Pagi harinya Fia sudah bersiap dengan baju santainya. Untuk hari minggu kali ini Fia memutuskan untuk bersepeda santai sekeliling kompleks. Dengan perasaan senang Fia berjalan keluar dari kamar. “Mau ke mana kak?” tanya Fiko sambil menatap Fia dengan heran. “Mau sepeda santai, kenapa?” tanya Fia dengan heran. “Sama siapa aja?” tanya Fiko sambil menatap ke arah Fia dengan raut wajah penuh selidik. “Sendiri” balas Fia dengan tatapan malas. “Oh” balas Fiko dan kembali masuk ke dalam kamar. “Untung adek coba enggak, udah gue basmi lu” gumang Fia sambil menatap ke arah pintu kamar Fiko dengan kesal. Fia mulai berjalan menuruni anak tangga dengan tenang. “Bunda Fia pamit keluar” kata Fia sambil menatap sosok bundanya yang masih sibuk di dapur. “Mau ke mana?” tanya bundanya dengan heran. “Mau keliling kompleks” jawab Fia sambil berjalan ke arah bundanya. “Ya udah hati-hati di jalan” kata bundanya sambil mengelus kepala Fia. “Fia pamit dulu bun” kata Fia sambil mencium pipi bundany
Fia terus berjalan sambil menuntun sepedanya. Pandangannya yang kosong dan pikiran yang memikirkan sesuatu. Membuatnya tak fokus akan jalan yang sedang dia lewati. Beberapa menit kemudian Fia sudah sampai di jalan yang cukup sepi. “Gue di mana?” kata Fia dengan lirih sambil melihat ke sekelilingnya. “Bisa-bisanya sampai di sini” kata Fia dan ingin berbalik arah tapi tubuhnya terasa kaku dan tak bisa di gerakkan seperti ada magnet pada tubuhnya. “Gue kenapa?” kata Fia dengan bingung. ‘Gadis bodoh!’ tiba-tiba ada suara yang menggema di sekitar Fia. “Clesia?” kata Fia dengan lirih. ‘Haha, kau mengenali suaraku? Baik sekali’ kata Clesia yang tiba-tiba muncul di hadapannya. “Mau apa lagi kau Clesia!” kata Fia dengan nada marah. ‘Apa kau kira aku akan berhenti begitu saja setelah kau melupakanku?’ kata Clesia dengan senyum sinisnya. “Aku tak melupakanmu Clesia” kata Fia dengan lirih dengan tatapan mata sedih. ‘Bohong!’ kata Clesia dengan marah. “Aku benar-benar tak melupakanmu. K
Sesampainya di rumah. Dengan tenang Fia melangkahkan kakinya memasuki area rumah. “Fia pulang” kata Fia sambil berjalan memasuki rumah. “Kamu dari mana baru pulang?” tanya bunda Fia dengan wajah kesal. “Tadi Fia duduk-duduk di taman depan bun” kata Fia dengan senyum lebar. “Mandi gih, setelah itu makan” kata bunda Fia dengan helaan nafas. “Baik Bu presiden” kata Fia dengan senyum senang dan tanpa menunggu lama lagi dia mulai berjalan menaiki anak tangga. Setelah sampai di kamar Fia langsung menuju ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia sudah keluar dengan keadaan segar. “Kak udah selesai mandi belum?” kata Fiko yang berdiri di depan kamar Fia. “Kenapa?” tanya Fia dengan malas. “Buruan turun gue udah laper” kata Fiko sambil membuka pintu Fia dengan malas. “Kalau laper ya makan, gue gak nyuruh lu nungguin gue” kata Fia dengan tenang. “Cih! Tau gitu gue gak nungguin elu” kata Fiko dambil berjal
Di sinilah mereka sekarang. Di salah satu toko buku yang ada di kota. Yuan datang ke rumah Fia untuk mengajaknya jalan-jalan. Awalnya Fia tak mau tapi karena paksaan dari Bundanya mau tak mau dia harus mau. Dengan lesu Fia berjalan mengelilingi rak-rak yang ada di toko buku itu. Ingin rasanya marah kepada Yuan tapi apalah daya. Percuma juga marah kepada orang yang sedang bahagia. Pasti omongannya hanya di anggap angin lalu saja. “Lu ngajak gue ke sini mau apa?” tanya Fia sambil menatap kesal ke arah Yuan. “Beli buku” balas Yuan dengan nada tenang. “Buruan beli, jangan ngekori orang terus. Kaki gue udah capek” kata Fia dengan nada kesal. “Dari tadi nyari tapi gak ketemu yang pas” kata Yuan sambil melihat-lihat novel yang berjajar rapih di rak. “Cari buku aja kayak nyari pasangan” kata Fia sambil menatap malas ke arah sisi lain. “Makanya itu gue sampai sekarang masih jomblo karena belum ada yang pas” kata Yuan membalas ucapan Fia
Malam harinya Fia sedang duduk santai di meja belajarnya. Awalnya dia berniat untuk belajar beberapa materi tapi pikiran dan hatinya sedang tak sejalan. Saat dia ingin memfokuskan pikirannya dalam materi tiba-tiba hatinya berkata lain. Dengan perasaan lelah Fia mulai menutup buku pelajarannya. Saat dia berbalik dan berniat untuk tidur, betapa terkejutnya dia saat melihat sosok tak di udang datang ke kamarnya dan duduk dengan tenang di atas kasurnya.Raut wajah terkejut yang ada di wajah Fia sudah di ganti dengan raut wajah bahagia. Dengan rasa bahagia yang sudah tak terelakkan, Fia mulai bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kasurnya."Clesia?" kata Fia dengan bahagia dan nada suara tak percaya.'Hai' sapa Clesia dengan senyum manisnya."Kamu udah gak marah?" tanya Fia dengan nada suara semangat.'Aku mau minta maaf karena udah salah paham sama kamu. Setelah aku memikirkan perkataanmu, aku mulai sadar bahwa aku yang salah' kata Clesia dengan k
Dengan heran Fia kembali melihat ke sekelilingnya dan ada satu titik yang membuat keheranan Fia bertambah. Di salah satu pojok ruangan dia seperti melihat sosok yang misterius. Dengan langkah hati-hati Fia mulai berjalan ke sosok tadi. Baru beberapa langkah dia berjalan ke sosok tadi, tiba-tiba sosok tadi hilang entah ke mana.“Hilang ke mana dia?” gumang Fia sambil menatap ke sekelilingnya.“Ini mimpi atau gimana?” gumang Fia bertambah bingung dengan situasi yang dia hadapi. Bagaimana dia tak bingung, jika ini mimpi seharusnya tak ada kejadian semacam ini.Saat Fia sedang sibuk memikirkan nasibnya tiba-tiba ada sesuatu yang mengarah ke arahnya.‘Bruk’Benda tadi tiba-tiba hancur sebelum menyentuh tubuh Fia. Fia yang melihat itu sedikit terkejut dan kembali fokus ke sekelilingnya dan benar saja dia melihat sosok berwarna merah dan mata merahnya yang sedang menatap tajam ke arahnya.Dengan perasaan cemas Fi
Sesampainya di sekolahan Fia hampir saja telat jika tak berlari mengejar waktu. Dengan nafas tersengal Fia menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi.“Capek” gumang Fia sambil berjalan dengan lesu.Sebentar lagi dia akan sampai di kelas. Tapi saat dia akan berbelok tiba-tiba ada seseorang datang.“Lu kenapa?” tanya Arif dengan heran.“Capek” balas Fia dengan lesu dan terus berjalan.“Telat lu?” tanya Arif dengan heran.“Enggak” balas Fia dengan malas.“Lah terus lu capek kenapa?” tanya Arif bercanda.“Bisa diem gak sih lu? Gue buru-buru” balas Fia dengan nada kesal dan berjalan begitu saja.“Nanti istirahat gue traktir!” kata Arif dengan nada suara sedikit keras.“Gak, makasih” kata Fia membalas ucapan Arif tadi.Sesampainya di kelas Fia duduk di kursinya dengan perasaan sedikit kesal. Yuan yang
Fia duduk di bangku kantin dengan tenang dan mulai memakan makanannya. Sasa yang baru datang dengan santai ikut duduk dan menatap ke arah Arif dengan heran.“Gak usah di anggep ada” kata Fia dengan santai.Arif yang mendengar perkataan Fia tadi mulai menatap protes ke arah Fia tapi di acuhkan oleh Fia, dengan tenang Fia menyantap baksonya.Mereka mulai sibuk dengan makanan masing-masing. Saat itu tiba-tiba ada panggilan masuk di ponsel Fia. Dengan heran Fia menatap ke arah ponselnya.“Siapa Fi?” tanya Sasa saat melihat raut wajah Fia.“Yuan” jawab Fia dan mulai mengangkat panggilan dari Yuan.‘Dimana?’ tanya Yuan tanpa basa-basi.“Kantin” balas Fia dengan malas dan tanpa permisi Yuan menutup panggilannya secara sepihak.‘Aneh nih orang’ batin Fia sambil menatap ke arah layar ponselnya dengan datar.“Kenapa Fi?” tanya Sasa dengan heran.