Alex langsung menghubungi para pengawalnya. “Apa yang terjadi?” Tanyanya dengan geram.“Kita diserang, Tuan. Kami akan mencoba menghalangi laju mereka agar Tuan bisa secepatnya pergi ke tempat yang aman,” ucap Kepala pengawal.“Kalau begitu, segera gunakan planing B!” titah Alex kemudian melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.“Alea, kencangkan sabuk pengamanmu!” Seru Alex, matanya fokus memperhatikan jalanan.Bian menuruti perkataan Alex dan langsung mengencangkan sabuk pengamannya dengan perasaan cemas.Kendaraan melaju membelah jalanan yang tak begitu ramai meninggalkan para pengawalnya yang sedang baku tembak dengan pasukan musuh.Alex tetap melajukan kendaraannya masih dengan kecepatan tinggi hingga di perempatan jalan dua buah truck telah menunggu kedatangannya.Dan ketika kendaraan yang ditumpangi oleh Alex dan Bian melintas, kedua truck itu mengejar mereka beserta beberapa kendaraan lain yang mengikuti.Bian melihat ke belakang, ketika menyadari mereka diikuti Bian sed
“Cepat siram bedebah itu!” titah lelaki berperawakan tinggi dengan sorot mata tajam, tak lupa senyum miring yang menghiasi bibirnya melihat seorang tawanan yang terikat di kursi di depannya.“Baik, Bos,” jawab anak buahnya lalu mengambil air yang telah disediakan di sebuah ember dekat kakinya itu lantas menyiramkannya secara kasar.Serta merta lelaki yang ditawan itu tersadar dari pingsannya lantas terbatuk-batuk hingga matanya memerah lantas menatap tajam ke arah lelaki yang sedang tertawa menatap dirinya.Suara tawa menggelegar memenuhi sudut ruangan, begitu puas dan terdengar mengerikan tanpa penyesalan.“Barma!”Tawanya semakin kencang manakala ia mengetahui bahwa lelaki di depannya itu mengenali dirinya.“Ya, ini aku. Apa kau terkejut berada di sini? Aku harap kau senang berada di sini, anggap saja rumah sendiri,” ucap Barma dengan senyum mengejek.Barma lantas berjalan mendekat, mengangkat tangannya lantas mengangkat dagu sang tawanan. “Kau memang anjing kesayangan Arshaka yan
"Azalea, kau ... kenapa dengan suaramu?” tanya Barma menyadari suara yang keluar merupakan suara laki-laki.Barma marah. Kemudian ia bertanya dengan dingin dan kelam. “Siapa kau? Berani-beraninya kau menipuku?!”Tangan Barma terangkat lantas menampar pipi Bian dengan keras, ia begitu murka mengetahui bahwa wanita di depannya saat ini hanyalah sebuah tiruan.Seharusnya ia sudah tahu, jika Azalea masih hidup tentulah wajahnya sudah berubah menjadi setua dirinya, namun ia malah menampik hal itu.Barma berpikir sejenak lalu tertawa seperti orang gila. “Aku tak peduli siapa kau, setidaknya kau bisa menjadi mainanku sampai aku bosan memainkanmu,” ucap Barma seraya mencengkeram dagu Bian kuat hingga membuat Bian meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang memerah.“Barma keparat, lepaskan Alea!” seru Alex marah.Akan tetapi Barma malah semakin senang mendengar teriakan Alex, ia melirik ke arahnya sebentar sambil menunjukkan senyum iblis padanya.Barma menyeringai layaknya seorang psikopa
“Azalea, Sayang, mari kita bersenang-senang.” ucap Barma seraya menyeringai, wajahnya bagaikan predator yang siap menelan mangsanya hidup-hidup.Sosoknya yang mengerikan membuat Bian ketakutan. Setelah menanggung rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat cambukkan, sekarang ia malah akan di ruda paksa.Bian menjerit tertahan manakala bagian intinya diterobos dengan paksa. Rasa sakit yang menyengat kembali ia rasakan, seperti pertama kali ia melakukannya dengan Alex.Akan tetapi, saat ini sama sekali berbeda sewaktu ia bercinta dengan Alex yang melakukannya dengan lembut dan penuh perasaan. Apalagi dirinya lakukan atas dasar kerelaan, rasa cinta dan sama-sama bergairah.Namun saat ini, Barma layaknya seekor hewan buas tak berperasaan. Hingga Bian merasakan rasa sakit seakan dirinya seperti terbelah.Tangan Barma juga tak tinggal diam. Ia mencekik, memukul, menampar bahkan menggigit Bian sambil terus menggoyangkan pinggulnya memompa intinya.Alex meraung-raung hingga menangis putus asa meli
“”Kau belum tidur?” tanya Arshaka ketika tiba di dalam kamar tidurnya.Terlihat Alana tengah duduk sambil membaca sebuah buku di tangannya.Alana mengalihkan atensinya ke arah asal suara, lantas tersenyum kecil lalu menutup buku di tangannya seraya menunjukkannya pada Arshaka.“Seperti yang kau lihat, aku masih ingin menyelesaikan novel ini.”Arshaka melangkah mendekat sedikit mencondongkan tubuhnya lantas mengecup kepala Alana.“Ada apa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu?” Alana meletakkan novelnya lalu menengadah menatap wajah suaminya.Arshaka tampak ragu untuk memberitahukan rencana penyelamatan Alex padanya. Ia pun memilih duduk di samping Alana meskipun perasaannya campur aduk tak karuan.Alana tersenyum, dengan wajah tenang ia lantas berujar, “Pergilah, aku tak akan pernah mencegahmu menyelamatkannya. Alex merupakan bagian dari keluarga kita, jadi ... “ Alana memegang tangan Arshaka lembut.“Pergilah, selamatkan dia dan berjanjilah padaku bahwa kalian akan kembali dengan selamat
"Jangan pernah berharap aku akan melayanimu, baik di ranjang maupun kebutuhanmu yang lain. Aku tidak sudi, dasar pembunuh!" Desis Alana, sesampainya mereka di kamar hotel yang khusus dipersiapkan untuk pasangan suami istri memadu kasih, merengguk manisnya surga dunia malam pertama.Alana yang mempunyai wajah cantik dengan lesung pipi kanan, ditopang tubuh tinggi semampai serta kulit putih mulus. Kesempurnaan fisiknya mungkin tak sebaik nasib hidupnya di dunia ini.Lebih-lebih, ketika tubuhnya ditukar dengan harta. Dirinya lebih pantas disebut gadis yang dijual demi kekayaan dari pada seorang istri yang sah.Seharusnya malam ini Alana menjadi pengantin wanita paling berbahagia, menikah dengan kekasih pilihannya yang sudah dipacarinya sekian tahun. Tapi, semua mimpi itu hancur, musnah setelah calon pengantin prianya dibunuh oleh sahabatnya sendiri.Arshaka, lelaki yang telah mengucapkan ikrar pernikahan satu jam yang lalu, juga penyebab terbunuhnya calon suami Alana seminggu sebelum mer
"Selamat datang, Nyonya Muda," sapa Monic ketika mereka sudah sampai di mansion pribadi Arshaka.Alana bernafas lega. merasa beruntung, setidaknya Arshaka punya tempat sendiri. Tadinya Alana sempat berfikir kalau Arshaka akan mengajak dirinya untuk tinggal bersama keluarganya.Entah kenapa, Namun, Alana pun tidak memungkiri kalau ia tidak menyukai mama dan adik tiri Arshaka yang terkesan licik. Padahal, ini adalah kali pertama mereka bertemu dan kesan yang di dapatinya malah kemunafikan. Setidaknya, kekuatiran Alana akan mengalami penindasan oleh Mertua seperti yang ia pikirkan tidak terjadi.Alana hanya menanggapi sapaan monic dengan anggukan. Lagipula, Alana hanya bisa pasrah, juga tidak berharap diperlakukan dengan baik dan istimewa oleh Arshaka. Asal ia tidak menyentuhku dan memperlakukanku secara kasar, itu sudah cukup."Mari aku antar ke dalam kamar, Nyonya." ajak Monic, sedangkan Arshaka hanya meliriknya sekilas tanpa berbicara sepatah katapun, ia lantas melenggang masuk tanpa
Arshaka terkejut dengan sura benda terjatuh lantas bangkit untuk memeriksanya. melihat pintu yang sedkit terbuka membuat Arshaka menjadi curiga. seingatnya, ia telah menutup pintu itu dengan rapat.Arshaka memeriksa dan melihat sekeliling, namun nihil, ia tak menemukan siapapun.Arshaka masuk ke dalam kembali kemudian berpamitan pada mertuanya. Ia ada meeting dengan klien dan menitipkan Alana padanya.Alana yang melihat Arshaka pergi, akhirnya bisa bernafas dengan lega. meskipun dibenaknya muncul berbagai pertanyaan, ia akhirnya memutuskan untuk mencari tahu sendiri.sementara itu, Arshaka yang telah tiba di perusahaan miliknya selalu menjadi pusat perhatian setiap karyawan. Bagaimana tidak, Arshaka, Ceo pemilik Arshaka group. Berparas tampan dengan tinggi 180 cm dengan netra berwarna almond, rahangnya yang tegas dengan alis tebal serta bibirnya yang tipis ditunjang dengan tubuh sixpacknya membuatnya begitu sempurna bak dewa yunani.Sifatnya yang dingin, ambisius dan kejam membuat law