Hasna melirik kaca spion mobil, di sana dua orang yang baru saja ia beri pelajaran tengah bertengkar hebat. Sesekali kau harus merasa kesulitan, Bang. Nikmati itu sebagai pemanasan sebelum Allah membalas kecuranganmu. Batinnya dengan senyum mengembang."Jadi siapa tadi yang bertengkar? Kakak lihat kamu senyum-senyum sendiri jadi penasaran," Tanya Puspa terkekeh, wanita itu tak sempat melihat kejadian itu karena Hasna mengajaknya segera pulang."Kasih tahu enggak ya ...." ucap Hasna menggoda sahabatnya itu. Puspa berdecak sebal,"Kasih tau dong, ah! Kan penasaran," ucapnya memasang wajah penuh keingin tahuan. Hasna terbahak, dia membenarkan posisi duduk Alya, kemudian bersandar pada jok mobil, ia harus menyamankan diri agar ceritanya tidak kurang feel."Tadi aku ketemu Bang Toha--""What?!" pekik Puspa terkejut, ucapan Hasna terpotong, wanita berhijab soft pink itu mengangguk membenarkan apa yang didengar Puspa barusan."Hm, dia sama istri barunya," sahut Hasna santai, sesekali ia meny
Tangan Hasna terulur meraih ponsel di nakas, begitu banyak notifikasi di akun Facebooknya, semenjak bercerai beberapa bulan lalu dia tak pernah lagi menyentuh aplikasi biru tersebut, akunnya seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.Iseng, jemari lentiknya mengeklik aplikasi berlogo "F" tersebut, netranya langsung memicing melihat postingan yang menduduki bagian paling atas di beranda Facebooknya. Terlihat dua orang yang sangat ia kenal bergaya bak selebritis, mereka adalah Rita dan mantan ibu mertuanya.Namun bukan itu yang membuatnya gagal fokus, tetapi baju yang mereka kenakan. Gegas ia menzoom gambar ibu dan anak itu, Ya. tidak salah lagi, itu adalah baju hasil rancangannya. Penasaran, Hasna mengeklik profil bernama 'Rusni Mommy Shie Rieta Manies' tersebut, ia sempat tersenyum geli, sealay itu memang mantan ibu mertuanya.Begitu profil terbuka, postingan pertama yang terlihat adalah acara pesta di rumah Rusni, mereka berfoto berempat, Hasna memperhatikan satu-satu wajah itu, mereka
"Neng! Siang ini mau dimasakkan apa sama bibi?" tanya Bu Marni pada Hasna yang tengah mengambil air putih di meja, wanita paruh baya itu ingin menyajikan yang terbaik sesuai keinginan majikannya di hari pertama bekerja."Apa saja, Bi. Saya bukan pemilih dalam hal makanan," sahutnya menyunggingkan senyum."Waduh, nanti saya bingung. Sup daging sama udang asem manis boleh tidak, Neng?" tanya wanita itu lagi. Hasna tertawa lebar, "Ya sudah, Bi. Boleh saja," sahutnya sembari berlalu setelah menandaskan segelas air. Pekerjaan hari ini cukup melelahkan, ia harus menyelesaikan gaun itu secepatnya tanpa kekurangan dan harus sempurna.Gegas Hasna kembali ke ruang kerjanya. Alya sudah bangun sejak jam sembilan tadi, bayi itu sama sekali tak mengganggu pekerjaan ibunya, dia menendang-nendang lantai hendak mengayuh baby walkernya, ia tertawa menggemaskan ketika benda beroda enam itu sedikit melaju mundur.Hasna fokus memberi warna pada desain bajunya, sesekali ia mengajak Alya bercanda, semangat
Selamat membaca!*****Kehadiran Rani membuat semua pekerjaan Hasna menjadi lebih mudah, wanita paruh baya itu betah mengurus Alya hingga sore. Setelah menerima pesanan bahan, Hasna langsung membuat gaun itu menggunakan teknik draping, yaitu merancang gaun pada manekin tanpa dijahit.Setelah selesai, Hasna memfoto setiap detail dan keseluruhan gaun untuk diperlihatkan pada penjahit, ia tak mau ada kesalahan sama sekali. Dia mulai membongkar gaun itu, kemudian mengirim pada penjahit kepercayaannya, mereka tak punya waktu, pesta perusahaan akan berlangsung besok malam, Hasna mewanti-wanti agar gaun itu selesai tepat waktu tanpa cela. "Sayang, kamu baik-baik saja? Maksud ibu apakah pekerjaan ini membuatmu tertekan? Ibu lihat kamu memaksakan diri bekerja,"Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut Rani ketika mereka tengah duduk bersantai di ruang tamu menikmati suasana pagi. Hasna tersenyum kecil, ia memang belum memberitahu Rani perihal pesta dan gaun itu."Enggak, Bu. Mana mungkin
Selamat membaca!*****Hasna dan Puspa duduk bersisian di jejeran kursi tamu, mereka berbincang lalu saling melempar senyum, sangat anggun. Dari jauh Toha dan Siska memperhatikan mereka, lalu Toha mendekat ke arah Siska, pria itu membisikkan sesuatu.Siska membulatkan mata mendengar bisikan Toha, wanita dengan mini dress di atas lutut itu menatap suaminya ketakutan dengan kedua tangan membekap mulut, tetapi keterkejutannya tak bertahan lama, ia menggantinya dengan seringai licik."Ah, Sayang! Kau sangat pintar, ide yang brilian. Aku enggak sabar melihat wanita itu menanggung malu karena sudah berani masuk ke sini, pasti Bu Puspa mengira dia adalah salah satu perwakilan perusahaan lain," bisik Siska memeluk lengan Toha, mereka berdua tertawa licik menatap Hasna yang tengah berbincang dengan beberapa relasi bisnis lain bersama Puspa."Tentu saja, Sayang. Kamu tunggu dan lihat saja nanti, apa yang akan mas lakukan padanya," sahut Toha tertawa meremehkan Hasna, 'Kali ini aku akan membalas
Selamat membaca! Semoga suka!*****'Sialan! Ini semua gara-gara wanita itu!' batin Toha dengan pandangan tak lepas dari Hasna yang sudah berada dalam jejeran tamu penting bersama Puspa, ia tersenyum manis menyambut uluran tangan para tamu yang di perkenalkan Puspa padanya.Ketika Toha tengah menatap benci padanya, Hasna menoleh, setelah beberapa saat ia mengacungkan jempolnya kepada pria itu, kemudian memutarnya ke bawah, "You are looser," ucapnya tanpa suara, kemudian tersenyum meremehkan.Siska yang melihat itu sangat geram, ia hendak bangkit menghampiri Hasna, namun ditahan oleh Toha, "Sudah, tahan emosi kamu, Sayang! Kita ikuti saja dulu permainannya, mas penasaran kejutan apa yang dia maksud tadi," ucap Toha setengah berbisik. Siska hanya bisa mengangguk dengan napas memburu, wanita ini sangat bar-bar.Tak lama kemudian MC naik ke panggung, memberi beberapa kata sambutan, lalu memulai acara, yang pertama adalah penyambutan para kolega dan relasi bisnis dari luar negeri yang disam
Selamat membaca! Semoga suka!*****"Hei, jangan menangis! You are the stars tonight, so let's shine!" seru Puspa antusias, Hasna tersenyum menampakkan barisan giginya, ujung jari lentik itu bergerak membersihkan sisa air mata yang mengalir, "Oh, my mascara," ucapnya terkekeh, tiba-tiba dari arah samping seseorang menyodorkan sapu tangan, Hasna berbalik, dia tercengang, pria itu mengangguk dengan wajah datar.Dia Yuta Bima Prasetya, pria itu memperhatikan Hasna sejak tadi, selain kagum ia juga menyukai pribadinya yang kuat, dari Arya, dia mengetahui bahwa Hasna adalah singgel parent, Yuta kagum Hasna bisa berjuang dan berdiri tegak di atas kakinya sendiri.Hasna mengambil sapu tangan itu ragu, ia segera menyapu pipinya yang sedikit basah, setelahnya wanita berhijab itu kembali melipat sapu tangan Yuta, berniat mengembalikannya. Namun urung saat melihat pria berkulit putih mengangkat tangannya."Simpan saja, lagian itu sudah kotor dengan maskaramu," ucapnya tanpa ekspresi kemudian berl
Di mobil, dua insan berbeda jenis itu tak bicara sepatah kata pun, Yuta masih dengan raut wajah datarnya, sedangkan Hasna lebih memilih menatap ke jalanan, sesekali mereka saling melirik, lalu sama-sama mengalihkan pandangan karena tertangkap basah."Ehem, di mana rumahmu?" tanya Yuta memecah keheningan, sorotnya lurus menatap ke depan. Pria itu telah menanggalkan jasnya, hanya tersisa kemeja putih lengan panjang yang dilipat hingga batas siku."Ha? Ah, ya. Di depan sana, lurus saja," ucap Hasna kikuk, wanita itu merasa malu tertangkap basah melirik pria yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu. Yuta mengangguk, kemudian menginjak pedal gas lebih dalam, ia ingin segera terbebas dari suasana canggung ini, ia tak suka.Sedangkan di mobilnya, sudah dua puluh menit Toha mengikuti mobil Yuta, pria itu sangat kesal karena mereka tak kunjung berhenti, "Sialan! Ke mana sebenarnya mereka pergi!" umpatnya memukuli setir mobil. Dia menggeram kesal saat hampir kehilangan jejak ketika Yuta mena