Agni terlihat kaget dengan ucapan yang dilontarkan oleh Reynar pada saat itu. Dia tampak bingung hendak menjawab apa. Dia tidak mungkin mengakui jika ada seseorang yang tengah bersembunyi di rumahnya.
"Siapa yang menggagahi bajumu itu, Agni?" ucap Reynar dengan nada sedikit meninggi.Degg! Jantung Agni seperti berhenti sesaat mendengar suara Reynar yang cukup lantang dan tegas. Meskipun Agni sendiri merasakan kesal pada perlakuan Reynar yang seperti ingin memegang kendali atas jalan hidup Agni."Apa pentingnya bagimu? Kenapa kau harus tahu segala urusan yang ada di dalam hidupku?""Kau bertanya padaku, apa pentingnya? Pertanyaan bodoh apa itu, Agni? Bahkan aku tidak akan membiarkan seorang pun menyentuh tubuhmu. Aku akan melindungimu sama seperti aku mempertahankan nyawaku!" tegas Reynar. Agni mulai mengerutkan dahinya. "Aku yang begitu menjaga harga dirimu, tidak akan kubiarkan pria manapun melecehkanmu atau menyentuhmu! Jadi tolong jaga harga diReynar tersenyum angker saat mengetahui hal yang sebenarnya. Puas rasanya bisa memecahkan satu bukti yang bisa menguak dua buah kasus."Aku pastikan kau adalah pelakunya!"Namun, masih ada satu permasalahan. Reynar masih menggali dan mencari tahu motif yang sebenarnya. Kini sudah jelas siapa pelaku yang sebenarnya. Tiba-tiba pintu ruangan Reynar berbunyi beberapa kali."Masuk!" teriak Reynar tanpa menatap pintu itu.Cakra masuk dan langsung duduk di depan Reynar. Tentu saja hal itu membuat Reynar terkejut."Astaga!" Reynar memegang dadanya sendiri saat melihat Cakra sudah ada di depan mejanya."Kenapa? Aku mengagetkanmu?" tanya Cakra nyengir."Ah, tidak. Aku baru saja hendak menghubungimu," elak Reynar."Menghubungiku? Memang ada apa? Hmm ... aku juga ingin menunjukkan sesuatu padamu." Cakra menunjukkan sesuatu itu pada Reynar.Ternyata isi pikiran Cakra dan Reynar sama persis. Saat Cakra menunjukkan itu dan Reynar pun menunjukkan hal yang sama.Kedua netra itu saling pandang."Jadi
"Jika dia bekerja untuk Bhanu, lalu kenapa dia menjadi tangan kanan Yosua?" gumam Cakra. Reynar terlihat diam sambil melipat tangannya di dada. Dia masih membayangkan saat Cakra memperlihatkan sebuah foto pada Audrey dan gadis itu langsung menganggukkan kepalanya."Apa motif dibalik kasus ini? Aku benar-benar bingung," ucap Reynar lirih.Cakra menoleh menatap Reynar. "Bukankah Yosua dan Bhanu saling kenal? Kenapa aku jadi pusing dengan kasus ini?" Pria tampan itu mengurut pelipisnya.Mereka terdiam sesaat sambil memikirkan sesuatu. "Yang aku tahu sebenarnya mereka berdua bersahabat sudah lama. Ada satu lagi, tapi aku tidak tahu siapa dia. Mereka bertiga sama-sama berkecimpung di dunia permafiaan," jelas Reynar."Tugas kita adalah mulai mengumpulkan informasi dari Yosua dan antek-anteknya," sambung Cakra."Kita?" Reynar menunjuk mukanya sendiri sambil menoleh menatap Cakra."Apa aku salah bicara? Bukankah itu adalah tugas kita untuk memecahkan semua kasus?" Reynar mengembuskan napas
"Kau yakin jika ini tempatnya?" tanya Reynar. Cakra tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya.Cakra mematikan mesin mobilnya, lalu turun dari mobil diikuti Reynar. Kedua pria itu berdiri di depan sebuah rumah yang tidak begitu bagus dan tidak begitu jelek.Reynar melangkah mendekati Cakra dan menyikut lengannya. "Rumah siapa?" tanyanya."Anya!""Hah? Rumah Anya?" Reynar menoleh menatap Cakra serasa tidak percaya dengan tindakan yang telah dilakukan oleh pria itu. "Kau benar-benar menggali semua infonya?" lanjutnya.Cakra melirik Reynar. "Lalu apa aku harus terus berdiam diri? Sedangkan semua kasus yang terjadi sekarang ini menjadi kacau. Jika aku tidak bertindak, tentu saja semua kasus tidak akan terpecahkan." Cakra meninggalkan Reynar melangkah serta memperhatikan rumah tersebut.Reynar menepuk jidatnya. "Selalu dan selalu bertindak sendirian," keluhnya. Reynar menyusul Cakra.Rumah kelihatan sangat sepi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kedua menoleh ke sana dan kema
Perdebatan sedikit terjadi hanya karena masalah hewan peliharaan. Mereka berdua terlihat seperti anak kecil yang sedang memperebutkan seekor anjing. Sedangkan Leo hanya duduk sambil sesekali menggonggong. Namun, tiba-tiba Leo berlari menaiki sofa, lalu naik ke meja kayu yang ada di samping sofa.KLONTANG!Sebuah baskom alumunium jatuh. Reynar dan Cakra diam menoleh pada Leo.Cakra berkacak pinggang. "Leo, kenapa kau jatuhkan baskom itu?""Kau ini kenapa? Sangat terlihat aneh. Jangan asal memarahinya," sungut Reynar."Sudahlah. Kau bawa saja dia dan ingat jangan sampai dia sakit. Jangan telat memberinya makan juga. Jangan dia baik-baik," rutuk Cakra.Reynar melirik. "Cocok! Persis seperti emaknya."Cakra memutarkan bola matanya. Bahkan dia tidak marah saat Reynar mengatainya itu. Jujur Cakra memang kewalahan dengan hewan peliharaan sang adik. Ya, Chitra mempunyai banyak kucing dan sekarang semua hewan itu ada di rumah Cakra. Pria itu berniat untuk menjual sebagian kucing milik sang ad
Razka menghentikan langkahnya tepat di samping jendela yang agak terbuka sedikit. Telinganya menangkap sebuah obrolan. Setelah itu dia mengetuk pintu beberapa kali hingga sang pemilik kamar tersebut membukakan pintu. Razka tidak ingin banyak omong, pria itu langsung ke pokok pembicaraan. Bukan mengusir, tapi hal itu sudah masuk dalam peraturan jika bekerja di mansion milik Razka. Jika pekerja melakukan kesalahan fatal, maka dia harus keluar dari mansion itu. Dan itulah yang sekarang sedang dialami oleh Irene. Mau tidak mau, Irene harus angkat kaki dari mansion Razka. Hal itu Razka lakukan daripada pria itu harus melihat Yosua menjadi Psikopat. Akan sangat sulit jika jiwa psycho Yosua kumat. Dia akan berubah mengerikan dan tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali orang-orang yang mempunyai pengaruh besar padanya. "Aku tahu dan aku akan meninggalkan tempat ini," ujar Irene. Angel menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Tuan Razka, apakah ini tidak terlalu jahat?
Tatapan yang penuh dengan arti, tapi tidak bisa diartikan oleh Razka. Tentunya Razka hanya bertanya-tanya pada dirinya sendiri dan hanya bisa menebaknya. "Yos, aku justru takut jika melihat reaksimu yang seperti itu," "Tenanglah, Raz. Aku tidak akan melakukan hal yang membahayakan keselamatanmu," balas Yosua sambil menepuk bahu Razka. Di waktu yang bersamaan sang dokter keluar dari ruang VIP. Dokter itu berjalan mendekati Yosua dan Razka yang berdiri berhadapan. Yosua dan Razka menghadapkan tubuh mereka secara bersamaan saat sang dokter menghentikan langkahnya. "Pasien sudah bisa dijenguk, tapi bantu dia agar tidak terlalu stres atau depresi saat mengetahui janin yang dikandungnya telah tiada," pesan sang dokter. Yosua dan Razka menganggukkan kepalanya. Kedua pria itu masuk ke dalam ruang VIP dan melihat Agni yang tengah diam dengan tatapan kosongnya. Perlahan kepala Agni bergerak saat kedua pria itu masuk. Wanita tunanetra itu seperti menangkap sesuatu. Kedua lubang hidu