"Karena rahimnya yang bermasalah, maka sepertinya istri ustadz tidak bisa memiliki anak. Jika kali kedua janin menempel kembali di luar kandungan, maka terpaksa rahim kami angkat."Innalilahi wainnailaihi roji'un.. Seketika Husein ingat Hadist Ulama' yang satu ini.“Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di hadapan-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari). Jelas ini cobaan untuk rumah tangga dirinya, sampai manakah hamba Allah ini beriman dan bertakwa pada Allah."Kalau saya tidak masalah Dok, saya tahu ini ujian. Namun saya tidak siap ketika istri saya nanti tahu, sebab hal yang menjadi ketakutan dia selama ini sedang terjadi," papar ustadz muda itu seraya menitikkan air matanya."Ustadz, antum adalah orang baik. Maka cobaannya pun pasti berat, namun yakinlah Allah pasti akan mengangkat derajat antum lebih tinggi dari kami. Ingsyallah, keaj
Point of view kembali pada Reynata Adizti selaku tokoh utama dalam cerita ini.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Padahal kelopak mata adalah bagian tubuh yang paling ringan dan yang paling sering bergerak, tapi gak tau kenapa, saat ini justru kelopak mata aku kerasa berat banget, kek dilem tembak gitu deh!Aku sampai kerahkan semua tenaga cuma buat membuka dua kelopak mata ini, tapi susahnya minta ampun. Belum lagi, bicara dan gerakan jari-jari tangan lainnya, banyak banget beban orang habis nelen anastesi ini, huftt.Coba ya, 1,2,3! Belum berhasil kebuka, aku cuma dengar suara-suara alat mesin dan suster yang teriak manggil-manggil dokter.Oke, kita coba lagi.1...2..3.. Yes, aku mulai melihat sedikit cahaya.Alhamdulillah. Setelah sekian abad, yang tadinya gelap gulita, akhirnya aku bisa juga melihat cahaya yang terang dengan kedua retina mataku."Ibu Reynata, apa ibu mendengar ucapan saya?" Aku mengangguk pelan."Kalau dengar, coba Ibu ikut gerakan senter ini." Dokter pun menggerakkan
Udahan nangisnya, kalau diterusin kasian suster-suster yang jomblo nanti, bukannya kerja malah minta nikah.Itulah alasannya kenapa orang bilang kalau nikah itu 10% aja enak, 90% sisanya enak banget. Dalam pernikahan ada seseorang yang nunggu kamu ketika kamu sedang diambang kematian, ada seseorang yang menangis karena belum siap kehilangan kamu, dan ada seseorang yang selalu berharap kamu akan kembali di sisinya. So sweet kan, makanya nikah mblo!"Ibu Reynata kita pindahkan dulu ke ruang perawatan ya Pak, kalau di sini terus nanti tidak bisa dijenguk sanak saudara."Akang dan aku nyengir karena dapat sindiran halus dari para suster yang sejak tadi jadi penonton teater dadakan dari kita.Semua alat yang menempel di tubuhku sudah di lepas, dan aku tidak perlu pakai selang apa-apa lagi.Kata suster, saturasi oksigen aku berangsur-angsur baik, dan kembali ke angka normal."Sebelum dokter menyatakan luka operasi Ibu Reynata membaik, maka belum diperkenankan pulang ya Pak, Bu. Sebaiknya p
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga, pertemuan antara aku dan ayah yang sudah di tahan dari enam bulan yang lalu. Ketika ayah mau ke Jakarta, selalu saja ada hambatannya. Dan kemarin, padahal aku sudah pesan tiket untuk ke Batam, eh malah berakhir di ruang operasi ini.Pada akhirnya, Allah membuat ayah yang datang ke Jakarta, walaupun harus diisi dengan nangis-nangisan. "Ayah kok lama ya Kang, jauh ya hotel sama rumah sakitnya?" tanyaku yang kelihatan gusar banget menanti ayah dan ibu. Sebetulnya, kita berdua memang udah sering bercerita tentang apapun lewat sambungan telepon kecuali perihal kandunganku kemarin, tapi tetap aja rasanya pasti beda kalau bertemu secara langsung."Sabar Ay, kan mereka juga perlu siap-siap kah atau apa dulu, sholat dulu mungkin. Sabar ya!" Akang selalu berhasil menenangkan dan menjauhkan pikiran negatif ku itu."Bantu aku duduk bisa?""Suah kuat duduk memangnya?""Kuat lah, istrinya siapa dulu!" godaku padanya, dan Husein membantu aku duduk te
Dalam Al Quran Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 dikatakan bahwa: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."Bahkan sampai diulang dua kali, dengan alasan apa lagi sampai kita tidak percaya bahwa akan ada kebahagiaan setelah musibah?Ayat itu terjawab dengan tunai saat ini langsung di depan mataku.Semua keluargaku berkumpul, bercanda ria, tertawa dan bahagia dengan leluasa. Sepertinya sakit yang diberikan padaku ini, adalah jalan terjalinnya sebuah silaturahmi.Mungkin kalau aku berbohong dan tetap pergi ke Batam, semua tidak akan berakhir sebahagia ini.Kemungkinan terburuknya, aku enggan kembali ke Bandung, bahkan bisa jadi malah meminta cerai pada Akang, dan memilih hidup kembali dengan kedua orang tuaku seperti dulu.Soalnya buat apa aku kembali? Toh aku juga sudah bukan istri dan menantu yang sempurna bagi mereka, nantinya aku pasti insecure habis-habisan.Tapi ini enggak, setelah mereka mengetahui penyakitku, mereka jus
Akhirnya keluargaku semua benar-benar ninggalin kita berdua di rumah sakit, meskipun kata Ayah dia kangen banget sama anak perempuannya ini, tapi yang lebih berhak tinggal sama aku ya tetap aja Husein.Lagian setelah sembuh, aku dan ayah juga bisa ketemu nanti di pondok. Mereka juga berencana tinggal sementara di Bandung, sampai aku benar-benar pulih. Entah itu pulih secara fisik atau mental, karena gak mudah buat menerima semua ini."Saya mau sholat magrib dulu ya Ay, teman-teman kamu jadi ke sini?" Akang menaruh buah-buahan yang sudah dikupas di atas meja lipat yang tersimpan di ranjang pasien.Memang tadi tuh, aku dapat pesan dari si Clara sama si Nadine katanya mereka bakal ngunjungin aku hari ini. Tapi setelah mau magrib, mereka gak nongol juga, dan aku gak tahu jadi datang atau enggak."Kalau teman-teman kamu tidak datang, kirim pesan pada saya ya, nanti saya sehabis salat langsung naik ke atas.""Iya siap." Aku memakan potongan buahnya dan menatap Akang yang berjalan keluar dar
Duh, kalau udah diputusin pacar tanpa tahu alasan gitu, udah pasti memang membingungkan deh.Galau, nggak bisa makan, dan jadi kepikiran terus-terusan.Apalagi ketika kita spam chat ke dia, dan tetap nggak balasan pesan itu satu pun, jatuhnya malah jadi penyakit buat tubuh kita kan? Makan pun gak nafsu.Dan untuk kasus si Nadine ini, memang di luar kekuasaan aku, mau ngasih nasehat pun sungkan, karena kita nggak ada di posisi dia."Bingung kan kalian kalau jadi gue? Kerjaan gue banyak terbengkalai gara-gara cowok itu. Tapi sumpah, sifatnya memang baik banget! Dia nggak pernah kasar, dia selalu ada buat gue sesibuk apapun pekerjaannya dia jadi dokter. Dia juga gak pernah sehari pun, gak ngasih kabar ke gue. please seandainya dia ngasih gue satu alasan kenapa kita harus putus dan alasan itu masuk akal, gue juga nggak bakalan kayak gini Ra, Rey, percaya deh!""Iya gue paham, sini peluk dulu." Aku memeluk tubuh Nadine yang masih dalam keadaan galau itu."Duh sorry ya Rey, kita di sini ma
"Mau bicara di mana? Lebih baik di sini saja, karena ada dua orang saksi yang bisa menemani kita ngobrol. Aku takut, bisa saja aku kehilangan kontrol dan mengucap kata-kata yang bisa menyakiti kita berdua," papar Nadine pada kekasih, eh salah mantan kekasihnya itu."Ide bagus, apa yang diucapkan oleh Nadine," sahutku.Daripada membiarkan mereka ngobrol berdua, lebih baik aku korbankan ruangan ini menjadi tempat mediasi bagi mereka.Aku tetap duduk di atas ranjang pasien, sedangkan Clara duduk di kursi menghadap ke mereka berdua yang duduk bersebelahan di sofa.Karena kata si dokter itu udah bilang ke temennya untuk menggantikan jam keliling dia sore ini, maka dia sedikit memiliki waktu luang untuk saling sharing."Sekarang saya dan Reynata sebagai sahabat dari Nadine mau menanyakan beberapa pertanyaan kepada anda ya Pak dokter.Apa benar minggu lalu dokter meminta untuk menyudahi hubungan antara kalian berdua dengan alasan yang wow?? Terlalu mudah ya, ingin fokus bekerja sebagai dokte