Meski kehilangan penglihatan sejak 7 tahun yang lalu, Agni tidak pernah frustrasi menjalani hidupnya. Namun, pertemuan gadis cantik itu dengan Yosua Aksara mengubah segalanya. Pria yang dianggap penyelamatnya itu ternyata buronan polisi! Lantas, bagaimana nasib Agni? Haruskah ia melepaskan atau bertahan dengan Yosua kala cintanya mulai tumbuh pada pria itu?
View MoreWajah Agni terlihat panik dengan tatapan kosong, dia terus berusaha melangkahkan kedua kakinya walaupun memang terlihat sangat kesulitan. Beberapa kali Agni hampir terjatuh karena tersandung sesuatu yang tidak dia lihat dan tangan kanannya bergerak aktif meraba-raba.
Pun jauh di sana, suara itu sangat terdengar begitu menakutkan bagi Agni dan seakan membuat jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa saat. "Kenapa jalanmu begitu cepat, sayang?" Suara itu begitu nyaring terdengar dan menggema seakan berada di dalam ruang yang kosong. Mereka berdua memang sedang berada di sebuah area tempat yang sudah lama tidak dipakai. Entah bagaimana ceritanya Agni bisa sampai di sana dan bahkan sekarang sedang dalam keadaan tertekan dan ketakutan. "Ti-tidak! Pergi menjauh dariku!" Getaran suara yang keluar dari mulut Agni membuat si pria itu tertawa nyaring. Walaupun jarak itu belum terlalu dekat. "Hahaha ... dari suaramu itu kau terlihat cukup ketakutan, bukan begitu sayang?" Tentu saja pria tersebut sudah bisa menebaknya. Tap ... tap ... tap! "Sayang ... oh sayang. Kau bersembunyi dimana? Apakah kau sedang mengajakku untuk bermain petak umpet?" Pria itu berhenti sejenak, mengedarkan pandangannya, "Ayolah, kita berdua bisa memulai pesta bersama." Suara dan langkah itu membahana dan sangat mengusik kedua telinga Agni. Merapatkan tubuhnya pada tembok, meremas sesuatu yang sedang dia pegang di tangannya. Agni bergerak pelan dengan tubuh masih menempel pada tembok. Sepertinya dia sedang cosplay menjadi cicak. Debar jantung itu membuat Agni semakin gugup dan gelisah akan nasibnya yang gelap. Segelap apa yang dilihatnya. Beberapa detik setelah itu, kedua telinga Agni tidak mendengarkan apapun. Hening dan senyap. Ini sungguh aneh. "Ahaa ... rupanya kau di sini, cantik!" Pria dengan tubuh setengah tambun itu tiba-tiba muncul dari arah belakang Agni dan membuat Agni berjenggit kaget. Tanpa pikir panjang, pria itu menarik paksa wanita yang sudah mulai meronta dan berusaha membuat perlawanan. Namun berakhir sia-sia hingga tongkat itu terlepas dari genggaman tangan Agni. "Mari, kita berpesta, sayang. Kau pasti paham, apa yang harus kau lakukan?" Tangan Agni ditarik paksa menuju sebuah ruangan yang di sana terdapat sofa yang sudah usang, tapi masih layak untuk dipakai. Pria itu menghempaskan tubuh Agni ke atas sofa. Hampir saja pria itu menggagahinya sebelum akhirnya Agni menendang tanpa arah, akan tetapi tendangan itu tepat pada sasarannya. Pria itu jatuh mengerang sambil memegangi daerah vitalnya. "Wanita br*ngs*k! Berani sekali kau menendang kejantananku!" Tangannya menjambak rambut Agni dengan kasar dan sempat meludahi wajah Agni. Kembali dia mendorong tubuh itu ke sofa. Pria itu tersungkur ke lantai saat seseorang menendangnya. Dia tampak mengerang kesakitan dan mengumpat. Hal itu membuat Agni kaget dan dia berusaha menutup daerah dadanya yang sudah terekspos. "Apa aku merusak pestamu?" tanyanya melirik Agni, "Pria macam apa kau ini, hah! Yang hanya beraninya menggauli seorang wanita yang sudah tidak berdaya bahkan dia buta," cibirnya berdiri tepat di depan Agni yang tampak ketakutan dengan pandangan kosong. "Y-Yo-sua ...." Dia lebih terkejut saat mengetahui siapa orang yang telah menendangnya, "Ja-jangan mendekat!" lanjutnya. "Kau mengenaliku?" Yosua tetap melangkah maju mendekati pria tambun itu. Beberapa saat setelah itu terdengar teriakan yang menyayat hati dan membuat pilu ulung hati. Agni begitu cemas saat mendengar langkah kaki mendekatinya, "Si-siapa? Be-berhenti di situ," ucap Agni gugup dan takut. Tak ada respons suara dan tiba-tiba pria itu sudah berjongkok di depan Agni menutupi tubuhnya dengan jaket serta menggenggam kan tongkat milik Agni ke tangannya. "Sebentar lagi polisi akan datang ke sini. Kau tidak perlu khawatir dengan pria itu. Dia tidak akan berani berbuat macam-macam." *** Yosua berlari secepat kilat, berusaha sedang menghindari sesuatu yang tengah mengejarnya. Buliran peluh yang mengucur deras ditubuhnya tidak dia hiraukan. Sesekali dia menoleh ke belakang, mencari tahu apakah jarak yang dia buat sudah cukup jauh dari para pemangsa yang tengah mengejarnya. Tampak dia berhenti dan kepalanya menoleh kanan dan kiri. Batin Yosua begitu sangat kesal karena dia tidak menemukan tempat yang cocok untuk bersembunyi. "Sial!" pekik Yosua tak kala kedua telinganya mendengarkan teriakan suara. Pria itu begitu sangat jengkel, mereka belum juga tertinggal jauh. Semalaman dia sudah lelah berkelahi dan sekarang dia harus bermain kejar-kejaran. Dengan napas yang masih tersengal, Yosua kembali berlari secepat yang dia bisa, "Kenapa mereka suka sekali mengejarku? Kali ini aku harus mencari tempat bersembunyi untuk sementara. Iya, hanya untuk malam ini sampai pengawalku menemukanku." Jika tidak sedang dalam keadaan terluka, mungkin Yosua akan lincah dan bisa melarikan diri dengan cepat. Pria dengan perawakan tinggi 179 cm itu berhenti sejenak saat merasa dia sudah cukup jauh meninggalkan para polisi yang mengejarnya. Dia membungkuk dan memegangi lututnya, mencoba mengatur napasnya sambil menengok ke belakang. Ada sedikit kekhawatiran dan samar-samar telinganya masih bisa mendengar suara. "Kau cari sebelah sana! Cari dengan teliti, di setiap sudut tempat!" Suara itu terdengar cukup lantang. "Br*ngs*k!" umpatnya. Yosua berdiri dan berkacak pinggang sambil membuang napas. Saat itu kedua matanya menemukan sebuah obyek. Segeralah dia berlari ke sana dan duduk di balik semak. Beberapa saat bersembunyi dibalik semak, barulah Yosua sadar jika tempat itu pastinya tidak aman. Yosua memegang lengan kirinya yang terluka dan rasa perih itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Darah segar mengucur di sana melewati sela-sela jari jemari tangannya. Tak hanya luka pada lengannya, ternyata bagian paha kanannya juga sempat dicium oleh timah panas. Walaupun peluru itu hanya numpang lewat saja, tapi membuat celana milihnya robek dan pastinya meninggalkan luka di paha Yosua. "Jika mereka tidak datang, tentunya aku sudah menebas leher orang itu. Huh ... Benar-benar perusak pesta," Akan berbeda lagi ceritanya jika polisi tidak datang. Dia pastinya sudah memporak porandakan tempat tersebut dan membunuh semua yang ada di sana, tapi ada untungnya juga para polisi datang sehingga sebagai para gangster tertangkap. Gara-gara polisi juga, Yosua harus berpisah dengan para pengawalnya dan juga anak buahnya. Pria itu sempat bepikir jika ada yang menjebaknya, tapi untuk saat itu Yosua belum bisa berpikir dengan jernih. Kembali Yosua melihat keadaan sekeliling, dia harus tetap waspada. Pria tampan berhidung mancung itu memang gemar berurusan dengan polisi, tapi dia juga tidak ingin para polisi itu menemukannya. Yosua memutar otaknya untuk mencari jalan cara menyelamatkan diri dari kejaran para polisi. Yosua bergerak pelan dan berusaha untuk tidak menimbulkan goyangan pada semak. Berharap sekali pengawalnya segera menemukan keberadaannya dan dia tidak perlu bermain kejar-kejaran pada malam itu. Yosua memang sudah mengirimkan pesan pada para pengawalnya tentang keberadaannya. Di tengah keadaan yang genting, Yosua melihat sebuah rumah yang tidak jauh dari sana. Dia berpikir mungkin itu tempat aman untuk bersembunyi sementara sambil menunggu pengawalnya datang. Dia segera bergerak menuju rumah tersebut. Dari kejauhan Yosua bisa mendengarkan bahwa para polisi itu sudah hampir sampai, "Semoga ada cela untuk aku bisa masuk ke dalam rumah itu." Dan ternyata Dewi Fortuna sedang berpihak pada Yosua. Dia melihat pintu bagian belakang tidak dikunci dan peluang emas untuknya masuk lebih mudah. Sebelum masuk ke dalam rumah itu, Yosua memeriksa keadaan rumah dengan mengendap-endap dan mengintip. Singkat cerita Yosua sudah berada di dalam rumah yang memang cahayanya tidak terlalu terang. Dia bisa bernapas lega karena di dalam rumah itu hanya terdapat tumpukan kayu serta ada beberapa tumpukan karung. Setelah diperiksa oleh Yosua ternyata beras. "Aku yakin mungkin ini adalah gudang. Para polisi tidak mungkin akan memeriksa gudang ini." Namun, baru juga hilang rasa khawatir yang terus menerus menyerangnya. Kini Yosua dibuat ketar-ketir saat seorang pria yang tiba-tiba keluar dari sebuah ruangan dan pria itu mengenalnya. "Yo-Yosua Aksara!" Suara itu memang terdengar agak bergetar dan tidak terlalu keras, tetapi akan sangat berbahaya bagi Yosua. Yosua bergerak cepat, tidak ingin memberikan ruang pada pria itu untuk bernapas. KREEKK!! BRUK!!"Kau yakin jika ini tempatnya?" tanya Reynar. Cakra tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya.Cakra mematikan mesin mobilnya, lalu turun dari mobil diikuti Reynar. Kedua pria itu berdiri di depan sebuah rumah yang tidak begitu bagus dan tidak begitu jelek.Reynar melangkah mendekati Cakra dan menyikut lengannya. "Rumah siapa?" tanyanya."Anya!""Hah? Rumah Anya?" Reynar menoleh menatap Cakra serasa tidak percaya dengan tindakan yang telah dilakukan oleh pria itu. "Kau benar-benar menggali semua infonya?" lanjutnya.Cakra melirik Reynar. "Lalu apa aku harus terus berdiam diri? Sedangkan semua kasus yang terjadi sekarang ini menjadi kacau. Jika aku tidak bertindak, tentu saja semua kasus tidak akan terpecahkan." Cakra meninggalkan Reynar melangkah serta memperhatikan rumah tersebut.Reynar menepuk jidatnya. "Selalu dan selalu bertindak sendirian," keluhnya. Reynar menyusul Cakra.Rumah kelihatan sangat sepi seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kedua menoleh ke sana dan kema
Perdebatan sedikit terjadi hanya karena masalah hewan peliharaan. Mereka berdua terlihat seperti anak kecil yang sedang memperebutkan seekor anjing. Sedangkan Leo hanya duduk sambil sesekali menggonggong. Namun, tiba-tiba Leo berlari menaiki sofa, lalu naik ke meja kayu yang ada di samping sofa.KLONTANG!Sebuah baskom alumunium jatuh. Reynar dan Cakra diam menoleh pada Leo.Cakra berkacak pinggang. "Leo, kenapa kau jatuhkan baskom itu?""Kau ini kenapa? Sangat terlihat aneh. Jangan asal memarahinya," sungut Reynar."Sudahlah. Kau bawa saja dia dan ingat jangan sampai dia sakit. Jangan telat memberinya makan juga. Jangan dia baik-baik," rutuk Cakra.Reynar melirik. "Cocok! Persis seperti emaknya."Cakra memutarkan bola matanya. Bahkan dia tidak marah saat Reynar mengatainya itu. Jujur Cakra memang kewalahan dengan hewan peliharaan sang adik. Ya, Chitra mempunyai banyak kucing dan sekarang semua hewan itu ada di rumah Cakra. Pria itu berniat untuk menjual sebagian kucing milik sang ad
Razka menghentikan langkahnya tepat di samping jendela yang agak terbuka sedikit. Telinganya menangkap sebuah obrolan. Setelah itu dia mengetuk pintu beberapa kali hingga sang pemilik kamar tersebut membukakan pintu. Razka tidak ingin banyak omong, pria itu langsung ke pokok pembicaraan. Bukan mengusir, tapi hal itu sudah masuk dalam peraturan jika bekerja di mansion milik Razka. Jika pekerja melakukan kesalahan fatal, maka dia harus keluar dari mansion itu. Dan itulah yang sekarang sedang dialami oleh Irene. Mau tidak mau, Irene harus angkat kaki dari mansion Razka. Hal itu Razka lakukan daripada pria itu harus melihat Yosua menjadi Psikopat. Akan sangat sulit jika jiwa psycho Yosua kumat. Dia akan berubah mengerikan dan tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali orang-orang yang mempunyai pengaruh besar padanya. "Aku tahu dan aku akan meninggalkan tempat ini," ujar Irene. Angel menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Tuan Razka, apakah ini tidak terlalu jahat?
Tatapan yang penuh dengan arti, tapi tidak bisa diartikan oleh Razka. Tentunya Razka hanya bertanya-tanya pada dirinya sendiri dan hanya bisa menebaknya. "Yos, aku justru takut jika melihat reaksimu yang seperti itu," "Tenanglah, Raz. Aku tidak akan melakukan hal yang membahayakan keselamatanmu," balas Yosua sambil menepuk bahu Razka. Di waktu yang bersamaan sang dokter keluar dari ruang VIP. Dokter itu berjalan mendekati Yosua dan Razka yang berdiri berhadapan. Yosua dan Razka menghadapkan tubuh mereka secara bersamaan saat sang dokter menghentikan langkahnya. "Pasien sudah bisa dijenguk, tapi bantu dia agar tidak terlalu stres atau depresi saat mengetahui janin yang dikandungnya telah tiada," pesan sang dokter. Yosua dan Razka menganggukkan kepalanya. Kedua pria itu masuk ke dalam ruang VIP dan melihat Agni yang tengah diam dengan tatapan kosongnya. Perlahan kepala Agni bergerak saat kedua pria itu masuk. Wanita tunanetra itu seperti menangkap sesuatu. Kedua lubang hidu
Yosua memang tidak bisa memaafkan Irene, tapi hari itu adalah hari keberuntungan bagi Irene, karena dia tidak harus menerima lagi penyiksaan dari Yosua. Yosua dan Razka pada saat itu langsung bergegas ke rumah sakit saat anak buah Razka memberitahu jika Agni sudah sadar. Setelah kepergian semuanya, Irene masih duduk di lantai dan dari kejauhan Angel masih memperhatikan Irene. Keadaan Irene sungguh memprihatinkan. Ada banyak luka memar di area wajahnya, akan tetapi Angel tidak bisa banyak membantunya. Terlebih lagi hal itu bukan termasuk urusan dia, karena jika Angel terlihat membantunya otomatis wanita itu juga akan terlibat di dalamnya. Namun, posisi sudah berbeda. Razka dan Yosua sudah pergi dari sana. Mungkin ada sedikit waktu untuk Angel membantu Irene mengobati luka-lukanya. Angel memberanikan diri melangkah masuk ke dalam kamar Irene. Wanita itu terhenyak saat memasuki kamar Irene yang bisa dikatakan layaknya seperti kapal pecah. Semuanya berantakan dan hancur. 'Yos
Kedua mata indah itu membulat sempurna saat mengetahui siapa orang yang berada di depan pintu. Sorot tajam tanpa berkedip menusuk nyeri sampai ke ulu hati. "Tu-tuan ...." Tak bergeming ataupun merespons. Laki-laki itu terus menatapnya, tentunya membuat wanita itu tidak nyaman dan pastinya rasa takut mulai menyerangnya. Hampir salah tingkah dan ingin kabur dari sana, tapi hal itu tidaklah mungkin. Bisa jadi nyawa akan menjadi taruhannya. "Tu-tuan, a-ada pe-perlu apa?" tanyanya dengan nada gemetaran. "Siapa yang melakukannya?" tanyanya dengan nada pelan dan lembut. "A-apa mak-sud, tuan? Aku tidak mengerti?" "Sekali lagi aku tanya padamu. Siapa yang melakukan hal itu!" Suaranya mulai meninggi. "Me-lakukan hal apa?" Wanita itu memberanikan diri untuk bertanya. Tatapan kedua mata itu kian menakutkan. Tidak ada yang bisa dia lakukan, tak berkutik dan mati di tempat. Ruangan sudah dijaga oleh anak buahnya. Lari pun pasti akan langsung tertangkap atau bisa jadi timah panas yang akan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments