Share

Jebakan

“Aku pikir... sebaiknya... nggak usah diperban lagi,” kataku pada Nial setelah dia membuka perban di jariku untuk menggantinya dengan yang baru.

“Luka itu harus ditutup supaya bakteri dan kuman nggak masuk dan bikin infeksi,” katanya.

“Biasanya juga kering sendiri,” kataku.

“Jangan keras kepala!” suaranya meninggi.

Ah ya, Wanda sudah memberitahuku kalau dia otoriter. Semua kata-katanya harus dipatuhi.

Aku menjerit kesakitan lagi ketika obat cair berwarna coklat itu mengguyur luka sayatanku yang masih sedikit menganga.

“Cengeng...,” gumamnya.

“Itu sakit...,” keluhku.

Dia menatapku lalu mendengus. Dia nggak lagi bicara sampai perban yang baru terpasang di jari telunjukku.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status