POV RANI
Malam ini tiba waktunya untuk pergi ke acara ulang tahun Citra. Selain itu mereka juga mengadakan acara reuni. Aku tidak mau mempermalukan Bang Roel, jadi aku berhias secantik mungkin dan juga berpakaian rapi. Sepaket perhiasan yang super cantik kukenakan. Siang tadi aku juga telah pergi ke salon terlebih dahulu. Pokoknya aku harus tampil secantik mungkin, supaya mengimbangi suamiku yang super tampan.
"Sayang!" panggil Bang Roel.
"Iya, Bang," jawabku sambil mengenakan anting.
"Sudah, Bang. Gimana penampilan aku, Bang? Apa hiasaanku terlalu menor? Jawab jujur ya? Supaya aku tidak mempermalukan kamu. Kalau jelek bilang jelek, aku tidak akan marah."
"Siapa bilang kamu jelek? Kamu cantik kok. Cantik banget. Se
POV RANI"Sayang, berhenti menangis. Sekarang kita sudah sampai," ucap Bang Roel. Aku mengangguk dan segera turun dari mobil.Bang Roel menggandeng tanganku untuk masuk ke rumah. Nampak Mas Anton masih bermain catur di sana. Ada juga Juwita yang ikut bergabung. Mungkin dia jenuh di dalam sendirian, keduanya juga sedang PDKT."Loh, kok pulangnya cepet banget Bang?" tanya Mas Anton. Bang Roel diam saja tidak menjawab dan tetap berjalan melewati mereka sambil menggandeng tanganku. Terdengar bisik-bisik dan saling senggol di antara mereka. Mungkin tahu kalau Bosnya sedang marah.Sampai di dalam kamar aku langsung mencuci muka lalu berganti pakaian. Setelah itu menggunakan skincare seperti biasa. Baru setelah rapi aku menghamp
POV RANI"Assalamualaikum," ucapku saat aku dan Bang Roel sudah sampai di rumah. Terlihat mertua dan Iparku itu sedang bersantai di ruang keluarga sambil menikmati jamuan. Segera aku pun tersenyum dan menghampiri mereka untuk bersalaman."Apa kabar, Ma?" sapaku sambil mengecup pipi Mama mertuaku itu. Setelah itu, baru menghampiri Papa untuk mencium punggung tangannya. Begitupun dengan Bang Roel, dia melakukan hal yang sama."Leha!" panggilku pada ART yang bekerja di rumah ini."Iya, Bu!" Terdengar Leha menjawab sambil tergopoh menghampiri kami."Tolong bawa belanjaan ini ke dapur ya?""Siap, Bu." Segera ART-ku itu pun berla
PART 40POV VINAMas Anton lama banget. Sampai aku berada di rumah pesan dariku masih juga belum dibaca olehnya. Tanganku rasanya gatal ingin segera menghubunginya.Tut ….! Terlihat berdering. Berarti panggilan terhubung. Segera aku matikan kembali karena niatku hanya miscall. Sambil berbaring dan mengotak-atik ponsel aku masih setia menunggu pesan darinya.Krekt!Mbak Santi membuka pintu, aku melirik sedikit sinis ke arahnya. Gara-gara mulut dia, keluarga kami jadi terkenal keluarga tidak benar. Tidak ada pemuda dari kampung sini yang melirik janda kami. Disini aku terkenal 'Ada uang Abang kusayang, tak ada uang Abang kutendang.' Aku juga tidak tahu orang-orang itu tahu darimana. Intinya pemuda di perkampungan ini tidak ada yang m
POV RANI"Maaf, semuanya, saya dan istri saya permisi dulu. Salam untuk Lingga dan yang lain," ucap Bang Roel."Oh, iya, saya titipkan kartu nama saya, supaya Lingga bisa menghubungi saya," ujar Bang Roel seraya menyerahkan sebuah kartu nama pada orang tua sahabat lamanya itu.Ya, di pantai Kuta ini, kami tidak sengaja bertemu dengan Lingga, sahabat lama Bang Roel yang sedang berlibur bersama keluarganya. Hanya saja, keadaan mulai tidak membaik saat kehadiran seorang perempuan cantik yang tengah mencari putranya. Dimana anak kecil yang tengah dia cari ada di gendongan Lingga. Tiba-tiba saja suasana haru tercipta diantara mereka yang ternyata saling mengenal. Aku sen
SPESIAL BANGKRUTPagi menyapa, tiba-tiba saja ponsel Bang Roel memiliki banyak panggilan tidak terjawab. Ternyata dari Yudha. Ada pesan kalau Mama mertuaku masuk rumah sakit. Gegas kami pun langsung bersiap untuk kembali ke Jakarta. Bang Roel segera memesan tiket untuk hari ini juga. Selesai berkemas kami langsung Check out hotel. Lalu naik private car yang telah dipesan oleh Bang Roel untuk segera mengantar ke Bandara.Niat libur panjang pun batal karena musibah yang tidak terduga karena Mama masuk rumah sakit. Meski hanya sehari berada di Bali, namun menyisakan momen spesial tersendiri untukku. Di pantai Kuta aku dapat bertemu dengan perempuan cantik bernama Rara yang tak lain adalah seorang bintang. Sejak bertemu dengannya, hatiku merasa sedikit lega karena bukan hanya aku pejuang garis dua. T
POV ROEL"Minggir! Turun nggak? Jangan deket-deket!" kesal Rani saat aku coba pindah tidur di ranjang. Sengaja aku terjaga malam ini karena rasanya tidur di sofa badan pada pegel kurang panjang. Rupanya dia mengendus kalau aku ada di sampingnya. Aku diam sambil mengerutkan kening. Bingung atas perubahan sikapnya yang tiba-tiba berubah dingin. Rani menatapku tajam penuh kebencian."Abang! Kalau masih tidur di ranjang, Abang tidur di luar sana! Pokoknya aku nggak mau dekat-dekat Abang!" kesalnya lagi."Kamu kenapa sih? Salah makan kah?" ujarku menautkan kening. Larut malam begini kami malah berdebat."Pokoknya Abang turun sekarang! Aku ju
POV ROEL"Roel, bangun. Kok kamu tidur disini? Kenapa nggak tidur di kamar?" tanya Mama mertua. Aku langsung bangun sambil mengucek mata. "Gimana nggak mau tidur disini? Anak Mama liat Roel bawaannya kaya mau dimakan," jawabku masih sambil mengucek mata. Mana badan juga terasa sakit. Rani … oh … Rani … nggak hamil-hamil, sekalinya hamil ngidam-nya hal yang paling berat. Biasa tidur meluk dia, ini harus meluk dengkul sendiri. Nasib …."Maksud kamu apa, Roel?" tanya Mama lagi."Ma, Rani ngidamnya nggak mau dekat-dekat sama Roel. Padahal badan Roel bau wangi. Pake minyak wangi kesukaan dia itu. Eh, malah muntah-muntah."
POV ROELHari terus berlalu seiring bergulirnya waktu. Sungguh aku tersiksa dengan keadaan ini. Aku laki-laki normal, kalau saja tidak kuat dengan godaan, mungkin saja aku telah mengkhianati Rani. Hanya saja, meski sakit kepala aku coba tetap setia pada istriku itu.Jujur saja, selama ini pun banyak sekali perempuan yang mendekat. Begitu Pula dengan Ana yang ternyata dia memiliki perasaan lebih padaku. Ku Blokir nomornya ketika ia utarakan rasa tertariknya padaku. Gila … selama ini pun aku hanya menganggapnya teman. Ternyata dia anggap responku sebagai ketertarikan padanya.Derrrt …derrt …! Ponselku bergetar. Mama … segera kuangkat panggilan darinya."Halo, Ma ….""Roel … b