Share

Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood
Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood
Author: humaidah4455

Mahar Ala Zahra

Author: humaidah4455
last update Huling Na-update: 2022-10-31 07:40:41

Mutiara Azahra itulah namanya. Gadis muslimah berparas ayu, santun, dan ramah. Ia putri tunggal pasangan Rojali dan Maemunah.

Keluarga Tiara nama panggilan gadis itu, hidup dalam kemiskinan. Tiara tak bersekolah, ia dititipkan oleh ke dua orang tuanya di salah satu pondok pesantren ikut ndalem bersama keluarga Kiyai, nama panggilannya pun diganti Zahra. Zahra belajar Al-Qur'an sejak kecil hingga membuatnya kini menjadi hafiz Qur'an.

Zahra tidak bersekolah formal. Sebenarnya Sang Kiyai sudah membujuk Zahra untuk bersekolah formal. Namun, Zahra enggan. Alasannya ia ingin fokus belajar Al-Qur'an.

"Zahra ingin jadi Hafiz Qur'an, Abah, Zahra nggak mau sekolah" ucap Zahra kepada Kiyai 10 tahun yang lalu.

Zahra ikut Keluarga kiyai kurang lebih 10 tahun. Sang kiyai membesarkan Zahra seperti anak kandung sendiri.

Zahra tumbuh di lingkungan yang mendukung perilakunya berkelakuan baik. Didikan sang Kiyai dan Bu Nyai membekas bagai pahatan di batu.

Menjadikan Zahra sosok yang mandiri, kuat, taat beribadah, dan patuh kepada orang tua.

Di usianya yang menginjak 20 tahun, gadis itu kembali kepada kedua orangtuanya. Rumah semi permanen menjadi tempat tinggalnya kini bersama kedua orang tuanya.

Ternyata Ayah Zahra mempunyai hutang kepada sahabatnya sebesar 50 juta. Ayahnya tak sanggup membayar, hingga akhirnya Zahra yang menanggung semua itu. Sahabat ayahnya meminta Zahra untuk menikah dengan putra bungsunya, dengan beralasan untuk melunasi hutang sang ayah.

Zahra tak bisa menolak. Ia takut menjadi anak durhaka. Sedang anak sahabat ayahnya itu anak mami hoby dugem, bersenang-senang dan menghamburkan uang orangtuanya, sangat jauh dari kriteria Zahra.

Singkat cerita lamaran pun terlaksana. Rombongan calon besan datang dengan mobil mewah, dan membawa barang-barang yang mewah, bahkan cincin pertunangan harganya ratusan juta. Maklum orang tajir.

Di rumah Zahra yang sangat sederhana. Zahra berbalut gamis berwarna merah muda, dengan hijab senada, terlihat anggun dan cantik. Ia keluar bersama ibunya.

"Wah Mbak Zahra sudah hadir. Baiklah, kita mulai acara pertunangan ini," ucap Pak RT.

Acara pun mulai. Ternyata Danu Herlambang jatuh cinta pada Zahra sejak pertemuan pertama dan ingin segera menikah.

"Zahra, apa mahar pernikahan yang kau minta?" tanya Danu di hadapan semua orang.

"Sebutkan saja, Zahra. Tak usah kawatir berapapun yang kau minta kami pasti sanggup." Kata Mama Danu.

Zahra yang menunduk mulai mensejajarkan wajahnya.

"Ada dua pilihan mahar dariku, tinggal Mas Danu mau pilih yang mana," ucap Zahra.

"Katakan, Zahra sebut saja, dua-duanya pun boleh," sahut Danu antusias.

"Baik, Mas. Pilihan pertama, ku minta mahar bacaan satu surat Ar Rahman dengan fasih. Alasannya aku ingin Mas Danu menjadi imam shalat ku."

"Yang ke dua?" Danu tak sabar.

"Pilihan ke dua, aku ingin mahar sepiring nasi goreng seeafood spesial yang di buat oleh Mas Danu tanpa bantuan orang lain. Aku ingin Mas Danu bisa memberikan aku rizki yg halal dari hasilnya sendiri," ucap Zahra mantap.

"Silahkan Mas pilih yang mana," kata Zahra.

Semua orang tertawa kecil kala mendengar pilihan kedua, begitu juga Danu dan Mamanya.

"Kenapa se simpel itu, kenapa tak apartemen, mobil, emas, berlian atau apalah," ucap ibu Herlambang sombong.

"Oke, baiklah. Aku milih yang kedua saja. Kalo ngaji aku belum bisa," ungkap Danu terkekeh.

"Yakin dengan pilihan ke dua? Ini harus hasil dari Mas Danu sendiri, nggak keberatan?" tanya Zahra memastikan.

"Kalo cuma nasi goreng aku sanggup, kalo ngaji aku angkat tangan deh," ucap Danu enteng.

"Baiklah jika Mas Danu memilih pilihan ke dua. Dengarkan baik-baik."

"Aku ingin Mas Danu membuat nasi goreng seeafood untukku, dengan nasi yang berasal dari benih padi yang ditanam olehnya sendiri, di panen sendiri, hingga berwujud beras dan dimasak olehnya sendiri. Kemudian seafood aku memilih toping daging udang lobster dan cumi-cumi hasil pancingan Mas Danu sendiri. Ingat semua bahan nasi goreng untuk maharku nanti harus berasal dari hasil kerja secara halal, dan keringat Mas Danu tanpa bantuan orang lain. Ku beri waktu kepada Mas Danu 99 hari sesuai jumlah Asma Allah dalam Al-Qur'an, dihitung mulai hari ini untuk membuat nasi goreng seeafood itu. Jika Mas Danu tak bisa memenuhi maharku, Maka Mas Danu ku anggap membatalkan pernikahan ini, dan sesuai tradisi seluruh barang lamaran ini untukku." Jelas Zahra panjang lebar.

Danu, dan semua orang yang hadir takjub mendengar penjelasan Zahra.

"Kalian semua yang hadir disini ku minta menjadi saksi atas perjanjian ini. 99 hari jika Mas Danu tak berhasil menyiapkan maharku, berarti mas Danu membatalkan sepihak rencana pernikahan ini, dan seluruh barang ini menjadi hak ku sesuai tradisi di sini." Ucap Zahra mantap.

Keringat dingin mulai membasahi tubuh Danu.

"Jika kamu jodohku, Allah pasti mempermudah jalanmu untuk menghalalkan ku," ucap Zahra pada Danu.

Semua orang terdiam. Bu Herlambang yang tadinya sombong mulai ciut nyalinya. Danu diam tanpa kata.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Pelajaran berharga

    Mau tak mau Danu harus menimba air sumur untuk mengisi bak mandinya. Beberapa kali ia menimba air membuatnya berkeringat, maklum saja dia tak pernah susah selama ini. Usai mengisi bak air, Danu beristirahat sejenak sambil mengusap peluh yang mengucur di dahinya. "Capek nya ngisi bak air mandi. Coba aja di kamar mandi kamarku, tinggal puter langsung mancur," keluhnya lirih. Ia duduk sejenak di teras dapur sambil melepas kaosnya. Danu berpikir sejenak. "Baju ini kalo kotor mau nggak mau, aku yang nyuci juga," pikirnya. Danu menepuk jidatnya. "Sib, nasib! Gini amat sih, mana semuanya masih manual," gerutunya dalam hati. Tiba-tiba ada yang menepuk punggungnya dari belakang. "Katanya mau mandi, kok masih duduk disini?" Suara Pak Husen mengejutkan Danu. Ia spontan menoleh. "Eh, Bapak. Kaget saya." Danu mengusap dadanya yang putih mulus. "Kenapa belum mandi juga?" "Anu, Pak ... saya istirahat dulu, capek nimba air," ungkap Danu nyengir kuda. Pak Husen tertawa mendengar ungkapan Danu.

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Demi kamu, Zahra

    "Ayo masuk, Mas Danu," ajak Pak Husen. "Baik, Pakde, Simbah," Danu bingung hendak memangil dengan sebutan apa. Pak Husen menyunggingkan senyuman lalu menepuk pundak Danu. "Le, nggak usah takut, gugup, ataupun bingung. Panggil saya Bapak, atau Pak'e dan istri saya panggil saja Simbok atau Mbok'e, karena mulai hari ini, kamu sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami disini." Laki-laki setengah abad itu berbicara dengan santai dan mantap, penuh karismatik. "Le, ayo barang-barangnya dibawa masuk ke kamarmu, sudah Simbok siapkan," Ibu Aminah keluar memanggil Danu. Danu menoleh kepada ibu Aminah, wanita berbusana khas Jawa itu berusaha menarik koper Danu, namun Danu langsung refleks membantunya. "Biar saya aja, Mbok ... ini berat," ucap Danu meraih kopernya. Pak Husen menatap istrinya dan pemuda kota itu sambil mesem ngguyu. Danu dan Ibu Aminah berjalan menuju sebuah kamar yang sudah dipersiapkan oleh ibu Aminah. "Ini kamarmu, Le. Bajunya bisa dimasukkan ke lemari sini," ucap wanita it

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Jadi anak desa

    Danu masih bertanya-tanya mengapa Pak tua, dihadapannya ini seperti bisa melihat masadepan. Sepertinya beliau bukan orang sembarangan. "Tidak usah bingung. Ayo istirahat lagi." Pak Husen bangkit dari duduknya lantas berlalu meninggalkan Danu. Danu termenung menelaah setiap ucapan laki-laki setengah abad itu. "Ah, sudahlah. Mungkin memang beliau punya kelebihan. Lebih baik aku tidur saja." Danu memutuskan untuk tidur lagi. ***Adzan Subuh berkumandang, Danu terbangun dari istirahat malamnya, ia segera menuju kamar mandi yang terletak diluar rumah. Suasana masih gelap, lagi-lagi Danu harus menimba air. "Sudah bangun, Mas," Suara wanita mengejutkan Danu. Danu berjingkat mendengar suara itu. "Eh, Ibu. Iya, saya sudah bangun. Mau solat subuh," ucap Danu kepada wanita itu. Ia membawa sebuah periuk berisi beras. Ia menunggu Danu selesai menimba air, lantas iapun menimba air hendak mencuci beras. Danu mengamati kegiatan bundenya Pak Kasno itu sambil berwudhu. Pak Husen datang dari ar

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Jungkir balik dunia Danu

    Adzan Maghrib berkumandang. Lagi, Danu meminta menepi lagi di sebuah masjid dan menunaikan shalat berjamaah. Usai shalat Danu berdo'a. "Ya Allah, kumohon, berilah aku kemudahan untuk menjalani semua ini, bimbinglah aku menuju apa yang ingin ku capai, tuntun aku dalam menjalani semua ini, hanya kepadaMu aku memohon pertolongan." Danu khusyu sekali berdo'a. Pak Kasno dan Papanya menunggu Danu selesai berdo'a, lalu mereka melanjutkan lagi perjalanan mereka. Perut keroncongan membuat mereka menepi kembali mencari tempat istirahat dan makan malam di sebuah warung kaki lima. Pak Herlambang tak kikuk saat diajak makan di kaki lima, benar-benar sosok yang patut di contoh. Penampilan Pak Herlambang yang sederhana, meskipun ia bisa dibilang sultan, namun ia tak malu ataupun gengsi makan di kaki lima. "Masih jauh enggak, Pak?" Danu bertanya perihal jarak yang hendak ditempuh sesaat usai menikmati santap malam."Mungkin sekitar jam sembilan malam, kita baru sampai, Den." Pak Kasno menjawab sam

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Misi Cinta B

    Sementara itu, Pak Herlambang dan Danu masing-masing menyiapkan diri. Danu bersiap dengan apa-apa yang ia perlukan. Sementara itu, papanya menyiapkan sejumlah uang yang akan diserahkan kepada pakdenya Pak Kasno. Danu menghampiri Bi Surti yang sedang menyiapkan baju-baju nya dikamar."Bi, banyakin celana pendek, sama kaos, ya," pinta Danu. "Iya, Den. Tapi kenapa harus bawa baju jelek si, Den? Emang mau nggarap proyek apa selama 3 bulan?" Bi Surti yang penasaran akhirnya bertanya. "Nggarap proyek cinta, Bi." Danu terkekeh sendiri. "Proyek Cinta? Apa ada?" Bi Surti bermain dengan pikirannya sendiri. Danu membawa serta gitar kesayangannya, tak lupa ia membawa perlengkapan yang ia butuhkan. Setelah semua baju dan perlengkapan terkemas rapi, Danu segera menggiring kopernya turun kelantai bawah, Bi Surti mengekor dibelakang Danu. "Bi, jangan bilang-bilang sama mama, ya ... kalo saya pergi selama tiga bulan," ucap Danu berpesan kepada ART-nya. "Beres, Den. Aman pokonya. Yang penting Ad

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Misi Cinta A

    Danu menghentikan suapan makan siangnya lalu meraih gelas berisi air mineral. "Masa harus ganti hape segala, Pak?" Danu setengah protes. Pak Kasno menghela nafas lalu menjelaskan alasannya. "Begini, Den, di desa tempat tinggal pakde saya itu, rata-rata pemuda-pemudi nya dari kalangan menengah kebawah. Nah, kalo mereka lihat pemuda seperti Aden, wah bisa jadi Aden nggak bakalan jadi nanem padi, Aden jadi selebriti dadakan di kampung." Pak Kasno memberi penjelasan. "Kenapa bisa begitu, Pak?" Danu penasaran tentang keterangan Pak Kasno. "Mungkin yang pak Kasno maksud itu sebaiknya kamu menyamar menjadi umumnya seperti muda-mudi di kampung itu," Pak Herlambang ikut menjelaskan sambil mengupas jeruk untuk cuci mulut. Danu hening, berpikir sejenak. "Hem, jungkir balik beneran ini mah. Tapi mau gimana lagi, demi Zahra," batin Danu. "Okelah kalo begitu. Nanti kita sambil berangkat ke desa pakdenya Pak Kasno sambil beli ponsel baru saja, sekalian ganti nomor juga, biar aku tenang. Soal

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status