MENYUSUI TUYUL

MENYUSUI TUYUL

Oleh:  La Bianconera   Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
75Bab
30.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Isu pesugihan masih merupakan hal yang sering didengar dalam lingkungan pedesaan. Apalagi, jika orang itu memiliki apa yang tak bisa dimiliki oleh orang lain. Hal inilah yang dialami oleh pasangan suami-istri, Bintang dan Alisha. Keduanya baru saja pindah ke salah satu kota di Provinsi Jawa Timur karena surat tugas Bintang sebagai perwira pertama polisi. Sayangnya, tetangga mereka justru menuduh pasangan ini memelihara, bahkan menyusui tuyul. Hal ini dikarenakan beberapa kejadian aneh yang menimpa penduduk setempat sejak kehadiran Bintang dan Alisha. Terlebih, saat menemukan Bintang-Alisha membeli sebuah rumah baru di luar desa mereka. Sebenarnya apa yang terjadi? Mampukah keduanya lepas dari tuduhan ini?

Lihat lebih banyak
MENYUSUI TUYUL Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lia M Sampurno
Good. Lanjutkan author
2023-01-23 13:35:34
3
user avatar
La Bianconera
Terima kasih sudah membaca kehaluanku ini. Maaf, jika masih ada beberapa kesalahan dalam penulisan. Nanti setelah tamat aku bikin sequelnya, tapi genrenya beda dan dengan konflik yang berbeda pula. Silakan tuliskan kritik dan komentar yang positif ......
2022-12-29 13:40:40
3
75 Bab
Part 1
"Iya, Kang, aku juga heran, kampung kita yang dulu adem ayem, kok sekarang sering ada yang ngeluh kehilangan uang.""Apa mungkin, dugaan beberapa orang itu benar kalau Pak Bintang ngingu, (melihara) ya? Rasanya kok aneh. Padahal, setiap Jum'at dia rajin ke masjid kalau pas nggak dinas.""Lha, Kang, ora kabeh ( tidak semua) orang yang melihara begituan nggak shalat, lah." Kedua laki-laki yang tengah menyeruput kopi hitam dari cangkir keramik kecil itu mengangguk menanggapi pendapat temannya.Begitulah, warung kopi di pojok gang Desa Karanglor itu selalu ramai pengunjung setiap malamnya. Beberapa laki-laki, seperti sudah menjadikan tradisi, selalu berkumpul di situ. Hanya sekadar minum secangkir kopi, menikmati sebatang rokok, dan sepiring gorengan sudah menjadi modal untuk membicarakan banyak hal hingga berjam-jam."Iya, kemarin Mbok Wedok (istriku) yo sambat (mengeluh) duitnya hilang lima puluh ribu. Katanya, mau buat arisan, malah amblas uangnya," celetuk seorang laki-laki bertubuh a
Baca selengkapnya
Part 2
Setelah berdiskusi dengan suaminya, Alisha menjadi lebih tenang. Seperti biasa, wanita muda berparas ayu itu, juga tersenyum ramah pada para ibu-ibu yang mengerubuti tukang sayur keliling. Seketika, mereka menghentikan bisik-bisik itu ketika dari kejauhan melihat Alisha berjalan mendekat. "Selamat pagi, Ibu-Ibu," sapanya sopan.Dari beberapa ibu-ibu yang berada di situ, hanya satu orang ibu yang sejak tadi hanya memilih menjadi pendengar. Dia berkali-kali menggelengkan kepala mendengar pembicaraan mengenai uang Bu Siti, pemilik warung yang hilang tadi malam. Wanita paruh baya dengan hijab lebar itu lebih fokus pada apa yang akan dibelinya daripada menyahuti ucapan para tukang ghibah kampung."Mbak Alisha mau masak apa, Mbak?" tanyanya pada Alisha yang masih mengedarkan pandangan pada isi gerobak sayur."Belum tahu Bu, masih bingung.""Mas Bintang dinas to Mbak?" tanyanya lagi dengan ramah. Sedangkan tiga orang ibu-ibu yang tadi membicarakan pesugihan dan uang hilang hanya melirik-lir
Baca selengkapnya
Part 3
"Dulu, desa ini aman Yuu, aman. Nggak ada kejadian aneh-aneh seperti ini. Tapi, kenapa sejak kedatangan kedua orang itu jadi banyak kejadian aneh ... ? Hu... huuu, benar-benar bawa sial. Bukan hanya sering ada duit yang hilang, tapi nyawa suamiku juga ikut hilang. Tadi pagi masih segar bugar, Buu ..." Racau seorang perempuan berusia 30 tahunan meratapi kepergian sang suami yang tiba-tiba. Kedua matanya bengkak memerah. Di sebelahnya, seorang anak perempuan remaja juga menangis sesenggukan."Sepertinya benar mereka punya pesugihan. Kemarin malam, warung Yu Siti habis didatangi orang itu, paginya kehilangan uang. Terus tadi pagi bertemu orang itu juga, eeh ... Kang Duki jatuh dari pohon cengkeh. Katanya, waktu mereka bertemu, orang itu sempat bilang suruh hati-hati karena pohon licin. Seolah sudah tahu bakalan terjadi," timpal ibu lain sambil melirik-lirik ke arah Alisha yang datang bersama Bu Halimah.Ucapan mereka yang tidak menyebut nama dan menggantinya dengan kata 'orang itu', teta
Baca selengkapnya
Part 4
Ucapan frontal dari Farrel membuat kedua orang di depannya tampak terkejut. Farrel kembali tersenyum miring sekilas, pemuda bertubuh jangkung itu kembali bersuara dengan nada penuh penekanan. "Jangan asal fitnah, kalau kalian sendiri nggak ingin difitnah. Pak Bintang datang ke desa ini bukan atas kemauan sendiri. Dan Bapak, walaupun kalian nggak bekerja dengannya lagi, masih banyak yang bekerja untuk Bapak."Keduanya masih terdiam dengan salah tingkah lalu meninggalkan Farrel. Farrel hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menghadapi otak dangkal orang-orang tersebut.*Sejak kejadian pemakaman Pak Duki, yang diwarnai desas-desus jika kematian Pak Duki akibat menjadi tumbal pesugihan, maka Desa Karanglor seolah menjadi desa mati. Setiap ba'da isya para penduduk desa yang biasanya lebih banyak menghabiskan waktu di warung kopi, kini mereka memilih di dalam rumah masing-masing. Warung Bu Siti tak seramai dulu, kini hanya anak-anak muda yang masih setia nongkrong di sana. Seperti biasa, t
Baca selengkapnya
Part 5
Farrel terus mengguncang tubuh Danang, tetapi pemuda sebayanya itu tidak juga membuka mata. Bu Halimah dan Pak Haji Imran yang terbangun hendak shalat tahajud saling pandang, saat mendengar suara anaknya dari arah depan."Nyet, bangun Nyet. Kamu kenapa kok pingsan begini Nyet, siapa yang sudah nyakitin kamu?" tanya Farrel panik."Rel, kamu kenapa to, Le, malam-malam bukannya tidur malah rame sendiri. Mana ada monyet?" tanya Bu Halimah sambil mengusap-usap matanya."Pak, Buk. Tolong, ini Danang tiba-tiba ambruk," jawabnya tanpa menoleh dan masih menepuk-nepuk pipi Danang. Pak Haji Imran dan Bu Halimah bergegas mendekat. Mereka mengamati tubuh pemuda yang terlihat memprihatinkan di depannya. Lalu, Pak Haji Imran dan Farrel segera menggotong tubuh Danang dan menidurkannya di sofa."Ambilkan air, Bu," titah Pak Haji Imran pada sang istri.Farrel segera mengganti baju Danang yang basah dengan baju miliknya. Setelah itu, Pak Imran meminta Farrel menunggu Danang, sementara dirinya shalat tah
Baca selengkapnya
Part 6
"Farrel lagi, Farrel lagi! Bagaimana caranya menyingkirkan bocah ingusan itu? Apa Bintang tahu kalau kamu yang melakukan ini?" tanya laki-laki paruh baya itu dengan nada geram mendengar kegagalan yang dilakukan anak buahnya untuk memfitnah Bintang."Tidak Pak, mereka tidak tahu. Tapi, Farrel bisa saja buka mulut dan tahu siapa saya.""Goblok kamu, kenapa kamu mesti meladeni bocah itu? Dia itu jago beladiri!" bentaknya dengan suara menggelegar. Laki-laki di depannya sempat berjingkat kaget. Dia tak berani menatap wajah pria yang punya kuasa seperti itu. Yang bisa dia lakukan hanyalah menunduk. "Baiklah, kamu boleh pulang. Untuk sementara jangan muncul di desa ini dulu," ujarnya dengan intonasi suara lebih rendah.Laki-laki bayaran tadi mengangguk sekali lagi dan mengambil amplop coklat yang diberikan pria di depannya. Setelah itu dia undur diri."Farrel dan Bintang adalah batu yang harus disingkirkan. Tetapi, menyingkirkan Bintang sama saja aku cari mati. Farrel, iya ..., bagaimana ka
Baca selengkapnya
Part 7
Farrel mengusap rambutnya kasar dengan perasaan tidak karuan. Dia menarik napas panjang dan menghembuskan pelan sebelum memutuskan menerima panggilan telepon dari tetangga baru yang mengontrak rumah orang tuanya itu."Assalamu'alaikum," sapanya sopan. Walaupun slengekan, pemuda itu tidak melupakan tata krama. Pemuda yang menjadi alumni dari sebuah universitas tinggi di kota Malang itu memang masih tersesat, jauh dari agama, tetapi tidak pernah melupakan sopan santun.Kedua orang tua Farrel yang notabene orang dengan latar belakang agama yang kuat tidak bisa memaksa sang anak untuk mengikuti jejak mereka. Walaupun sebenarnya mereka tidak pernah lelah dan bosan menasihati putera semata wayangnya untuk kembali pada jalan Allah.Akan tetapi, jika hati sang anak masih tertutup maka tidak ada seorang pun yang bisa memaksanya sebelum hidayah itu benar-benar menyentuhnya. Suara baritone milik Bintang menyentak Farrel dari lamunannya. "Waalaikumsalam Mas Farrel, ini Bintang. Mas Farrel di man
Baca selengkapnya
Part 8
Mendengar jawaban Bintang, sontak Alisha membekap mulutnya dengan mata membulat. "Hah, miring gimana Mas?" tanyanya dengan berbisik.Bintang memejamkan mata sejenak, kemudian kembali menjawab tanpa mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk aneh di luar sana."Mulutnya memanjang ke atas. Nggak kayak kita," bisiknya.Alisha mengusap lengannya yang meremang. Wanita cantik itu juga beringsut, merapatkan tubuhnya pada tubuh sang suami. Sedangkan Bintang masih di posisi yang sama. Yakni, mengawasi gerak-gerik bocah kecil di pekarangan belakang rumah tetangganya.Bibir laki-laki itu tampak bergerak-gerak, dia sedang menggumamkan do'a. Ayam-ayam dan binatang peliharaan tetangga mereka tampak gaduh, bahkan beberapa ayam mengeluarkan suara-suara seperti rintihan. Bintang terus membaca do'a kemudian diikuti oleh sang istri. "Sudah pergi, Dik. Ayo kita shalat tahajud dulu sekalian nunggu shalat subuh," ajaknya."Aku takut Mas." Mendengar ucapan istrinya, Bintang tertawa lirih sambil mengusap p
Baca selengkapnya
Part 9
"Sudah ya, Ibu-Ibu, saya duluan. Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam, terima kasih Pak Bin, Mbak Alisha sudah belanja," ucap Pak Tukang Sayur dengan senang karena Alisha membeli banyak dagangannya.Bu Sayuti melirik ke arah Alisha dengan tatapan sinis. Jangankan membalas salam Alisha, melihat saja seolah enggan. Entah mengapa, dirinya tidak menyukai Alisha yang menurutnya orang yang sangat menyebalkan.Padahal, selama tinggal di Desa Karanglor, baik Bintang maupun Alisha tidak pernah mengusik kehidupan mereka. Tetapi, apa pun alasannya jika di dalam dasar hati sudah tertanam rasa iri dengki maka apa pun yang dilakukan orang lain akan selalu salah di matanya.Tanpa sadar Bu Sayuti menarik napas kasar. Semenjak desas-desus Bintang dan Alisha akan membeli rumah baru, Bu Sayuti seperti terlihat ''kepanasan'' maka dia bertekad tidak mau kalah dari Alisha. Lagi, dia tersenyum satu sudut, namun hanya dalam satu detik. "Sudah diludahi belum Kang, itu duit dari Alisha? Jangan sampai lho uangmu
Baca selengkapnya
Part 10
Selama 29 tahun hidupnya, Bintang kembali harus menghadapi kenyataan yang menurutnya konyol. Ide dari sang istri yang memintanya mencari kepiting atau yuyu adalah tantangan tersendiri baginya. Dia tadinya berpikir, jika ide dari wanita yang menjadi istrinya sejak setahun lalu itu, adalah dengan cara menggunakan alat digital. Namun, nyatanya jauh di luar dugaan Bintang.Laki-laki bertubuh tegap itu kembali menggaruk rambutnya. "Kamu yakin ini berhasil, Dik?" tanyanya memastikan.Alisha mengangguk pelan," InshaAllah Mas," jawabnya lirih. Alisha pernah mendengar cerita dari orang-orang kampung dulu, juga dari neneknya. Maka dia ingin mencoba menerapkan sendiri. Tidak ada salahnya mencoba, bukan? Jika berhasil maka seperti keinginan Bintang, dia juga ingin tahu siapa pemilik makhluk tak kasat mata tersebut."Terus bagaimana caranya?" tanya Bintang lagi untuk menuntaskan rasa penasarannya."Ya, kata Eyang dan orang-orang sih, tuh baskom dikasih air terus kepiting atau yuyu taruh saja di si
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status