Istri Nakal Mas Petani

Istri Nakal Mas Petani

last updateLast Updated : 2023-07-21
By:  juskelapaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
584 ratings. 584 reviews
281Chapters
784.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

==PEMENANG JUARA FAVORIT 1 Kompetisi Menulis Novel Bertema 'Ini Bukan Cerita Dongeng' 2022== ==PEMENANG NOVEL ROMAN TERFAVORIT GOODNOVEL VAGANZA 2022== Harusnya semua berjalan sempurna. Rencana mereka sudah matang. Wira bisa menyelesaikan urusannya di desa tanpa dipaksa menikah, sedangkan Sully mendapat tumpangan gratis yang aman sembari menyelesaikan masalahnya di kota. Seharusnya Sully dan Wira hanya berpura-pura menjadi pengantin baru yang kembali ke kampung halaman kepala keluarga untuk berbakti. Namun, bagaimana jadinya kalau Bapak Wira membuat prosesi pernikahan sungguhan untuk memuaskan hati para tetua di desa? Apa Sully, si selebgram tenar, bersedia terjebak dalam sepetak kamar kecil bersama Wira dan menyandang gelar sebagai istri petani? ****ikuti akun sosmed instgram @juskelapa_ untuk update novel lainnya****

View More

Chapter 1

1. Sebuah Petaka

Sully menyemprotkan parfum mahal yang ia dapat dari hasil endorse toko online ke leher dan pergelangan tangannya. Rino sebentar lagi datang. Aktor pendatang baru yang ketampanannya dinilai nyaris menyerupai Dewa Yunani itu akan menyambangi apartemennya untuk pertama kali. Mengingat hal itu, Sully terkikik sembari menambahkan parfum ke leher. Ia sudah membayangkan bakal bermesraan bersama Rino sejak pagi. Mumpung Oky asistennya baru akan kembali malam nanti.

Ponsel Sully bergetar pendek-pendek. “Pasti pesan dari Rino,” ucapnya, mengecek bulu mata ekstensi sebelum mengusap layar ponsel dan membaca pesan.

‘Aku udah sampai di lobi. Jemput, ya.’

“Okay, Babe,” ucap Sully seraya mengetikkan balasan. Ia kembali memutar tubuhnya di pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca.

Sully merasa langkahnya seringan bulu dan cuping hidungnya mengembang saat beberapa orang wanita di sofa lobi melihat Rino langsung memeluk pinggang dan mengecup pipinya kanan-kiri. “Cantik banget,” kata Rino.

“Kamu juga 
 ganteng banget.” Sully menggandeng Rino dan menyeret pria itu ke lift untuk menuju lantai sepuluh.

“Kamu tinggal sendiri aja?” tanya Rino, mengeratkan pelukannya di pinggang Sully.

“Aku tinggal bareng Oky. Asistenku yang kemarin ketemu kamu. Oky juga temanku dari SMP,” jelas Sully, membuka pintu kamar dengan kuncinya.

“Ooo 
 jadi apartemen ini milik kamu?” tanya Rino, mengedarkan pandangan ke tiap sudut unit apartemen dua kamar yang baru dimasukinya.

Sully melepaskan pelukan Rino dengan senyum canggung. Itu adalah kali pertama ia dan Rino berdua di tempat tertutup. Biasanya ia bertemu Rino di cafĂ©, atau clubbing bersama asisten dan teman-teman mereka. Tidak pernah pergi berdua. Hari itu bisa dikatakan sebagai kencan pertama atau pendekatan hari pertama. Entahlah. Whatever. Sully hanya ingin terlihat sempurna dan keren. Ia tak mau Rino tahu kalau itu adalah apartemen kontrakan. “Iya, ini apartemen aku,” jawab Sully tanpa menatap Rino. Ia meninggalkan Rino untuk membuat minuman di mini bar.

“Ternyata Sully keren banget,” ucap Rino, mendatangi Sully yang sedang berdiri di mini bar membuat dua gelas es teh leci untuk mereka.

Sully terkesiap saat Rino memeluknya dari belakang. Melingkarkan tangan di pinggangnya dengan erat, lalu mengecup lehernya hingga ia setengah terangkat. Isi gelas yang dipegangnya sedikit berguncang. Sully menunduk memandang jemari Rino yang seputih pualam mengusap perutnya dari atas kaus.

“Wangi banget,” bisik Rino, mengecup cuping telinga Sully dengan mata terpejam.

Gerakan Sully mengaduk es teh terhenti. Ia menelengkan kepala menikmati kecupan-kecupan kecil yang didaratkan Rino di lehernya. Kuduknya merinding karena embusan hangat napas pria itu. Sully merasa tubuhnya limbung, lalu Rino menguatkan cengkeraman di perutnya.

Tak sadar Sully mengerang halus dan meletakkan pengaduk ke meja bar. Es teh leci bisa menunggu. Mereka sudah sering meminumnya. Berbeda dengan kesempatan langka bisa bertemu dan bercumbu di luar jadwal Rino yang padat. Saat ia merasa jemari Rino menyusup menyentuh kulit pinggangnya, Sully memutar tubuh. Ia menautkan pandangan pada Rino yang sudah menatapnya dengan sorot sayu.

“Sully memang cantik,” ucap Rino, mengusap pipi Sully dengan punggung jarinya. Pria itu lalu membawa tubuh Sully semakin rapat, kemudian menunduk.

Sully memejamkan mata menantikan ciuman Rino.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan keras di pintu membuat keduanya membuka mata. “Siapa?” bisik Rino, memandang Sully.

Tok! Tok! Tok!

“Lis! Buka!” teriak suara dari luar.

Sully membelalak dan melepaskan pelukan Rino dari pinggangnya. “Itu asisten aku. Kamu duduk aja. Aku buka pintu sebentar.” Sully kikuk menghampiri pintu seraya merapikan pakaian dan rambutnya. Ia membuka pintu dengan sedikit celah. “Ada ap—” Ucapannya terhenti. Seorang wanita berpakaian batik dan dua orang wanita berseragam polisi berdiri di belakang Oky.

“Di dalam ada Rino, kan? Minta dia pulang sekarang juga. Bilang aku ada urusan yang lebih penting dan perlu pakai ruang tamu. Sekarang juga,” bisik Oky.

Sully menoleh gelisah pada tiga wanita asing di belakang Oky. “Ada masalah apa, sih? Memangnya enggak bisa kamu selesaikan di lobi aja?” Sully melihat ke dalam ruangan. Rino sedang tersenyum manis ke arahnya. “Tunggu ke lobi aja. Aku susul ke bawah sebentar lagi.”

Oky berdecak kesal dan membuka sebuah kantung serut besar yang ditentengnya sejak tadi. “Masalah ini. Kamu ingat?” tanya Oky dengan bisikan bernada tajam. “Kamu jual barang palsu, Lis.”

Mata Sully terbelalak. Ia membekap mulut untuk mencegahnya berteriak. Sebuah tas brand high-end LEMMES yang baru dijualnya seminggu yang lalu pada Istri Kapolda sekarang berada di tangan Oky.

Sully segera masuk ke dalam dan tak lama menyeret Rino ke depan pintu. “Maaf—maaf. Asistenku
Mbak Oky maksudnya baru kasih info kalau hari ini ada jadwal meeting,” kata Sully, meraup bum bag dan kunci mobil Rino dari meja lalu menjejalkannya ke dekapan pria itu.

“Meeting?” Rino menerima semua barang-barangnya dengan wajah bingung. Ia melirik kehadiran dua wanita berseragam polisi bersama Oky.

“Meeting kerja sama mengisi acara ulang tahun Bayangkari. Ini sepatu kamu. Ayo, dipakai,” kata Sully, berjongkok menyodorkan sepasang sepatu Rino, lalu  mendorong punggung pria itu agar cepat keluar dari apartemen. “Ayo, ibu-ibu silakan masuk. Ky, tamunya dibawa masuk dulu. Aku antar Rino sampai ke lift.” Sully menelan ludah dan mengangguk pada tiga orang wanita yang menatapnya tajam. Sekejab saja ia merasa tubuhnya tak dialiri darah. Tangannya sedingin es dan keringat membasahi dahinya. Ia bahkan tidak mendengar apa yang dikatakan Rino sebelum mereka berpisah di mulut lift.

“Barang palsu? Barang palsu? Kok, bisa palsu? Selama ini aman-aman aja.” Sully menyugar rambutnya dengan kalut sebelum masuk ke apartemennya.

Sully berdeham pelan dan duduk di sebelah Oky. Seorang wanita memakai pakaian batik duduk di seberang mereka. Sedangkan dua wanita yang memakai seragam tetap berdiri mengawasi.

“J-jadi gimana, Ky?” tanya Sully terbata. Ia tak berani menatap wanita di seberangnya.

“Istri Pak Kapolda minta pengembalian uang segera. Tas ini terbukti palsu. Kamu juga bisa dituntut pasal perbuatan tidak menyenangkan. Katanya sudah membuat malu Istri Pak Kapolda. Beliau merasa dilecehkan di depan teman-temannya. Gimana, Lis?” Oky bicara dengan nada setenang mungkin. Rahangnya terjatuh rapat setelah itu.

“M-maaf, Bu. Saya benar-benar tidak ada maksud mempermalukan beliau. Terakhir kali bertemu kami makan siang dan semuanya baik-baik aja. Itu adalah tas kedua yang dibeli beliau dari saya. Dari supplier yang sama. Saya juga enggak tahu kalau itu palsu. Kalau untuk penggantian seluruhnya, uang saya tidak cukup—”

“Tapi kamu harus bertanggung jawab,” potong wanita dengan baju batik.

Sully tersentak menyentuh dadanya. “Iya, Bu
iya. Saya pasti tanggung jawab. Sekarang saya cuma punya seratus juta,” kata Sully. “Saya pasti kembalikan semuanya. Tapi saya perlu waktu. Saya mau cari suppliernya. S-saya enggak mungkin punya uang sebanyak itu sekarang-sekarang ini,” tambah Sully cepat-cepat.

“Sully pasti tanggung jawab, Bu. Dia juga enggak akan berani macam-macam. Apalagi customernya orang penting,” tambah Oky.

Wanita dengan baju batik menarik napas memandang Sully dan Oky bergantian. Dia meraih ponselnya dan mengetik cukup lama, kemudian menunggu beberapa saat.

Lalu 
.

“Kita buat surat perjanjian di atas materai. Pelunasan sesuai harga tas paling lama diterima bulan ketiga di tanggal yang sama dengan hari ini. Uang seratus juta tadi bisa ditransferkan sekarang ke rekening beliau. Beliau tunggu sekarang.”

Sully mengambil ponselnya dan menatap Oky dengan wajah merana. Dalam hitungan menit uang seratus juta sudah berpindah tangan dan menit berikutnya ia sudah menandatangani perjanjian pengembalian 700 juta paling lama tiga bulan ke depan.

“Oke, surat perjanjian ini akan saya bawa dan tas palsu ini juga akan tetap saya bawa sebagai barang bukti. Mbak Sully diharap untuk selalu mengupdate kabar terbaru soal progress kasus ini dan saya akan meminta dua anggota saya untuk rutin datang ke sini.”

Sully dan Oky saling pandang dan membisu cukup lama. Sampai dengan semua tamu pulang, Sully menangis sejadi-jadinya. “Ky, aku enggak mau didatangi polisi lagi. Aku pasti bayar, tapi aku enggak mau ketemu polisi-polisi itu lagi.”

“Jadi, gimana?”

“Aku mau pergi dari sini. Ke mana aja. Yang penting enggak ketemu polisi,” jawab Sully dalam isakan.

“Kabur? Lagi?” Oky menendang coffee table dengan putus asa.

To Be Continued

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
99%(578)
9
0%(1)
8
1%(3)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(1)
3
0%(0)
2
0%(1)
1
0%(0)
10 / 10.0
584 ratings · 584 reviews
Write a review
user avatar
Dewi Yulyas
keren abis...., novel kak jus gak pernah gagal, nulisnya cakep, ceritanya keren2, udah jatuh cinta sm tulisannya, love sekebon
2025-04-19 18:59:54
0
user avatar
Se Kia
bagus banget .. ampe mau ke desa nya mas wira, pingin ketemu .. ...
2025-01-19 03:49:47
0
user avatar
Maxime & Reina đŸ©”
Aku baca bulan september 2024. Gak sengaja baca ternyata se keren itu, semenyentuh itu, sosok wira dan sulis bner bner luar biasa. Makasih kak atas karya nya.. Semoga ngga hilang kalo mau baca lagi.. đŸ©”đŸ©”............
2024-09-24 18:22:04
5
user avatar
Etris Tresnawsti
karya juskelapa dimanapun bikin nagih..
2024-07-08 21:57:48
8
user avatar
Andi Irawan
bagus baget aku suka
2024-06-12 22:47:08
2
user avatar
dwdwdw
karya njuss udah pasti bintang 5 lahh, mau disini atau disana mau dimana-mana semua full bintang. semangat njusss
2024-05-31 01:19:56
0
user avatar
Angel Heart
kak Njus aku rindu mas wira dan mbak sully.........
2024-03-02 12:34:52
0
user avatar
Lulud Wulandari
good novel
2024-02-12 21:26:50
0
user avatar
Usnani
selalu bagus karya kak njuss
2024-02-10 06:44:43
0
user avatar
Erik 7 E Ningsih
Kenapa sihh terbayang terus sosok Wira
2024-01-31 12:48:05
0
user avatar
Mafi Yatun
bagus ,ceritanya beda dr yg lain
2024-01-22 21:25:39
0
user avatar
Indira Ummu Naurendra Ibrahim
keren banget,selalu bikin penasaran dan ga ngebosenin
2023-12-29 07:43:02
1
user avatar
Puspita Adi Pratiwi
good Novel ceritanya bagus smpe' ikut baper dlm ceritanya sukses Author q padamu mas bagus prawira
2023-12-24 23:36:27
1
user avatar
Yuyun Wahyuni
gak berasa bacanya udh habis aja,, semoga ada sekuel nya yaa hii.. alur cerita yang real bikin gak bosan buat diulang ulang lagi .
2023-12-07 16:24:47
0
user avatar
HardTea Willian
keren banget
2023-12-07 15:41:20
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 39
281 Chapters
1. Sebuah Petaka
Sully menyemprotkan parfum mahal yang ia dapat dari hasil endorse toko online ke leher dan pergelangan tangannya. Rino sebentar lagi datang. Aktor pendatang baru yang ketampanannya dinilai nyaris menyerupai Dewa Yunani itu akan menyambangi apartemennya untuk pertama kali. Mengingat hal itu, Sully terkikik sembari menambahkan parfum ke leher. Ia sudah membayangkan bakal bermesraan bersama Rino sejak pagi. Mumpung Oky asistennya baru akan kembali malam nanti.Ponsel Sully bergetar pendek-pendek. “Pasti pesan dari Rino,” ucapnya, mengecek bulu mata ekstensi sebelum mengusap layar ponsel dan membaca pesan.‘Aku udah sampai di lobi. Jemput, ya.’“Okay, Babe,” ucap Sully seraya mengetikkan balasan. Ia kembali memutar tubuhnya di pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca.Sully merasa langkahnya seringan bulu dan cuping hidungnya mengembang saat beberapa orang wanita di sofa lobi melihat Rino langsung memeluk pinggang dan mengecup pipinya kanan-kiri. “Cantik banget,” kata Rino.“Kamu juga 
 ga
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
2. Menuju Antah Berantah
Suara ruang tamu apartemen itu diisi dengan langkah kaki mengetuk lantai dan berlatar isak tangis Sully. Oky hilir-mudik di ruang tamu masih dengan sepatunya, sedangkan Sully memasukkan pakaian dan kosmetiknya ke koper.“Apa harus pergi lagi? Ibu ajudan tadi cuma bilang bakal ngecek ke sini sesekali. Bukan tiap hari. Kamu
maksud aku, kita enggak perlu kabur. Cuma perlu meng-update berita. Istri Kapolda cuma minta itu,” kata Oky, menghentikan langkahnya di depan kamar Sully.“Enggak. Aku enggak mau didatangi polisi lagi. Aku enggak salah, Ky. Aku enggak niat jual barang palsu. Itu tas yang biasa aku ambil dari Mbak Kokom. Sekarang Mbak Kokom enggak bisa dihubungi. Aku enggak sanggup,” kata Sully berurai air mata. Tangannya bergetar saat memasukkan hair dryer dan alat catok ke dalam koper kabin miliknya. Unit apartemen itu berpendingin udara, namun keringatnya tak berhenti mengucur. Rambutnya yang tadi tergerai mengembang dengan bagus, sudah lepek dalam waktu singkat karena keringat.“Ja
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
3. Ketemu Mas-Mas
Oky mengabaikan Sully yang terlihat panik. “Tapi, rumah Bu Tarmiah masih di sini, kan, Mbak? Mungkin Bu Tarmiah ada anaknya,” ucap Oky penuh harap.“Ada. Anak Bu Tarmiah satu orang laki-laki. Baru menikah bulan lalu. Sekarang rumah Bu Tarmiah ditinggali anaknya yang pengantin baru itu.” Wanita itu berbicara dengan pintu yang sudah terbuka lebih lebar.Oky menggeleng samar. Rasanya memang tak mungkin menumpang di rumah orang yang sudah tidak ada lagi hubungannya dengan kenalan mereka. Pengantin baru pula. “Terima kasih, kita pamit dulu. Mau menyapa anak Bu Tarmiah ke rumahnya.” Oky berjalan mendekari Sully yang berdiri di dekat gapura desa.“Ky, kok, Bu Tarmiah meninggal, sih?” Wajah Sully terlihat makin putus asa.“Enggak tahu. Iseng kali,” kesal Oky, meletakkan bawaannya di dekat Sully.“Jadi, sekarang kita bermalam di mana, Oky ....” Sully hampir menangis.“Aku udah bilang kita pulang kampung aja. Kenapa, sih, kamu selalu milih kabur dari masalah?” Setelah sekian lama diam di perjala
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
4. Mendadak Punya Mertua
Beberapa detik Sully dan Oky terdiam saling pandang. Sully lalu menghapus air matanya dan berdiri menatap Wira. “Maksudnya gimana, Mas?” tanya Sully dengan suara sengau. Sisa-sisa air mata masih terlihat di bulu matanya. “Begini, Mbak
siapa namanya?” Wira memandang Sully. “Saya Sully, ini teman saya namanya Oky.” Sully memandang Oky sebagai penunjuk bagi Wira. “Baik, Mbak Sully dan Mbak Oky 
 saya jelaskan garis besarnya karena ini sudah larut malam. Kita sama-sama capek dan saya juga ada masalah yang bikin pikiran saya benar-benar ruwet.” Wira menarik napas panjang dan berjalan mendekati dua wanita di dekat gapura. Sully dan Oky merapatkan tubuh mereka. Tangan keduanya saling mencari dan menggenggam. Isi pikiran keduanya sama. Pria di hadapan mereka bisa saja orang jahat yang berniat merampok. Wira maju selangkah, Sully dan Oky mundur satu langkah. Wira mengernyit, lalu maju selangkah lagi. Namun, Sully dan Oky kembali mundur selangkah. Akhirnya Wira berhenti untuk menarik dan me
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
5. Menikah Ulang
Sully merasa tangannya gemetar karena teriakan pria tua di ambang pintu yang menatapnya tajam. Perkataan Wira barusan membuat bapaknya murka. Detik itu ia menyesali usul konyol soal bersandiwara menjadi istri Wira. Angan-angan bisa tidur meluruskan kaki malam itu pun, lenyap seketika.“Jangan sampai suara Bapak membangunkan tetangga,” ucap Wira pelan. Langsung mengingatkan bapaknya akan hal yang menjadi momok di desa. Yaitu, menjadi gunjingan.Sully menunduk untuk mengibas betisnya yang baru digigit nyamuk. Lalu, satu kakinya terangkat untuk menggaruk betisnya. Ingin rasanya ia meminta kedua anak dan bapak itu berdamai setidaknya untuk malam itu saja. Ia benar-benar sudah sangat lelah dan mengantuk.“Masuk,” pinta pria tua di depan pintu. Menepikan tubuhnya dengan kedua tangan terkepal di belakang.“Ayo, masuk. Kamu pasti udah capek,” kata Wira, mendatangi Sully dan memegang lengan wanita itu. Sejenak ia lupa bahwa satu tangan Oky masih terkait ke lengan Sully. Lagi-lagi Oky mendengus
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
6. Tidur
Wira duduk mencerna perkataan bapaknya. Dari sudut mata ia melihat Sully yang sedang memperhatikannya tak berkedip. Sedikit risi. Mau apa wanita menor itu memperhatikannya? Wira yakin kalau Sully tidak mendengar semua ucapan bapaknya malam itu. “Bapak sudah ngomong ke orang tua Ratna kalau kamu bakal pulang kampung. Memang Bapak belum ada ngomong soal bakal melamar Ratna. Tapi gadis itu duduk meladeni Bapak dengan sangat sopan. Kalau kamu tiba-tiba pulang bawa istri, bisa-bisa enggak bakal diterima, Gus. Paham warga kampung soal orang kota, apalagi wanita yang
.” Pak Gagah memandang Sully sekilas, “yang dandanannya begini pikirannya sudah ke mana-mana. Bapak sendiri enggak yakin kamu memang sudah menikah. Bisa-bisa kamu cuma kumpul kebo. Ketemu dengan istrimu di mana?” Pak Gagah memandang Wira dengan sorot curiga. “Pak,” tegur Wira pelan. Pak Gagah seketika terdiam dan mengerling Sully yang masih memperhatikan Wira. Perhatian pria tua itu kemudian berpindah pada Sully. Dan benar sa
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
7. Sandiwara
Sebegitu pintu kamar Wira tertutup, Sully langsung menghempaskan tangan Wira yang menggandengnya. “Udah berapa kali hari ini kamu pegang-pegang aku? Ngambil kesempatan aja,” sergah Sully. Wira menaruh ranselnya di meja dan membuka jaket. “Jangan keluar dulu. Bapak masih ngeteh di dapur. Saya mau ke kamar mandi di belakang. Mau cuci muka dan bersih-bersih sedikit. Kalau Mbak Sulis mau ikutan biar sekalian. Soalnya kamar mandinya di luar.” “Jadi, sampai jam berapa aku di kamar kamu?” Sully masih berdiri di balik pintu. “Terserah Mbak sampai jam berapa. Yang penting tunggu Bapak balik ke kamarnya,” kata Wira, membuka lemari pakaian dan mengambil handuk dari dalam. Sully menunduk melihat kakinya yang kotor terkena becek. Sejak memasuki jalanan yang mulai berlubang di kampung itu, ia memang sudah melepaskan sandal bertali bertapak tebal yang dikenakannya. Dan mendengar soal kamar mandi, hasrat buang air kecilnya muncul tiba-tiba. Sully berdiri merapatkan kakinya. Huru-hara sejak siang
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
8. Bingung
“Aku belum selesai pakai baju. Kamu jangan gitu. Tunggu di luar sebentar,” ucap Sully pelan. Nyalinya mulai ciut melihat tatapan Wira yang sangat serius memandangnya. “Jangan lama-lama,” pesan Wira lagi saat melangkah keluar. Tak sampai sepuluh menit berselang, Sully sudah keluar kamar mandi dan berganti dengan sepasang piyama sutra celana pendek. “Mbak Sulis bisa kembali lebih dulu ke rumah. Di luar banyak nyamuk,” kata Wira dari dalam kamar mandi. Sully berdiri membelakangi pintu kamar mandi. Perhatiannya kini berpindah pada bagian sekitar kamar mandi yang awal tadi tak begitu diperhatikannya. Di dekat kamar mandi itu ada pohon nangka. Buahnya besar-besar dan dua diantaranya ditutup karung putih. Dari tempatnya berdiri nangka tertutup karung itu membentuk rupa yang menyeramkan di kegelapan Sully merapatkan tubuhnya ke pintu. “Mas Wira 
 jangan lama-lama. Aku takut,” ucap Sully. Pandangannya kembali menyapu sekeliling. Bagian belakang rumah Wira benar-benar dikelilingi kebun de
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
9. Persiapan
Sully menunduk menatap ponsel yang dipenuhi puluhan notifikasi dari orang-orang yang mencarinya. Juga balasan dari Bu Kapolda yang langsung membalas pesannya lagi. ‘Kalau bisa jangan terlalu lama ya, Sul. Kamu juga jangan bawa-bawa soal masalah ini ke dalam konten kamu. Saya enggak mau orang-orang tahu soal masalah ini. Demi nama baik suami saya.’ Sully menatap nanar balasan pesan itu. Ia lalu menggulir pesan yang dikirimkannya ke distributor tas bernama ‘Mbak Kokom’ yang dikiriminya pesan bertubi-tubi namun hingga detik itu hanya mendapat tanda centang satu. “Mbak Sulis 
,” panggil Wira. “Ha?” Sully mendongak menatap Wira. Tak sadar jarak mereka kini tak lebih dari setengah meter. Dalam terangnya lampu kamar, kali itu Sully bisa memperhatikan wajah Wira dengan jelas. Wajahnya lebih segar karena rambut lurusnya yang basah. Saat itu Wira menatapnya dengan sangat serius. “Sebentar 
 aku cek pesan-pesanku dulu,” kata Sully sedikit mengulur waktu. Jajaran pesan-pesan di ponselnya tak
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
10. Rencana
Tak tahu pukul berapa saat itu, Sully terbangun karena suara ketukan di pintu kamar. Tak ada jam di dinding kamar, ponsel yang digenggamnya saat tidur pun padam karena tidak diisi baterai selama seharian penuh kemarin. Setengah menyeret langkahnya, Sully mendekati pintu dan membukanya. “Ada apa? Aku masih ngantuk, Ky. Di sini dingin enggak perlu pakai AC.” Sully mendekap kedua lengannya. “Ehem!” Suara Pak Gagah yang berdeham membuat mata Sully melebar. “Sudah bangun? Ada yang mau bertemu kamu,” seru Pak Gagah dari meja makan. Sully membekap mulutnya dan mengangkat alis sebagai isyarat pertanyaan buat Oky. “Saya permisi buat ngomong sebentar dengan Sully, Pak,” kata Oky, mendorong Sully masuk ke kamar tanpa menunggu persetujuan Pak Gagah. “Itu ada ibu-ibu mau ngapain? Ini jam berapa? Masih pagi, kan?” tanya Sully kebingungan. “Kamu kemarin malam ada ngomong apa ke Mas Wira? Itu bapaknya Mas Wira datang bawa petugas desa buat urusan catatan sipil. Dua ibu-ibu itu mau ngukur size
last updateLast Updated : 2022-06-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status