Ryder seorang anak yang terlahir tanpa kekuatan sihir. Di saat semua penduduk selatan memiliki kekuatan sihir, hanya Ryder yang tidak memiliki kekuatan sihir. Nasib Ryder yang begitu sulit, membuatnya terpuruk tapi berkat didikan sang kakek Alexiuz semua kebutuhan dan pelatihan Ryder terkendali dengan baik. Hingga suatu hari sang kakek Alexiuz meninggal dunia, membuat Ryder putus asa. Orang tua Ryder sendiri pun tidak mampu membantu banyak karena Ryder menutup dirinya dan hanya berkeluh kesah pada sang kakek. Ryder yang sedang dalam keputusasaannya itu bertemu dengan Zane dan Natalia. Berkat dua orang itu, hidup Ryder mendapat banyak masalah dan hidupnya berubah drastis. Ryder tak mempercayai orang lain lagi sejak saat itu, membuat hatinya keras dan tidak berbelas kasih pada orang lain selain keluarganya. Ingin tahu bagaimana nasib Ryder kedepannya? Apakah Ryder mampu menghadapi takdir sebagai pemuda tanpa kekuatan sihir dari selatan? Yuk baca kelanjutannya di Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda
View MoreMusim panas yang begitu terik, dengan keringat bercucuran pria itu terus meronta agar dia di lepaskan.
"Kembalikan pedangku!" Pekik pria yang sedang dikepung oleh pria sebayanya."Ryder, kamu hanyalah seorang pecundang yang membuat malu desa kita." Seru pria yang mengambil pedang Ryder.Ryder adalah seorang pria muda berusia 18 tahun yang tidak memiliki kekuatan sihir di Wilayah Selatan. Dari zaman dahulu Wilayah selatan selalu di anugrahi penyihir hebat, hingga pada bulan purnama ke sepuluh musim dingin seorang anak terlahir tanpa memiliki kekuatan sihir. Ryder merupakan cucu dari Alexiuz sang penyihir dan petarung legenda yang menyelamatkan wilayah selatan dari peperangan besar antar wilayah. Sikap tegas, baik dan bijaksana sang kakek membuat Ryder tenang dari keterpurukannya.Wilayah selatan terkenal dengan pencetus generasi yang memiliki kekuatan sihir yang hebat, sedangkan di wilayah utara yang merupakan salah satu wilayah terbesar dengan penduduk manusia tanpa kekuatan sihir, bahkan di wilayah utara kelahiran seorang penyihir merupakan suatu hal yang langka di sana. Ryder tinggal bersama kakeknya sejak orang tua Ryder menyerah untuk membangkitkan kekuatan anaknya. Alexiuz menerima Ryder dengan kasih sayang yang melimpah, dengan itu Ryder bisa pandai berpedang."Apa yang kalian lakukan!!" Teriak Alexiuz.Para pria muda itu segera membuang pedang Ryder dan meninggalkan gunung tempat latihan Ryder."Kakek, aku begitu memalukan hiks hiks." Tangis Ryder."Tenanglah, kamu masih bisa menjadi seorang petarung terkuat nanti." Tutur Alexiuz.Alexiuz memeluk cucunya, kakek tua itu terus berpikir berapa banyak penghinaan yang harus di terima Ryder agar membuat dirinya memiliki kekuatan. Sang kakek Alexiuz membantu Ryder berjalan kembali ke rumah, hutan kecil itu sebagai rumah mereka berdua. Meski Ryder selalu meminta Alexiuz untuk membangkitkan kekuatannya tapi tak ada yang bisa dilakukan kakek tua itu, yang penting bagi Alexiuz adalah dia bersyukur Ryder sama sekali tidak mempertanyakan tentang alasan dirinya tidak memiliki kekuatan.Pagi menyingsing, Ryder mengangkat kapak perak besar dan membelah batang kayu yang telah dikumpulkannya dari hutan. Kayu bakar itu di gunakan untuk perapian saat malam tiba, sang kakek tidak kuat dengan hawa dingin karena usianya telah sangat tua. Tiba-tiba ada sebuah asap yang hitam yang mengepul di bagian utara hutan, dengan cepat Ryder berlari ke arah asap tersebut. Ternyata para murid sekolah sihir sedang melakukan praktek belajar sihir api."Andai saja aku bisa seperti mereka." Lirih Ryder.Pria itu kembali ke rumahnya dengan perasaan sedih, dari sekian banyak orang mengapa hanya Ryder yang terpilih mendapatkan nasib buruk.Alexiuz menggunakan kekuatannya untuk membuat api, terkadang Ryder merapalkan mantra yang di bacanya untuk mengeluarkan api, namun nihil tak ada yang energi sihir yang muncul. Dengan langkah pelan sang kakek memberika sebuah pedang pada Ryder. Cucunya tersenyum tipis, dan mengeluarkan pedang itu dari sabuknya. Alexiuz duduk dengan kaki menyilang, melihat latihan Ryder.Ayunan pedang Ryder semakin lincah, semilir angin membuat dedaunan jatuh tercabik-cabik oleh pedang Ryder. Tak heran jika Ryder menjadi seorang ahli pedang karena Alexiuz seorang petarung yang melatih Ryder untuk menjadi kesatria."Lakukan sekali lagi." Teriak Alexiuz.Ryder mengangguk, badannya berputar dan mengayunkan pedangnya dengan gerakan yang luar biasa. Alexiuz tersenyum dalam hati, melihat cucunya yang telah mahir berpedang. Ryder membungkuk dan memasukkan pedangnya kembali."Kakek, biasakah aku libur latihan besok?" Tanya Ryder.Keringat Ryder bercucuran, nafasnya yang tersengal-sengal. Alexiuz menatap Ryder sendu, cucunya telah beranjak dewasa."Tidak." Tegas Alexiuz."Apa? Kenapa kek?" Tanya Ryder bingung.Ryder berlutut di depan kakeknya, alexiuz menepuk pundak Ryder dan tersenyum. Melihat ekspresi kakeknya, Ryder menjadi bungkam dan masuk ke rumah meninggalkan kakeknya di luar."Maaf kakek." Lirih Ryder.Saat Ryder memasuki rumahnya, tiba-tiba sosok baju hitam menerjang sang kakek membuat Ryder dengan cepat berlari menuju kakeknya. Alexiuz sedang tidak baik-baik saja, luka dalam dirinya sudah sangat parah akibat penggunaan sihir berskala besar saat peperangan dahulu. Sosok hitam besar menerjang Alexiuz, karena terkejut Alexiuz tidak mampu mengeluarkan kekuatannya. Sosok hitam itu dengan kejam, menusuk leher Alexiuz dengan sadis hingga terpisah dari badannya. Ryder yang terlambat datang menyelamatkan kakeknya, seketika terdiam membatu dunianya seakan runtuh. Bayangan sang kakek yang tersenyum tadi membuat kepalanya panas karena emosi. Sosok hitam itu berlari ke arah Ryder, tendangan yang begitu kuat membuat Ryder berlutut di tanah yang bersimpah darah. Ryder mengepalkan tangannya lalu menghunuskan pedang ke aras sosok hitam itu."Biadab, matilah kamu!!" Pekik Ryder.Sosok hitam itu menghilang seketika, tangan Ryder gemetar dengan hebat. Tak menyangka bahwa senyum terakhir sang kakek membuatnya menyesali perbuatannya tadi.Melihat kakeknya yang terkulai lemah tak bernafas, Ryder segera berlari mencari bantuan. Kaki Ryder terluka parah karena berlari begitu cepat ke rumah sang tetua desa."Cepat tolong kakek, ku mohon!!" Teriak Ryder.Tetua menatap Ryder yang bersimpah darah, dengan cepat Tetua berlari bersama Ryder menuju hutan."Alexiuz." Seru Tetua.Melihat bagian kepala Alexiuz yang terpisah, membuat Tetua terdiam dan meraung dengan keras. Ryder ikut menangis di samping tetua, lalu memeluk jasad kakeknya."Berhentilah menangis, biar aku yang mengurus pemakamannya besok." Tutur Tetua datar.Ryder tak menjawab sama sekali, matanya masih terpaku pada kakeknya yang tertidur lelap.Keesokan harinya, pemakaman sang kakek berlangsung khidmat. Seluruh penduduk desa mengahdiri pemakamakan itu, orang tua Ryder memeluk batu penanda pemakan dan menangis dengan keras. Ryder melangkah pergi, perasaannya begitu hancur. Tak ada lagi orang yang menjadi tempatnya berlatih dan berkelih kesah."Kakek, dunia ini begitu kejam, mengapa kamu meninggalkanku sendiri." Isak Ryder.Beberapa minggu kemudian, Ryder masih tinggal di dalam hutan sendirian. Ryder sama sekali tidak peduli dengan orang tuanya yang memintanya untuk tinggal bersama mereka. Ryder mengisi hari-harinya dengan berlatih pedang, seperti arahan sang kakek dulu. Saat dalam perjalanan pulang dari tempat latihan, Ryder bertemu dengan Zane sang penyihir muda yang memiliki bakat luar biasa. Zane sengaja menahan Ryder dan mengajaknya berbicara."Apa yang kamu inginkan?" Tanya Ryder."Aku bisa membuatmu mendapatkan kekuatan sihir." Jawab Zane."Aku tidak percaya, enyahlah dari sini." Teriak Ryder.Zane menepuk pundak Ryder, lalu mengambil telapak tangan menunjukkan sebuah lambang sihir emas di telapak tangan Ryder. Dengan cepat Ryder menarik tangannya tak percaya, baru kali ini simbol sihir ada di telapak tangannya. Ryder menatap Zane dengan mata berbinar."Aku percaya, kamu lihat tadi... Ada lambang sihir. Aku ingin kekuatan sihirku bangkit, bantulah aku." Seru Ryder antusias.Zane tersenyum tipis dan membisikkan Ryder sesuatu, dengan cepat Ryder pergi meninggalkan Zane sambil bersenandung senang."Tamatlah riwayatmu Ryder si pecundang." Gumam Zane.Ryder berdiri di tengah hutan, menunggu Zane datang untuk bertemu. Satu jam kemudian, Zane datang dengan seorang wanita muda yang memiliki paras begitu cantik."Baik, kontrak darah akan di lakukan sekarang, kemarilah Ryder dan Natalia." Sahut Zane.Ryder masih menatap wanita yang bernama Natalia itu, Zane merapalkan mantra dan menggoreskan dengan pisau kecil pada telapak tangan Ryder dan Natalia membuat darah mereka bercampur di tanah. Zane menggunakan sihir air untuk menggerakkan darah mereka, lalu menggunakan sihir cahaya seperti sambaran kilat dan melenyapkan darah yang tergabung di tanah tadi. Ryder menatap Zane begitu takjub, baru kali ini Ryder melihat kontrak darah secara langsung."Selesai, agar tidak ketahuan kita berpisah disini dan kembalilah ke rumah masing-masing. Owh iya Ryder, tunggulah dalam seminggu kekuatanmu akan muncul." Terang Zane lalu pergi bersama Natalia.Ryder menatap tangannya yang mengeluarkan darah, dia begitu senang karena impiannya memiliki kekuatan sihir sebentar lagi menjadi kenyataan."Nino, bukankah itu sangat lucu?" ucap Ryder."Tidak sayang, nama itu terlalu kuno untuk bayi kita. Pilihlah nama yang keren dan jarang ditemukan dimanapun," terang Freya.Ryder memelas tak bersemangat, sudah seribu kali mereka menyebutkan nama dan tidak ada satupun diantara nama itu yang pas. Billy membawakan secangkir teh, sambil membawa beberapa berkas pada Ryder."Tuan, sebentar lagi wakil dari wilayah utara akan datang untuk membawa kontrak penyediaan batu sihir," ucap Ryder.Ryder hanya diam, tak bergeming sama sekali. "Tuan, jadwal anda besok menjenguk nona-""Benar, aku harus pergi bertemu Layla dan Lilian agar mereka mau membujuk Freya," seru Ryder tiba-tiba."Tuan, kumohon fokuslah pada pekerjaan dulu," keluh Billy.Ryder mengangguk dan menyusun laporan, tanpa peduli pada Billy sedikitpun. "Kalau begitu, saya permisi tuan," pamit Billy.Ryder keluar dari ruangannya tergesa-gesa, tapi menabrak Daren yang ternyata datang sebagai perw
Daren menarik Billy dengan paksa, menyeretnya agar berani menjelaskan apa yang terjadi padanya saat mendengar ucapan Freya kemarin. Ryder dan Freya yang sedang sarapan, melihat Billy yang tiba-tiba muncul membuat Freya terkejut, sedangkan Ryder hanya menatap pria itu dingin."Bicaralah kawan, katakan maksud dan tujuanmu datang kemari," ucap Daren."Daren, sepertinya dia merasa tidak enak badan. Wajahnya begitu pucat," tutur Freya khawatir."Dia terlalu takut, sampai tidak bisa tidur semalaman hahahaha. Tunjukkan. Keberanianmu kawan," sela Daren.Ryder yang menggendong bayi kecil, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Billy maju ke depan Freya, walaupun pria itu tidak bisa mengucapkan isi kepalanya pada semua orang tapi Billy sangat ingin berbaikan dengan Freya dan Ryder."Billy, tenanglah dan jangan takut. Aku sama sekali tidak marah dengan apa yang terjadi kemarin," tutur Freya mencoba menenangkan Billy yang sedang gemetar."Freya. Jangan terlalu baik pada seoran
"Apa nona tidak tahu? Selama ini Tuan Ryder menjaga kekuatannya untuk membantu siapapun, bahkan dia sangat senang dengan kekuatannya. Lantas kenapa anda tidak membantunya untuk memilih cara lain!!" teriak Billy."Itu tidak seperti yang kamu dengar Billy, aku juga ti-""Bukankah nona ingin Tuan Ryder bahagia?!" seru Billy.Daren yang baru masuk menahan Billy mundur bersama Ryder, karena Billy tampak begitu kesal pada Freya. Layla yang melihat Freya menahan air matanya, melenggang masuk dan menampar Billy dengan keras."Jangan pernah melukai perasaan Freya, ingat itu bajingan!!" teriak Layla kesal."Daren bawa Billy keluar, aku akan menjaga Freya," ucap Ryder.Daren menarik lengan Billy paksa, menyeretnya keluar dari ruang tersebut. Ryder memeluk Freya pelan, tangis perempuan itu pecah dan membuat semua orang ikut khawatir. Bayi kecil yang mendengar teriakan itu, menangis begitu keras hingga Lilian segera membawanya ke ruangan lain untuk menenangkannya."Lepaskan aku, dasar brengsek jan
"Freya, bukankah hari ini kita akan pergi ke wilayah utara menghadiri upacara pembukaan aula akademi baru," ujar Layla sambil merengek."Aku akan mendiskusikan ini dengan Ryder, jangan memasang wajah lugu itu," cibir Freya."Baiklah, kalau begitu ayo kita ke tempat Ryder sekarang!!" seru Layla semangat."Ryder sedang rapat bersama para tetua, itu akan memakan banyak waktu. Lebih baik kita menunggunya selesai," sela Freya."Huuuhh... Ryder menyebalkan sekali, aku akan mengatakannya pada Billy," ucap Layla spontan.Freya menghela nafas panjang, kegigihan Layla untuk membawanya berjalan-jalan di wilayah utara sangat sulit di bantah."Pergilah mandi dan bersiap bersama bayi kecil, aku akan segera kembali dengan izin Ryder!!" teriak Layla lalu pergi dari rumah menuju kantor wilayah tempat Ryder."Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Freya.Ryder menumpuk beberapa kertas, sambil menuliskan setiap kekurangan dari laporan tersebut. Dia mengambil banyak pekerjaan sebelum akhir pekan, karena ing
"Ayo segera kesana, maaf Freya aku harus pergi memeriksa desa. Aku akan kembali setelah memeriksa keamanan disana," tutur Ryder tergesa-gesa pergi ke luar.Freya yang ingin ikut pergi bersama Ryder, di tahan oleh Edward. Terpaksa dia harus berada di rumah saja menunggu Ryder menyelesaikan pekerjaannya.Ryder tiba di depan gerbang desa, memeriksa rumah sakit yang menampung para korban keracunan. Sekitar 100 orang lebih terbaring lemah dengan wajah pucat pasi. Ryder segera meminta bantuan Billy untuk memeriksa sumber masalah. "Kami makan dengan teratur, saat anak-anak membawa sebotol air dari sungai yang ada di ujung desa, kami mulai muntah dan pusing karena mengkonsumsi cukup banyak," terang seorang pria."Gildan, memberi tahu kami bahwa sungai itu sepertinya tercemar oleh sesuatu dari hutan perbatasan. Tuan, tolong kami untuk menyelesaikan masalah ini," sosor seorang wanita tua."Gildan? Siapa yang anda maksud?" tanya Ryder."Dia seorang peramal muda dengan badan besar seperti anda t
Keringat dingin mengalir begitu banyak di dahi Ryder, kegugupan luar biasa itu membuatnya ingin terus buang air kecil. Daren dan Billy sudah kelelahan memperbaiki baju dan dandanan Ryder yang selalu berantakan. Di tempat lain, Freya sudah siap dengan gaun panjang yang indah berwarna biru muda seperti langit. Bayi kecil tertidur dalam gendongan Lilian, sementara Layla mengajak Freya mengobrol untuk menghilangkan kegugupannya. "Nona, sebentar lagi anda harus berjalan menuju altar. Silahkan bersiap," ucap seorang pengawal."Tuan, silahkan menuju altar, karena sumpah pernikahan akan segera berlangsung," kata seorang pengawal.Ryder mengambil kedua pedangnya, memantapkan hatinya dan berjalan menuju altar diikuti oleh dua orang pengawal. Setelah beberapa menit, semua orang berdiri menyambut mempelai perempuan. Ryder berbalik ke arah pintu, melihat gaun biru yang menyejukkan mata. Nafasnya tercekat, senyum indah di wajah Freya membuat Ryder terpaku, tak bisa berpaling sedikitpun. Perempuan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments