Jatuh cinta merupakan hal yang sangat membahagiakan. Tapi ketika cinta bersambut, tentu akan lebih membahagiakan bukan? Alexa, gadis cantik dan selalu ceria. Ia berhasil meluluhkan pria berkepribadian misterius, dingin dan cuek yang telah bertahun-tahun ia cintai. Tentu tak mudah baginya untuk mendapatkan cinta sang Mr. Ice. Ketika cintanya bersambut, masalah membentang di kehidupan percintaan mereka. Mr ice memiliki penyakit yang bisa merenggut nyawanya kapan saja. Dan kehadiran pria yang mengagumi Alexa, membuat percintaan mereka semakin memanas. Akankah mereka bisa melewati semuanya?
Lihat lebih banyakAlexa Liona Alberto, seorang gadis muda yang cantik, ceria dan energik. Ia berasal dari keluarga yang selalu berkecukupan. Tak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya dan ia mempunyai seorang kakak laki-laki yang selalu siaga menjaganya. Selalu menyayangi nya meski kadang suka usil pada Alexa.
Kini Alexa duduk di kelas XII IPA 1 di SMA favorit di kotanya. SMA favorit yang banyak diidamkan oleh para siswa. Selain terkenal, SMA tempat Alexa menimba ilmu itu mempunyai fasilitas yang lengkap. Sekolah elite yang meraih banyak prestasi dan kejuaraan Nasional. Bahkan sampai pada olimpiade Internasional. Tak heran jika banyak siswa ingin masuk kesana.Saat ini Alexa berada dalam persembunyian, mengintip seorang pria yang duduk tak jauh dari tempat nya berdiri saat ini. Dengan setangkai gulali yang ia bawa sebagai bekal pengintaian.Terlihat pria yang menjadi target nya itu sedang serius menatap laptop yang ada di hadapannya. Pria itu berada di sebuah cafe yang tak jauh dari sekolah. Setiap jam 3 sore, di sanalah pria itu selalu berada di waktu yang sama dan di jam yang sama.Dan setiap pulang sekolah, Alexa akan diam-diam mengintai pria itu dari tempat yang tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat pula. Agar tak ketahuan aksinya dalam mengintai pria itu. Nekat memang, tapi hanya itu cara yang bisa Alexa lakukan untuk melancarkan aksi nya dalam mengagumi pria tersebut.Sudah dua tahun lebih Alexa melakukan aksi nya yang bisa di bilang tak masuk akal ini.Bersembunyi selama 15 menit hanya untuk melihat pria pujaan nya dari kejauhan. Meski begitu, bisa membuat hatinya sangat senang.Mengagumi dalam diam, eh ralat. Saat ini yang di rasakan Alexa bukan hanya sekedar kagum, tapi rasa itu berubah menjadi cinta. Ya, sungguh ia telah jatuh cinta pada pria yang selalu duduk di cafe seberang jalan di meja nomor 05 setiap hari nya.Meja itu berada di dekat kaca, jadi Alexa bisa melihat dengan jelas dari luar. Apa saja yang pria itu lakukan disana. Pria itu putih, tampan dan manis. Membuat Alexa jatuh, sejatuh jatuh nya kedalam pesona yang pria itu tebarkan.Apalagi saat pria itu membaca sebuah buku atau sebuah novel dengan kacamata yang bertengger di hidung mancung nya. Sungguh hati Alexa bisa meronta-ronta ingin berada lebih dekat dengan pria itu."Upps, dia melihat kesini." Alexa buru-buru menggeser tubuh nya ke pohon Pinus yang ada di dekat nya,kala pria itu melihat ke arahnya.Lalu perlahan mengintip dari balik pohon pinus hanya untuk sekedar memastikan apakah pria itu masih ada disana atau tidak. Ia kebingungan kala tak mendapati pria pujaan nya sudah tak berada di sana. Meja itu kosong, yang tersisa hanya gelas putih yang berada diatas piring kecil. Sisa minuman yang tadi menemani sang Mr. Ice duduk disana. Di sanding dengan makanan ringan yang masih tersisa diatas piring cantik yang telah ditata sedemikian rupa. Pria itu tak ada lagi disana, membuat hati nya pun kecewa, dengan lesu ia menyeret kakinya yang terasa berat untuk meninggalkan tempat persembunyian nya.Setiap harinya, Alexa akan datang kesana setiap jam 3 sore. Dan akan mengakhiri pengintaian nya jika sang pujaan sudah tak nampak lagi dalam cafe itu. Menyedihkan memang, tapi apadaya. Alexa hanya bisa mengagumi, tanpa bisa mendekati.
Alexa menatap arum manis yang berada ditangannya, kemudian memasukkan potongan Arum manis terakhirnya kedalam mulut. Seketika rasa manis yang sangat mendominasi meleleh di mulutnya. Rasa yang selalu di sukai Alexa. Manis dan lembut, dan berharap sang pujaan akan sama dengan Arum manis itu. Ya, hanya sekedar harapan yang suatu saat nanti akan terwujud. Semoga saja.
Alexa membuang tangkai Arum manis itu, lalu berjalan gontai seraya tertunduk lesu tanpa melihat arah depan, sehingga menabrak seseorang di depan nya.
"Aduuh.." Ia meringis, tubuh nya terdorong ke belakang. Mengusap kepalanya yang terbentur dan lumayan sakit menurutnya."Siapa sih?" Gerutu nya, sembari mengangkat kepala. Hingga cengiran terbit di wajah nya kala mendapati kakak nya yang sedang bertolak pinggang dengan memasang wajahnya yang garang."Eh, kakak." Alexa menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Apa?" Ujar Pria berperawakan tinggi yang tadi ia tabrak."Kakak ngapain disini?" Tanya Alexa pura-pura tidak tahu."Nyari cilok." Sahutnya asal."Kan disini nggak ada yang jual cilok kak?" Tanya Alexa bingung."Kamu tukang cilok nya!!" Jawab kakak Alexa seraya menarik hidung adik nya dengan gemas."Dih, kakak sakit tau!" Mengusap hidung nya yang memerah."Kamu itu ya, di jemput di sekolah nggak ada mulu. Taunya disini, ngapain sih? jadi penghuni pohon Pinus?""Yaela kak, mana ada penghuni pohon secantik dan seimut ini!" Ujarnya dengan percaya diri."Mana ada cantik, jelek gitu!""Yaela kak, aku itu cantik dan imut imut tau." Alexa pura-pura cemberut."Nggak ada imut-imut, yang ada amit-amit." Cibir Leo."Dih, tapi sayang kan?" Alexa mengedipkan matanya seperti boneka, yang mengundang gelak tawa kakak nya.Leo pun tak tahan untuk tidak mengacak rambut adik tersayang nya itu. Kata-kata yang dilontarkannya hanyalah candaan semata, karna ia sangat suka menjahili sang adik. Sesungguhnya ia sangat menyayangi adik nya yang bawel."Pulang Yook, dah sore nih. Nanti mommy khawatir." Ajak Leo."Ayok, tapi Gendong ya!" Pinta Alexa."Hilih, Deket ini." Ujar Leo seraya menunjuk motor sport nya yang berada tak jauh dari mereka."Alexa capek, mau ya?" Ia memohon dengan wajah memelas yang dibuat-buat."Ya udah sini." Leo berjongkok, menuruti kemauan adik tersayang nya untuk di gendong."Yee, makasih kakak ku sayang." Alexa berjingkrak kegirangan. Dengan cepat ia segera naik ke punggung kakak nya."Baik banget sih." Puji nya dengan senyum yang terus saja mengembang menambah kecantikan gadis itu."Kakak kan selalu baik, apa sih yang nggak buat kamu." Ujar Leo seraya terus berjalan menuju motor nya berada, dengan Alexa di gendongan nya."Iya, iya Alexa percaya." Sahut nya dari belakang gendongan.Leo pun tersenyum, ia sangat menyayangi adik nya itu. Apapun akan ia lakukan untuk Alexa, dan tak ingin membuat adik nya itu bersedih.Hingga mereka sampai di tempat motor Leo berada. Leo menurunkan Alexa perlahan, mengambil helm dan memasangkannya ke kepala Alexa dengan perlahan."Terimakasih." Ujar Alexa tulus. Leo hanya mengangguk dan tersenyum.
Keduanya pun menaiki motor tersebut dengan Alexa yang memeluk kakak nya. Motor yang itu melesat meninggalkan tempat itu.
Jika orang yang tak mengenal mereka, pasti akan mengira mereka berdua adalah sepasang kekasih. Karena kedekatan mereka yang tak berjarak dan kasih sayang yang mereka berdua tunjukkan, akan membuat orang akan salah mengira.
Leonardo Alberto, kakak dari Alexa Liona Alberto. Anak pengusaha terkenal di kota nya, tampan dan pria yang penuh kasih sayang. Di gandrungi banyak wanita di kampus nya, tapi Leo tidak pernah menanggapi mereka. Karena ia tak ingin berpacaran terlebih dahulu sebelum ia lulus, dan itu prinsip nya.Tak jauh dari tempat yang mereka berdua tinggalkan, ada sepasang mata yang sejak tadi melihat kedekatan mereka berdua. Berdiri tak jauh dari ujung jalan, mengenakan kemeja berwarna putih sebatas siku. Mengenakkan sneaker putih yang semakin membuat nya keren. Sorot matanya tajam, mengawasi pergerakan Alexa dan Leo yang mulai menghilang di kejauhan. Wajah itu dingin tanpa ekspresi, tak ada senyum apalagi keceriaan.Setelah bayangan Alexa dan Leo benar-benar menghilang, ia menuju sebuah mobil BMW berwarna hitam. Dengan segera Pria itu memasuki mobil nya, dan bergegas pergi dari sana.
Aku dan Jin pergi lagi, kali ini pergi ke Taman ria. Aku ingin menepati janji yang ku ingkari tempo hari.Kami pergi ke taman Ria yang paling terkenal di kota ini. Taman yang di minati banyak orang, bahkan ada juga yang datang dari luar kota. Mulai dari taman, kolam renang arus, sampai berbagai wahana segala rupa memiliki daya tarik masing-masing bagi setiap pengunjung. Tempat ini menarik bayaran yang cukup mahal, namun tak sedikit orang yang datang.Kami bermain dan berenang bersama, tertawa dan menaiki wahana sampai rasanya ingin muntah. Yang paling seru adalah rollercoaster, permainan itu membuat jantungku terasa ingin lompat dari tempatnya. Hampir semua orang berteriak dan menjerit. Bahkan ada juga yang sampai menangis dan memohon untuk di turunkan.Aku dan Andy duduk bersebelahan, saling memejamkan mata karena takut. Kami sama-sama menjerit ketika rollercoaster itu bergerak dengan cepat, aku berdo’a dalam hati. Jika terjadi kecelakaan, pasti aku sangat menyesal. Dan yang paling a
Aku dan Jin menghabiskan waktu bersama hingga malam. Hanya sekedar bercerita di bawah pohon sebuah taman kota. Duduk berdua di bangku panjang dengan di temani beberapa camilan serta soda. Aku tidak terlalu suka dengan tempat yang ramai, karena menurutku di tempat seperti ini kita bisa bebas bercerita dan mendengarkan tanpa terganggu suara bising yang hanya akan mengganggu pembicaraan. Kami berbincang ringan di bawah pohon yang tidak terlalu besar, lampu taman yang berkerlipan membuat suasana menjadi lebih romantis menurutku. Tapi tetap saja, semua ini tidak bisa di bandingkan dengan lukisan maha karya Tuhan sewaktu bersama My mr. Ice waktu itu. Astaga, bayangan itu kembali berkelebat di benakku. Aku tersenyum pahit, dan mengusir jauh bayangan yang terasa menyakitkan itu. Jin paling pintar membuat lelucon yang super lucu. Sehingga wajahku terasa keram karena terlalu banyak tertawa. Inilah salah satu kelebihan yang membuatku tertarik padanya, dan harus aku akui bahwa aku nyaman berada
"Alexa, hey!!" "Alexa.. bangun!" Kurasakan tubuhku bergoyang. Aku membuka mataku, sinar keemasan menyilaukan mata. Hari apa ini? Ohya, kemarin hari Sabtu. Berarti sekarang aku bisa bermalas-malasan seharian. Ku lirik mom yang berdiri di samping ranjangku, terlihat gusar. Wajahnya terlihat tidak sabar. "Pagi,mom." Sapaku, kuberikan senyum imut dan senyum terbaik di pagi hari seraya duduk. "Akhirnya kamu bangun juga pemalas. Ini, ada telepon untukmu." Mom memberikan telepon padaku. Lalu keluar kamar setelah memberikanku tatapan peringatan terlebih dulu. "Halo?" Terdengar suara seorang pria di seberang telepon. "Eh, halo? Siapa ini?" aku bicara malas sambil menguap. "Alexa... Ini aku, Jin. Ada apa dengan ponselmu?" Aku mengerjapkan mata berulang kali supaya hilang rasa kantukku. "Umm.. ku rasa baterainya habis. Entahlah..." "Hari ini bisakah kita pergi
Bab 41"Aku harus ke toilet!" Aku segera meninggalkan meja kami dengan cepat. Bukannya ke toilet, tapi aku berbelok mengejar Dokter Beni. Di depan sana, aku melihat Dokter Beni sedang berjalan bersama seorang wanita."Dokter! Tunggu!"Dokter Beni dan wanita itu segera menoleh, menatapku dengan heran.Wajah wanita itu terlihat bingung, tapi tidak dengan Dokter Beni. Ia terlihat tenang dan hanya memandangku dengan datar."Ada apa?" tanya Dokter Beni dingin. Tidak ada basa basi dan langsung ke inti."Bisakah kita berbicara empat mata?" Aku memohon.Dokter Beni memandangku sejenak, lalu berpindah pada wanita yang ada di sebelahnya."Tunggu di mobil sebentar! Aku tidak akan lama." ucapnya pada wanita itu dan langsung di balas anggukan. Wanita itu segera berlalu keluar cafe melalui pintu samping. Apakah mereka bekerja disini? Mengapa mereka tidak lewat depan? Ah itu tidak penting. Aku harus berta
Beberapa hari kemudian aku pulang diantar Jin dengan mobilnya. Kami lewat cafe yang dulu seringkali Bintang kunjungi. Ingatan beberapa tahun lalu melintas di pikiranku, di balik pohon besar itu aku seringkali mengintai si Mr. Ice sampai berjam-jam. Aktivitas yang tak sebentar ku lakukan demi melihat pria dingin yang menyebalkan itu. Kini aku menyadari betapa bodohnya aku dulu. Aku terlalu bucin hingga menghabiskan waktu hanya untuk mengintai Mr. Ice dan mengaguminya dalam diam. Setelah cintanya ku dapatkan, semua berakhir begitu saja dan tak hubungan kami tak berlangsung lama. Tampaknya takdir sebercanda itu padaku.Jin menghentikan mobilnya tepat di depan cafe. Membuatku terkejut dan langsung menoleh padanya."Mengapa berhenti disini? Aku ingin pulang aja.""Aku ingin mencoba kopi yang terkenal itu. Katanya kopi disini sangat enak, dan aku ingin sekali mencobanya." ujar Jin."Baiklah, kita pesan kopi saja d
Semakin hari, aku semakin dekat dengan Jin. Kami sering menghabiskan waktu bersama, ia selalu menjemput dan mengantarkanku pulang. Sedikit demi sedikit, hatiku mulai pulih. Tak lagi meratapi kepergian Bintang .Hingga suatu hari saat itu datang juga. Saat Jin menyatakan cintanya kepadaku.Malam itu, di mobilnya. Jin memutar sebuah lagu instrumental yang aku tak tahu milik siapa di CD player mobil. Jin tak sekalipun membuang senyumannya sampai dia meraih sebuah tas kecil berwarna merah muda. Dari dalamnya, Jin mengeluarkan sesuatu. Ia membawakan aku sebuah apel merah yang mengkilap, di hiasi pita merah muda yang super cantik. Munculnya apel itu juga di iringi sebuah pisau yang tampak begitu tajam."Terima dan makanlah apel ini, jika aku layak berada di dekatmu. Tapi belah saja apelnya jika aku ini tak pantas untukmu."katanya seraya menatapku.Jujur, sebenarnya aku mulai menyukai Jin. Jadi ku pik
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen