Abigail dan Ashton menginjakkan kaki di apartemen Zachary. Pria itu dan kekasihnya menyambut Abigail juga Ashton dengan ramah. Terlebih Sidney.
Baginya ini merupakan kesempatan yang baik untuk mendekat pada Ashton sekaligus membuat Zachary cemburu.
Namun sayang, Ashton tak melepaskan genggaman tangan dari Abigail, meski hanya sekejap.
Apa yang dilakukan Ashton tentu saja membuat Sidney kesal, sekaligus heran. Mengapa Ashton, bahkan Zachary begitu terpikat pada Abigail yang terlihat biasa saja di matanya.
Tidak. Sesungguhnya ia mengakui kalau gadis itu memang mempunyai pesona yang luar biasa. Sesuatu yang tak mungkin ia miliki meski jika dihitung, dana yang ia keluarkan untuk perawatan tubuh pastilah lebih banyak dibanding Abigail.
Namun, gadis itu memiliki hal yang tidak bisa di
Setelah jamuan makan malam yang diadakan Zachary, Abigail semakin tak habis pikir dengan kehidupannya. Termasuk kehidupan percintaannya. Mengapa saat itu ia tak mampu menolak Zachary? Apakah ini bagian dari rencana juga? Ataukah ada sesuatu yang mengambil alih kendali yang selama ini ada di tangannya? Ia sungguh tak mampu terpejam malam ini. Bahkan segala pikiran tentang Ashton ikut mengganggu dan mengusik hari-harinya. Ashton adalah pria yang cukup keras kepala. Ia tak akan pernah berhenti sampai mendapat apa yang ia inginkan. Meski telah mengatakan bahwa ia punya waktu satu bulan untuk membujuk Abigail agar menerima lamarannya, tetapi jika pada akhirnya Abigail menolak, gadis itu yakin bahwa Ashton bisa saja menambah batas waktu menjadi beberapa bulan atau bahkan tahun sampai Abigail mengatakan 'ya'. Tentu
Abigail memutuskan untuk mengambil beberapa hari untuk libur. Ia memilih untuk pulang ke Eastern Shore menemui paman dan bibinya, sekaligus menghabiskan waktu bersama mereka. Abigail merasa harus mulai melakukan itu, hanya berjaga-jaga andaikan usianya tak lagi panjang, ia setidaknya sudah memberi kenangan indah untuk kedua orang tua angkatnya. Kebersamaan. Gadis itu memilih untuk mengemudikan mobil sendiri, padahal beberapa sopir dan asisten menawarkan untuk mengantar dan menjemput. Bukan apa-apa, ia hanya ingin menikmati perjalanan seorang diri. Sudah lama sekali ia tidak merasakan kesunyian yang damai seperti ini. Kehadiran Zachaey, disusul Alice, lalu Sidney, dan terakhir Ashton-sudah terlalu meramaikan kehidupannya yang sebelumnya hanya ada dirinya seorang. Introvert sepertinya sweringkali merasa terganggu dan lelah jika harus berinteraksi dengan
"Apa yang kalian lakukan berdua di sini?" tanya Sidney, menatap nyalang kedua sejoli yang beringsut bangkit melihat kedatangannya. Sidney jelas mencurigai mereka tetapi yang ia lihat, tak ada yang terjadi antara keduanya. "Hey ... kau sudah di sini, bagaimana tidurmu?" tanya Abigail, tenang, seolah tak terjadi apa pun antara dirinya dan Zachary beberapa menit yang lalu. Ia tak ingin bersikap tidak sopan, tetapi tak ingin beramah-tamah pada gadis itu. Baginya tetap, Sidney adalah salah satu penghalang akan segala rencananya yang berhubungan dengan Zachary. Mendengar pertanyaan Abihgail, Sidney memutar bola mata, kemudian melepar tatapan pada kekasihnya. "Apakah kalian sengaja meninggalkanku?" tanya gadis itu, hanya dijawab dengkusan tawa oleh Abigail. "Aku tak tega membangunkanm
Banyak hal yang ditanyakan dan dibahas oleh Alex dan Zachary, seolah ia ingin lebih mengenal pria itu layaknya calon menantu. Ia hanya berjaga-jaga, karena insting sebagai pengganti ayah bagi Abigail selama ini, membuatnya sedikit gelisah. Andaikan apa yang ia pikirkan tidak terjadi, maka ia bisa berlega hati, tetapi bagaimana jika sebaliknya? Itulah sebabnya, ia memutuskan untuk mengorek banyak hal dari pria itu. Meski seperti yang Abigail katakan, Sidney sepertinya tidak menyukai cara Alex mendekati kekasihnya, ia tak perduli. "Ehm, Tuan Genovhia, sepertinya aku dan Zachary agak lelah, jadi bisakah besok saja kalian lanjutkan kembali perbincangannya, aku tidak ingin kekasihku ini sakit atau kelelahan. Kuharap kau tidak tersinggung," pamit gadis itu, yang membuat Alex dan Zachary terpaksa menghentikan percakapan mereka yang mulai seru. Zachary merasa tak enak ketika Sidney memotong apa yang sedang dikatakan Alex padanya. Ia senang berada di antara keluarga Abigail. Seorang peb
Zachary kembali ke kamarnya dengan mengendap. Beruntung baginya karena Sidney masih terlelap. Masih dengan langkah hati-hati ia masuk ke dalam selimut dan kembali menenggelamkan diri di alam mimpi. Kali ini ia ingin benar-benar tidur karena tubuhnya sungguh letih. namun, sayang harapannya tak terwujud, karena bayang-bayang Abigail justru mampir dan mengganggu setiap kali ia mencoba memejamkan mata. Ia membalik tubuh ke kanan dan kiri, berusaha mengusir ingatan malam yang baru saja mereka lewati berdua. "Biarkan aku tidur, Abby!" erangnya, lirih, tak ingin membangunkan Sidney. Akan tetapi, tak seperti dugaan Zachary, gadis itu justru sejak tadi sudah terjaga. Ia hanya ingin memastikan keberadaan Zachary. Dan kini ia tak perlu lagi bertanya, karena ia sudah mengetahui jawabannya. ***
Abigail mengemasi barang, sudah cukup waktu yang ia habiskan bersama keluarganya. Meski sedikit runyam karena kehadiran Sidney dan Zachary, tapi setidaknya dua sejoli itu juga merasakan hal yang sama. Kegembiraan. Abigail memutuskan untuk menemui Alice, juga Ashton. Kepada Ashton, ia tak akan mengatakan rencana dan tujuan mencari Gin, ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama pria itu. Seperti apa yang ia rencanakan sejak awal, ia akan memanfaatkan sisa waktu yang ia miliki. Terdengar miris dan mengerikan memang. Mengingat banyak hal yang belum bisa ia wujudkan-lalu ia justru membicarakan tentang kematian. Rasanya ingin membeli satu slot kehidupan abadi untuk ia gunakan, sampai dendamnya terbayar lunas. Akan tetapi, mana mungkin hal seperti itu bisa terjadi? Abigail tak ingin terlalu fokus pada bahaya yang mengi
Kali ini giliran Abigail yang terkejut. Tidak. Bukan seperti ini yang ia mau. Selain tak ingin melibatkan Ashton, tetapi juga ia tak bisa mengatakan yang sejujurnya pada pria itu. Ia sedang tak ingin melakukan tawar-menawar dengan siapa pun. "Jangan, Ash. Aku harus melakukannya sendiri, tidak dengan kehadiranmu." "Mengapa? Siapa tahu justru aku bisa membantu urusanmu agar lebih cepat terselesaikan." Abigail menggeleng, keras. Menolak apa pun yang ditawarkan Ashton agar ia diperbolehkan untuk ikut serta. Namun, baik Abigail maupun Ashton tak ingin mengalah dan menyerah dengan keinginan mereka. "Ash, please ... jangan membuatku kesal." "Kalau begitu, katakan apa yang akan kau lakukan. Jika kau menceritakan segalanya, aku berjanji tak akan mengga
Satu tembakan tepat mengenai sasaran, tetapi bukan sasaran yang dituju melainkan Abigail, yang dengan nekat menerjang peluru itu agar tidak mengenai Gin. Di saat yang sama, Alice mengeluarkan pistol yang sejak tadi berdiam aman di balik punggungnya, segera ia melepaskan beberapa peluru yang telak mengenai dada pria berandalan itu. "ABBY!" pekik Alice, yang langsung menghambur ke arah Abigail yang ambruk. Beruntung, Gin dengan sigap menangkap tubuh itu. Perlahan Alice memeriksa letak luka Abigail, lalu menoleh pada pemuda yang sejak tadi layaknya orang bisu, tak berucap satu kata pun. "Peluru mengenai pinggangnya, jika kita cepat dan ia segera ditangani maka semua akan baik-baik saja. Kau bantu angkat kakakmu dan ikuti aku menuju ke mobil. Kau dengar?" Laki-laki itu mengangguk. Namun, Alice dapat menangkap ada sorot pa