalam ruangan tersebut. “Dari mana Putri Fiona tahu tentang daun pohon kehidupan bisa menawarkan racun kelopak mawar peri?” selidik Yui memandang tajam ke arah putri berambut ungu itu. “Kau juga berbohong, kenapa mengaku sebagai kekasih Rafael?” timpal Fiona, dia kesal karena ulah Yui dirinya harus menggunakan cara bodoh untuk mendapatkan Rafael. “Paman yang memintaku, aku hanya mengikutinya saja,” jawab Yui tanpa merasa bersalah dan membuang muka dari Fiona, “setidaknya aku bukan pengecut yang menggunakan ramuan cinta,” lanjut Yui yang membakar amarah Fiona. Dia merasa direndahkan dengan ucapan Yui. “Kau bilang apa?” Fiona setengah menaikkan suaranya geram
Mereka sudah bersiap untuk berangkat. Fiona yang juga akan ikut pergi ke Ergions menyiapkan kudanya. Kereta kuda sudah diisi dengan perbekalan untuk perjalanan mereka. Yui dan Light juga sudah selesai dengan semua persiapan. Sebelum pergi Yui menyempatkan diri mengunjungi Rafael. Dia masih tertidur dalam teratai es. Kondisinya selalu dipantau oleh tenaga medis. "Paman, aku pergi dulu," pamit Yui kepada Rafael yang masih tertidur di dalam sana. Yui meninggalkan ruangan dan bergabung dengan yang lain. Dia juga memilih menaiki kuda seperti Fiona. Dia tidak mau berada di dalam kereta kuda. Hanya Leila yang tetap.di kereta kuda. Perjalanan menuju ke pelabuhan memerlukan waktu dua hingga tiga hari. Jalanan yang menurun membuat perjalanan lebih mudah. Jalanan yang mulus dan tanpa hambatan berarti. Perjalanan benar-benar membosankan, Yui dan Fiona sedang perang dingin. Mereka tidak mau berbicara satu sama lain. "Kita berkemah disini, besok kita lanjutka