Share

Negosiasi

Author: humaidah4455
last update Last Updated: 2022-10-31 07:41:21

"Maaf, Mbak Zahra. Apakah tidak terlalu memberatkan dan berlebihan syarat itu?" Pak RT membuka suara.

Semua mata menoleh ke sumber suara.

Zahra tersenyum simpul, nampak manis dan cantik sekali. Hingga membuat Danu tambah kasmaran. Taman bunga merekah seketika menghias hati Danu.

"Maaf, maksud Bapak, bagaimana?" tanya Zahra.

"99 hari, mana bisa membuat nasi goreng, kalau harus nanam dulu, Mbak. 99 hari padi baru bisa di panen, belum di jemur, belum gilingnya, cukup kah waktunya, Mbak?" Pak RT balik bertanya dengan sopan.

Zahra kembali tersenyum, ia menoleh kepada calon mertua dan suaminya.

"Bukankan ada dua pilihan mahar, dan Mas Danu sendiri yang siap memilih mahar ke 2," kata Zahra lembut.

"Iya, Mbak. Tapi rentang waktu 99 hari apakah cukup?" tanya Pak RT.

Danu yang sedari tadi berkeringat mencuri pandang kepada Zahra. 'Duh, Zahra. Senyum mu mengalihkan duniaku. Aku bisa gila jika tak bisa memilikimu Zahra.' batin Danu.

"Kenapa tidak minta yang lain saja, Zahra. Sebutkan saja kami pasti bisa menyiapkan mahar untuk pernikahan kalian," kata Ibu Herlambang.

"Maaf, Bu. Zahra yang akan menikah dengan Mas Danu. Zahra hanya ingin Mas Danu menjadi imam terbaik untuk Zahra, bisa menjamin semua kebutuhan Zahra secara mandiri tanpa berlindung di balik limpahan harta Ibu dan Bapak." Ucap Zahra.

Pernyataan Zahra sontak membuat Pak Herlambang semakin mantap memilih Zahra sebagai calon menantunya. Sedang Ibu Herlambang malah sebaliknya.

"Tapi, syarat untuk membuat maharmu, dan waktu yang kamu targetkan bikin susah anak saya," ungkap Ibu Herlambang.

Zahra menanggapi calon mertua nya dengan sabar dan senyuman yang indah. Ia tak melayani Ibu mertuanya ia tak ingin berdebat.

"Bagaimana, Mas. Sanggupkah memenuhi syarat ku?" tanya Zahra.

Hati Danu bergelora, kala mendengar suara Zahra yang lembut dan indah. Membuatnya melayang karena kasmaran. Gadis muslimah itu berhasil membuat jatuh cinta. Namun, ia memikirkan ucapan Pak RT tadi 99 hari apa cukup?

"Maaf, Zahra. Bolehkah bila waktunya di tambah?" tanya Danu. Ada ketakutan dalam hatinya.

"Maksudnya, Mas?"

"Jangan 99 hari."

"Oh, Mas keberatan? Mau berapa lama? Setahun, dua tahun," balas Zahra. "Bukanya Mas yang ingin kita segera menikah," ucap Zahra.

Semua orang terdiam membisu. Mereka tampak berfikir keras.

"Begini saja, Zahra. beri aku waktu lebih lama, tapi kurang dari satu tahun," tawar Danu mencoba bernegosiasi dengan calon istrinya.

"Maaf, Mas. Sekarang ini musim tanam padi, jadi jika Mas mau, Mas bisa kok menanamnya dari sekarang," usul Zahra. "Atau bila Mas keberatan, terserah Mas saja. Yang jelas lamaran dari Mas Danu ini sudah Zahra terima dengan ikhlas" ucap Zahra.

Danu diam tak bergeming. Hanya suara jam dinding dan anak-anak kecil diluar ruangan yang terdengar. Suasana sedikit tegang.

"Begini saja, Nak Zahra. Beri Danu waktu 4 bulan untuk menyiapkan mahar permintaan Nak Zahra," tawar Pak Herlambang memecah ketegangan.

"Is, Papa usul apaan sih?" bisik Ibu Herlambang mendengus kesal. "Yang lain kek. Biar Danu nggak susah," bisiknya lagi.

Zahra kembali tersenyum manis mendengar tawaran calon Papa mertuanya.

"4 bulan, kurang lebih 120 hari. Kurang dari satu tahun. Bagaimana, Mas sanggup?"

Danu berpikir sejenak, "Baiklah, Zahra. Aku akan memenuhi syarat itu dalam waktu 120 hari," jawab Danu mantab. Tekad Danu sudah bulat.

"Insyaallah, Mas. Jangan lupa kalimat itu. Jika Allah menghendaki," timpal Zahra.

"Oh ya. Insyaallah. Saya sanggup memenuhi syarat dari Zahra. Saya akan berusaha untuk menghalalkan mu dalam kurun waktu 120 hari kedepan. Wahai bidadari," ungkap Danu, dengan badan gemetar.

Ibu Herlambang seakan tak percaya kepada putra bungsunya itu.

Sedangkan Zahra sempat tertegun mendengar kesanggupan sang calon suaminya. Sungguh diluar dugaan nya. Zahra pikir Danu akan mundur, ternyata ia malah maju.

"Baiklah Mas. Akan ku tunggu proses mu untuk menghalalkan ku, Mas," ucap Zahra.

+++++++++++++

Acara lamaran berakhir. Semua yang hadir pun kembali pulang, Zahra mencium takzim calon mertuanya.

"Doakan calon suamimu ya, Nak," pinta Pak Herlambang.

Ibu Herlambang tak berucap mukanya masam.

"Papa, ayo cepat pulang!" ucapnya ketus.

"Doakan aku, Zahra," pamit Danu sambil mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan.

Zahra membalas dengan menangkupkan tangan ke dada.

Danu menarik tanganya kembali, sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Insyaallah. Mas harus bisa." Zahra tersenyum.

"Harus?"

Zahra mangangguk tanda setuju.

"Aku akan berjuang untukmu. Wahai bidadari!" ucap Danu sambil melangkah mundur perlahan meninggalkan rumah Zahra.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikum salam"

Keluarga Herlambang meninggalkan kediaman keluarga Rojali.

++++++++++

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood ย ย ย Pelajaran berharga

    Mau tak mau Danu harus menimba air sumur untuk mengisi bak mandinya. Beberapa kali ia menimba air membuatnya berkeringat, maklum saja dia tak pernah susah selama ini. Usai mengisi bak air, Danu beristirahat sejenak sambil mengusap peluh yang mengucur di dahinya. "Capek nya ngisi bak air mandi. Coba aja di kamar mandi kamarku, tinggal puter langsung mancur," keluhnya lirih. Ia duduk sejenak di teras dapur sambil melepas kaosnya. Danu berpikir sejenak. "Baju ini kalo kotor mau nggak mau, aku yang nyuci juga," pikirnya. Danu menepuk jidatnya. "Sib, nasib! Gini amat sih, mana semuanya masih manual," gerutunya dalam hati. Tiba-tiba ada yang menepuk punggungnya dari belakang. "Katanya mau mandi, kok masih duduk disini?" Suara Pak Husen mengejutkan Danu. Ia spontan menoleh. "Eh, Bapak. Kaget saya." Danu mengusap dadanya yang putih mulus. "Kenapa belum mandi juga?" "Anu, Pak ... saya istirahat dulu, capek nimba air," ungkap Danu nyengir kuda. Pak Husen tertawa mendengar ungkapan Danu.

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood ย ย ย Demi kamu, Zahra

    "Ayo masuk, Mas Danu," ajak Pak Husen. "Baik, Pakde, Simbah," Danu bingung hendak memangil dengan sebutan apa. Pak Husen menyunggingkan senyuman lalu menepuk pundak Danu. "Le, nggak usah takut, gugup, ataupun bingung. Panggil saya Bapak, atau Pak'e dan istri saya panggil saja Simbok atau Mbok'e, karena mulai hari ini, kamu sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami disini." Laki-laki setengah abad itu berbicara dengan santai dan mantap, penuh karismatik. "Le, ayo barang-barangnya dibawa masuk ke kamarmu, sudah Simbok siapkan," Ibu Aminah keluar memanggil Danu. Danu menoleh kepada ibu Aminah, wanita berbusana khas Jawa itu berusaha menarik koper Danu, namun Danu langsung refleks membantunya. "Biar saya aja, Mbok ... ini berat," ucap Danu meraih kopernya. Pak Husen menatap istrinya dan pemuda kota itu sambil mesem ngguyu. Danu dan Ibu Aminah berjalan menuju sebuah kamar yang sudah dipersiapkan oleh ibu Aminah. "Ini kamarmu, Le. Bajunya bisa dimasukkan ke lemari sini," ucap wanita it

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood ย ย ย Jadi anak desa

    Danu masih bertanya-tanya mengapa Pak tua, dihadapannya ini seperti bisa melihat masadepan. Sepertinya beliau bukan orang sembarangan. "Tidak usah bingung. Ayo istirahat lagi." Pak Husen bangkit dari duduknya lantas berlalu meninggalkan Danu. Danu termenung menelaah setiap ucapan laki-laki setengah abad itu. "Ah, sudahlah. Mungkin memang beliau punya kelebihan. Lebih baik aku tidur saja." Danu memutuskan untuk tidur lagi. ***Adzan Subuh berkumandang, Danu terbangun dari istirahat malamnya, ia segera menuju kamar mandi yang terletak diluar rumah. Suasana masih gelap, lagi-lagi Danu harus menimba air. "Sudah bangun, Mas," Suara wanita mengejutkan Danu. Danu berjingkat mendengar suara itu. "Eh, Ibu. Iya, saya sudah bangun. Mau solat subuh," ucap Danu kepada wanita itu. Ia membawa sebuah periuk berisi beras. Ia menunggu Danu selesai menimba air, lantas iapun menimba air hendak mencuci beras. Danu mengamati kegiatan bundenya Pak Kasno itu sambil berwudhu. Pak Husen datang dari ar

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood ย ย ย Jungkir balik dunia Danu

    Adzan Maghrib berkumandang. Lagi, Danu meminta menepi lagi di sebuah masjid dan menunaikan shalat berjamaah. Usai shalat Danu berdo'a. "Ya Allah, kumohon, berilah aku kemudahan untuk menjalani semua ini, bimbinglah aku menuju apa yang ingin ku capai, tuntun aku dalam menjalani semua ini, hanya kepadaMu aku memohon pertolongan." Danu khusyu sekali berdo'a. Pak Kasno dan Papanya menunggu Danu selesai berdo'a, lalu mereka melanjutkan lagi perjalanan mereka. Perut keroncongan membuat mereka menepi kembali mencari tempat istirahat dan makan malam di sebuah warung kaki lima. Pak Herlambang tak kikuk saat diajak makan di kaki lima, benar-benar sosok yang patut di contoh. Penampilan Pak Herlambang yang sederhana, meskipun ia bisa dibilang sultan, namun ia tak malu ataupun gengsi makan di kaki lima. "Masih jauh enggak, Pak?" Danu bertanya perihal jarak yang hendak ditempuh sesaat usai menikmati santap malam."Mungkin sekitar jam sembilan malam, kita baru sampai, Den." Pak Kasno menjawab sam

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood ย ย ย Misi Cinta B

    Sementara itu, Pak Herlambang dan Danu masing-masing menyiapkan diri. Danu bersiap dengan apa-apa yang ia perlukan. Sementara itu, papanya menyiapkan sejumlah uang yang akan diserahkan kepada pakdenya Pak Kasno. Danu menghampiri Bi Surti yang sedang menyiapkan baju-baju nya dikamar."Bi, banyakin celana pendek, sama kaos, ya," pinta Danu. "Iya, Den. Tapi kenapa harus bawa baju jelek si, Den? Emang mau nggarap proyek apa selama 3 bulan?" Bi Surti yang penasaran akhirnya bertanya. "Nggarap proyek cinta, Bi." Danu terkekeh sendiri. "Proyek Cinta? Apa ada?" Bi Surti bermain dengan pikirannya sendiri. Danu membawa serta gitar kesayangannya, tak lupa ia membawa perlengkapan yang ia butuhkan. Setelah semua baju dan perlengkapan terkemas rapi, Danu segera menggiring kopernya turun kelantai bawah, Bi Surti mengekor dibelakang Danu. "Bi, jangan bilang-bilang sama mama, ya ... kalo saya pergi selama tiga bulan," ucap Danu berpesan kepada ART-nya. "Beres, Den. Aman pokonya. Yang penting Ad

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood ย ย ย Misi Cinta A

    Danu menghentikan suapan makan siangnya lalu meraih gelas berisi air mineral. "Masa harus ganti hape segala, Pak?" Danu setengah protes. Pak Kasno menghela nafas lalu menjelaskan alasannya. "Begini, Den, di desa tempat tinggal pakde saya itu, rata-rata pemuda-pemudi nya dari kalangan menengah kebawah. Nah, kalo mereka lihat pemuda seperti Aden, wah bisa jadi Aden nggak bakalan jadi nanem padi, Aden jadi selebriti dadakan di kampung." Pak Kasno memberi penjelasan. "Kenapa bisa begitu, Pak?" Danu penasaran tentang keterangan Pak Kasno. "Mungkin yang pak Kasno maksud itu sebaiknya kamu menyamar menjadi umumnya seperti muda-mudi di kampung itu," Pak Herlambang ikut menjelaskan sambil mengupas jeruk untuk cuci mulut. Danu hening, berpikir sejenak. "Hem, jungkir balik beneran ini mah. Tapi mau gimana lagi, demi Zahra," batin Danu. "Okelah kalo begitu. Nanti kita sambil berangkat ke desa pakdenya Pak Kasno sambil beli ponsel baru saja, sekalian ganti nomor juga, biar aku tenang. Soal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status