POV ANTON
(UTANG DUIT)
"Mas, nanti kalau aku tidak dapat casbonan dari Si Boss, aku pinjam uang, Mas Galang ya?"
"Uhuk … uhuk …." Mas Galang malah tersedak.
"Gimana, Mas?" tanyaku lagi untuk memastikannya.
"Gampang itu, Ton." Mendengar jawabannya, aku memiliki harapan dan sedikit lega.
⭐⭐⭐
Saat kami sampai, wajah Bang Roel tidak terlihat bersahabat seperti biasanya.
"Kalian langsung tutup toko saja. Dari tadi saya tunggu kalian kok lama banget. Kang Rusdi bilang tidak terlalu panjang antriannya. Saya ada urusan ini!" Wajah Bang Roel terlihat kesal. Memang wajar kesal, kami p
POV ANTON(KUBAKAR TOKOKU TERANG-TERANGAN)Malam setelah aku kembali dari rumahku, rumah yang telah dikuasai Rani maksudku. Aku pun mengintai sejenak lingkungan di sana. Kalaupun orang lain ada yang melihat keberadaanku, mereka tidak akan curiga, karena mereka tahu ini adalah tokoku. Bahkan toko matrial besar itu terpampang nama "ARNI JAYA" Jelas hampir semua langganan tahu arti toko itu. ANTON RANI JAYA …."Mas, kamu mau kemana?" tanya Vina setelah aku meletakan koper dan langsung kembali keluar. Aku, kalau menginginkan sesuatu dalam kemarahan memang akan segera melaksanakan apa yang diniatkan. Terlebih Rani sudah sangat benar-benar membuatku kecewa. Benar-benar membuatku bangkrut. Bahkan untuk membayar sewa kontrakan rumah yang hanya sebesar 650 ribu pun aku sangat merasa keberatan. Jangan salahkan aku kalau k
POV RANI(MENEMUI A&V 1)Selesai mandi dan bersiap aku segera gegas keluar menemui Mama dan Papa. Sampai di ruang tamu mereka tengah berbincang hangat dengan Mbak Winda. Sudah ada empat gelas teh hangat di sana dan juga kue bolu."Mama, Papa, masih pagi sudah di sini saja," sapaku sambil menghampiri keduanya dan mencium punggung tangan mereka."Tidak ada kata masih pagi! Denger toko kamu kebakaran Mama sama Papa panik lah, Ran! Eh yang berkaitan malah santai. Kalau orang-orang, pasti sudah berada di toko saat ini, Rani!" pekik Mama."Baru kali ini Papa melihat orang terkena musibah masih santai," imbuh Papa."Ya terus aku suruh ngapain, Pa? Ma? Di toko sudah ada pemadam kebakaran. Sudah ada polisi, ya sudah biar
POV ANTON(KEJUTAN BIKIN KEJANG)"Mampus Rani! Mampus! Modar kamu, Rani modddaaarrrr!" ucapku puas dalam hati. Kepuasan yang tidak dapat lagi ku-ungkapkan dengan sebuah kata. Yang pasti aku sangat puas …."Lama banget sih kamu! Ngobrol sama siapa?" tanya Mbak Winda pada Rani. Wajah Rani terlihat begitu ceria dan bersemangat. Baru kali ini aku melihat orang terkena musibah tapi enjoy saja. Ajaib!"Tadi aku ketemu teman lama, Mbak," jawabnya singkat. Dari raut wajahnya, jelas terlukis seperti orang yang tengah jatuh cinta."Hay, Mas Anton. Hay Vina," sapanya."Aku turut berdukacita ya, dengan terbakarnya toko kamu," ucapku
POV ANTON(KEMANA UANG 20 JUTA?Akhirnya, sampailah kami di sebuah dealer motor. Lumayan untuk kami membeli motor, bisa jalan-jalan puas. Setidaknya kalau sedang jenuh, kami yang termasuk pengantin baru ini bisa jalan malam mencari angin segar. Sebab, polusi udara di ibukota sudah sangat luar biasa, jadi bisa menghirup udara segarnya kalau malam hari. Pagi hari kami masih tertidur."Kamu mau motor yang mana, Mas?" tanya Vina. Karena hubunganku dan Rani juga sudah berakhir, maka aku akan memulai hidup baru dengan Vina. Otomatis mulai sekarang aku harus membahagiakan dia."Terserah kamu saja, Sayang," ucapku sok romantis."Kalau begitu, aku mau Honda Beat warna hitam saja, Mas," ucapnya.
POV ANTON(MENYESAL)Sampai di kontrakan wajah Vina masih ditekuk persis tali tambang anak sekolah yang digunakan saat pramuka. Persis sekali seperti itu."Kamu kenapa sih?" tanyaku heran."Aku masih mikirin duit 20 juta itu. Cepat banget habisnya. Benci banget aku ini! Aku mau semua itu, tapi uangnya juga mau," sungutnya."Mas! Pokoknya kamu bilang deh sama Bang Roel, kamu saja yang jadi kuli panggulnya! Jangan Mas Galang!" cetusnya."Hah!" Aku mendengus. "Itu sama saja kamu mematikan rezeki Kakak Iparmu!" ucapku sambil meletakan TV di atas lemari kecil. Vina terdiam, bibirnya masih tetap pada posisi manyun 5 cm. Mungkin dia memikirkan pengeluaran besarnya hari
POV Vina(Ketemu Rani)Sampai di toko Bang Roel, aku dan Mas Anton langsung membuka kunci rolling door. Bang Roel terlihat tergesa-gesa hari ini."Cepetan bukanya! Pelanggannya rewel banget," ucap Bang Roel."Siap, Bang," jawab Mas Anton sigap. Saat rolling door sudah terbuka, aku pun segera mengeluarkan patung-patung yang biasa dipajang di luar. "Parfum Bang Roel wangi banget, nggak kayak Mas Anton tidak ada wangi-wanginya. Padahal dulu dia juga harum mewangi," ucapku dalam hati.Setelah selesai membuka toko, Bang Roel masuk dan langsung mengeluarkan ikatan barang yang akan dikirim. Sedangkan aku langsung menyiapkan nota, dan Mas Anton menyiapkan karung beserta jarum ball. Gerak tangan Bang Roel begitu cepat
'Rani lagi … Rani lagi ….' Kenapa aku harus bertemu dengannya? Ya Allah, apa mungkin aku tidak bisa terlepas dari bayang-bayang mantan bosku ini?"Ran. Masuk," ucap Bang Roel. Rani pun tersenyum dan langsung masuk ke dalam toko. Sementara aku, langsung keluar dan duduk di depan toko sama Mas Anton. Mataku dan mata Mas Anton saling berpandangan. Aku dengan tatapan kesal, sementara Mas Anton dengan tatapan santai. Rani bersikap seolah-olah tidak mengenalku dan Mas Anton. Aku pun bersikap sama sepertinya."Vina! Tolong ambilkan Aqua untuk tamu saya," pinta Bang Roel. "Sialan!" batinku."Iya, Bang." Aku pun segera mengambil Aqua botol mini di kardus dan langsung memberikannya pada Rani dan Bang Roel."Terimakasih, Mbak," ucap Rani. 'Mbak! Mbahmu!"Sama-sama, Ka," ucapku ramah seraya berlalu. 'Najis
POV ANTONBolehkah aku sebagai lelaki menangis? Bolehkah aku berucap, kalau aku menyesal menikahi perempuan yang hanya bagus rupanya? Ketika aku mengkhianati istriku demi perempuan ini. Apa yang kudapat? Semakin hari ternyata sifat aslinya mulai terlihat. Vina! Perempuan yang terlihat manis dan penyayang saat menggodaku, kini berubah seperti iblis. Di otaknya hanya ada uang, uang, dan uang ….Sedangkan Rani, kenapa setelah berpisah dariku justru kehidupannya biasa saja. Padahal aku tahu dia amat mencintaiku. Namun, kenapa seperti mudah sekali bagi Rani mencari gantiku? Aku menunduk saat berhadapan dengannya, karena aku ternyata seorang karyawan yang bekerja di tempat kenalannya. Mungkinkah Rani berpikir untuk apa uang yang telah dia berikan? Kenapa aku menjadi karyawan orang? Mungkin seperti itu pikir