“Aku merasakan aura sumber masalah itu mendekat.” Bisik Devanna kepada Charlie. Aku, Xander, Devanna dan Charlie sedang berkumpul di kabin milik Devanna. Setelah ini kami tidak akan mengunjungi Devanna lagi, demi keselamatannya.
“Jadi maksudmu, sumber masalah itu adalah Balthier? Karena sebentar lagi ia akan datang.” Jawab Xander melirik penuh arti ke arahku dan ayahnya.
“Semoga in icepat berlalu. Ah…shoot aku semakin frustrasi dengan semua ini. Kenapa masalah harus serumit ini!” Umpat Charlie menggosok wajahnya kasar.
Aku hanya memandangnya penuh simpati. Ia hanya ingin bisa bersama dengan perempuan yang dicintainya, Devanna..namun terlalu banyak hal yang harus ia tempuh demi mewujudkan mimpinya itu.
“Tapi..entah kenapa..aku juga merasakan sebuah aura baik bahkan sangat baik bersamanya…”
“Lidya.” Timpalku
Mereka sudah datang!Aku diberi kabar oleh Ty yang mengetuk pintu kamarku, ia memberitahu bahwa mereka sudah datang dan menunggu di ruang kerja Charlie.“Apa Charlie sudah datang?” Tanyaku. Aku sedikit cemas mengenai Lidya, Xander saat ini sedang mengurus sesuatu, ia bilang akan kembali dalam waktu setengah jam.“Ya. Charlie memintaku memanggilmu untuk menyambut Lidya, dan hilangkan semua formalitas alpha kepadanya di depan Lidya.” Jawab Ty, entah kenapa aku merasa wajahnya sangat muram. Walaupun Ty bukan orang yang bubbly..tapi saat ini terlihat wajahnya sangat sedih..seperti orang yang baru kehilangan seseorang untuk selamanya.“Ty..maaf. Bukan aku lancang, tapi kenapa wajahmu muram sekali?” AKhirnya aku membernarikan diri bertanya.“Hm..nothing.” Jawabnya, awalnya ia terlihat ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya ia berkata ta
“I want you to know that… I wont ever do that again! Promise!”Xander mengangkat kedua tangannya ke atas dan langsung mengucapkan kalimat rasa bersalah begitu ia melihatku duduk dengan baju tidur dan kedua tangan terlipat di depan. Aku memandangnya dengan kesal…kesal karena membuatku cemas setengah mati. Ia tahu kesalahannya dan meminta maaf. He better be!“Kenapa kau tak bilang kalau kau mengantar Devanna ke tempat lain, aku akan lebih siap kalau tahu lebih awal.” Ucapku masih dengan posisi bersendekap.Xander berjalan pelan ke arahku, ia sepertinya paham betul kalau aku marah dan kesal dengannya. “Siapa yang tidak kesal kalau kau hanya bilang akan keluar dalam setengah jam…dan ternyata dua jam setelah kepergianmu kau tak juga datang, sampai Charlie memberitahuku bahwa kau memiliki tugas darinya…dan ia memintaku melihatmu lewat koneksi Erasthaiku…dan kau t
“Enough Xander!” Rintihku dengan berbisik.Xander menggendongku dan masuk ke dalam bathtub bersamaku.Ia menggendongku dan duduk di belakangku di dalam bath tub yang belum terisi air. Ia menyalakan kran air hangat. Selama menunggu air untuk penuh, tangan Xander menjelajah dan beberapa kali meremas buah dadaku. Aku menggigit bibir bawahku, menahan desahan yang memaksa ingin keluar dari mulut.“Xander…ini sudah malam..aku lelah…ingat!” Rengekku, aku tak berdaya kalau Xander sudah menyentuhku seperti ini. Tangannya memiliki sihir yang bisa membuatku bergelinjang dalam sensasi terbang ke angkasa…sangat nikmat.“Sush….” Jawab Xander masih mengelus beberapa area intimku.“Tapi….”“I want to do so many thing… right now! I could kiss you in every inch…and you will l
Aku baru mendapatkan tidur malamku setelah jam dua belas malam. Xander memiliki tingkat virilitas dan stamina yang sangat tak berimbang denganku aku mendapatkan tidur malamku karena aku yang tertidur di tengah medan pertempuran erotis Xander di atas ranjang. Ia seperti pria yang haus dan lapar, note…aku yang jadi makanannya sekaligus makanan penutupnya.Aku saat ini terbangun dan melihat di sebelah kananku, kasur Xander sudah kosong padahal ada banyak sekali yang ingin kuceritakan kepadanya. Termasuk urusan Lidya dan Ty. Aku memutuskan untuk langsung masuk ke kamar mandi dan berganti pakaian sebelum Xander datang dan membajak acara mandi pagiku dengan kemesumannya.Aku dengan cepat menyelesaikan urusanku dan berpakaian supel. Aku berencana mengajak Lidya dan Ty berjalan menuju sungai kecil yang waktu itu kulewati. Mungkin Ty bisa meminjam mobil milik Charlie? Selesai menyiris rambutku Xander datang, ia sudah rapih dengan pakaian semi formalnya.
Semalam aku menunggu dengan cemas, apakah Balthier akan mengunjungiku mala mini. Semenjak tiba di tempat ini, Balthier terlihat lebih serius dan sedikit lebih dingin. Mungkin efek ancaman terror oleh ibunya. Tempat ini adalah sebuah tempat yang aneh, aku menbyebutnya aneh karena rumah atau mansion ini terletak persis di tengah hutan lebat…apakah mereka tak takut ada binatang buas? Ah..bukankah waktu itu Balthier pernah menyebut serigala berkeliaran di tempat ini?Aku juga kaget dengan kehadiran Nadja, ia terlihat sangat natural di sini, walaupun aku belum sempat bertanya… sejak kapan ia di sini. Terlebih saat kulihat Nadja sudah sedikit lebih akrab dengan Charlie..ayah Balthier. Kebingunganku bertambah banyak karena kehadiran seorang pria dengan kulit eksotis dengan rambut kecoklatan dan sedikit streak pirang. Bukankah itu aneh? Pria itu tak mungkin perawatan di salon kan..maksudku..mendapatkan rambut seperti itu dengan alami..bukankah sangat luar biasa. Pria bernam
Aku baru saja dicium oleh Tidus. Apa tadi ia bilang? Biarkan di dapur? Apa maksudnya ciuman itu? Lalu kenapa ia menciumku?Aku masih terpaku di tempat dengan semua bayangan kejadian beberapa menit yang lalu. Wajahku memanas, ia benar-benar telah menciumku!Aku kembali ke kamar dan menunggu Nadja datang, sejauh ini Balthier sama sekali tak mengunjungiku. Apa ia sedang sangat sibuk? Atau ia sudah tak memperdulikanku? Jauh dari dalam hatiku, aku bersyukur ia tak datang…membuatku bisa berpikir sendiri dan mencoba memahami apa yang baru saja terjadi di tempat ini.Ada sura ketukan pintu di luar, aku membukanya dan menampilkan Nadja dengan wajah cerah dan segarnya. Ia juga memakai sebuah jeans dan kaus santai.“Lets go! Kau sudah makan?” Tanyanya saat kami menuruni tangga. Sebuah pertanyaan yang membuat aku dilemma, Ty bilang ciuman tadi hanya disimpan di dapur…jadi maksudnya aku
“How old are you?” Tanya Nadja kepada Ty yang berjalan paling depan. Ty mengajak mereka ke sebuah taman, tempat pembudidayaan tanaman yang ‘katanya’ memiliki koleksi paling lengkap di seluruh dunia. Nenek dari Xander memiliki hobi yang sangat ekstrim mengenai tumbuhan, berdasarkan penjelasan Ty di mobil tadi. Aku berjalan bersama Lidya…dua langkah di belakang Ty.“Me? Terlalu tua untuk kau ketahui…” Jawab Ty santai. Ia tak menoleh dan hanya berjalan di depan kami.Ini memang sebuah taman yang indah. Beragam bunga dan tanaman yang kutahu berasal dari negara luar, Asia bahkan Eropa.“Apa terlalu tua untuk dikenal?” Sekarang Lidya yang bertanya. Hah…pasti ia bingung mau menjawab.“Hmm…aku hampir empat puluh tahun.” Jawabnya pada akhirnya.Pada dasarnya kehadiranku di sini adalah sebuah pengorbanan. Pengorbana
“So what do you mean?” Aku berdiri dan menggebrak meja. Aku sangat marah saat mendengar usul yang diberikan Balthier barusan. Aku berada di ruang rapat para tetua, Ayahku, Balthier dan beberapa tetua pack ini hadir untuk membicarakan persiapan apabila benar terjadi penyerangan ke pack oleh ibuku.“Xander…tenanglah. Kita dengarkan dulu alasannya!” Ucap ayahku mencoba menenangkan.Sejak malam kedatangan Bakthier ke pack ini, rapat ini terus berlangsung…sebuah diskusi yang sangat pelik, karena seperti yang sudah kutebak…Balthier menjadi orang yang sangat menyebalkan. Ia terus menerus mengusulkan agar Nadja dan Lidya di pindahkan ke pack lain, karena mereka menurut Balthier adalah weak spot dari pack ini. Enath kenapa aku merasa pemikirannya sangat aneh. Bukankah ia datang ke sini karena khawatir atas keselamatan Lidya? Kenapa justru ia seolah membuang Lidya jauh…dan berarti kurang pengawasan dari kami. Dengan diasingkannya Nadja dan Lidya ke pack lain,