Share

BAB 4

Author: Ikfanelle
last update Huling Na-update: 2023-07-24 09:51:34

"Ada Kak Kiyo di situ," bisik Vanya sambil membenamkan wajahnya ke leher pengasuhnya. 

Nama yang tentunya sudah ia dengar kesekian kalinya, tapi gadis itu kini tak antusias untuk menyambut "sahabat"nya dengan riang. Keinara merasakan aura gadis kecil yang begitu dikekang oleh seseorang di luar keluarganya. 

Romanya seakan mendeteksi sesuatu yang mengintainya di belakang. Ruangan gelap yang nampak sepi seakan tak ada kehidupan, merasa bahwa ada seseorang di dalam sana. Namun, siluet samar menggambarkan sesosok pemuda tertunduk lalu menatap ke arahnya dengan tatapan marah. 

Suara derap langkah dari arah ruangan itu semakin lama, semakin mendekat. Meskipun samar, tapi Keinara dapat memdengar suara hembusan napas yang kuat seakan gembira menemukan mangsa. Gelap sendu hari itu memambah aura mencekam. 

PLAK, PLAK, PLAK! 

Samar terdengar suara kepakan yang semakin keras dan cepat. 

"Ayo, Kak!" Vanya menarik tangannya menjauh dari ruang tamu. 

Gadis itu tak berani lagi untuk menoleh ke belakang. Mereka melangkah melewati dapur menuju ke halaman belakang. 

"Tunggu, Van!" serunya sembari mengatur napas. 

"Kita di sini dulu aja ya, Kak," ujar gadis kecil itu seraya terduduk. 

"Ada apa emangnya?" 

"Kak Kiyo, mau nyerang Kakak."

Gadis itu hanya terdiam sembari mengatur napas yang begitu sesak di dada. Mengintip ke dapur, tampak semuanya baik-baik saja. Keinara mengajak Vanya untuk masuk ke dalam ruangan yang remang di pagi hari. 

*

Suara burung hantu dalam kegelapan, sepi merambat ke segala penjuru desa. Satu-persatu warga mulai menutup jendela dan pintu sejak senja tiba. Waktu dimana tubuh manusia harus merebahkan dirinya, meng-istirahatakan tenaganya. 

Keinara membasuh wajahnya di wastafel beberapa kali, suara keran air itu terdengar di tengah sunyinya dunia. Ruang kamar mandi yang menggema cukup membuatnya memberanikan diri melakukan rutinitasnya. 

Tangannya meraih pasta dan sikat gigi, menggosok gigi-gigi putih itu seraya memandangi bayangannya di cermin. Ujung matanya menangkap sesuatu yang melesat melewati pintu toilet, menyebrangi cahaya ruangan itu. 

"Dek Vanya!" serunya menembus sepi. 

Segera ia menyelesaikan urusannya di toilet. Dibasuhnya kembali wajah cantiknya, kemudian mengeringkannya dengan handuk. Waktu di dalamya terasa lama sampai dirinya membuka mata melihat ke arah cermin. 

"Hah!" Tubuhnya serasa lemas melihat sosok pemuda berwajah hancur itu berdiri di belakangnya. 

Ia menoleh, tapi tampak tak ada seorang pun yang berpijak di sana. Hanya dirinya. 

"Cuma perasaanku aja," gumamnya.

Sesegera mungkin untuk pergi ke kamar dan merebahkan diri. Bulu roma yang berdiri setiap kali malam tiba, suara langkah kakinya berpijak di lantai. Ruangan yang gelap dengan hawa malam dingin. 

Keinara terus memeluki tubuhnya sepanjang jalan menuju ke kamar. Ia sangat lega dirinya telah menjangkau ruangan pribadinya itu. 

"Saatnya tidur." 

Tubuhnya menoleh tepat saat ia memasuki ruangan, sosok misterius itu nampak dari kejauhan. Matanya samar menatap dengan ketajaman membuat si gadis gemetar. Tubuhnya serasa terpatri, kaku tak bisa bergerak sedangkan sosok itu semakin lama bergerak mendekatinya. 

Gadis manis itu tetap tak dapat bergerak, seakan dirinya membeku. Matanya tak dapat menutup, ia tak dapat menoleh. Sosok itu semakin lama, semakin berjalan ke arahnya dan jaraknya mulai dekat. 

Darah yang mengucur dari wajah sosok itu mentes hingga ke lantai. Belatung dan cacing-cacing kecil menghiasi wajahnya yang hancur itu. Napas Keinara tersengal, keringat dingin mengucur deras. Semakin dekat dan dekat hingga tubuhnya merasa lemas. 

"Jangan ... j ... jangan!" 

Berusaha menggerakkan tubuhnya terus -menerus sambil melirik ke sosok yang semakin mendekatinya. Sosok itu terbang melesat ke arahnya, sangat amat cepat bagai angin kencang. 

Ia melayang lalu mendarat, berhenti di depannya dengan jarak yang sangat tipis. Jantung Keinara bagaikan ingin copot melihat sosok dengan rupa yang tak karuan. Hantu itu mulai mendekat ke wajahnya dengan suara yang amat pelan seperti angin yang membawanya.

"Jangan lupakan aku, Kei."

Bisikan itu membuat tubuhnya meremang, sosok itu berangsur menghilang bersamaan gadis itu terlentang di atas lantai tak sadarkan diri. 

Perkataan dari sosok itu masih terngiang-ngiang di kepalanya, bahkan esok pagi suara itu masih berdengung seakan sosok pemuda itu mengenalinya. 

Melihat isi kulkas yang kosong, menandakan dirinya harus membeli sesuatu untuk dimasak. Melangkahkan kaki menuju ke tempat kios bahan masakan itu berada, melihat suasana yang benar-benar membuatnya harus mengingat sesuatu. 

"Keinara? Kamu Keinara, 'kan?" 

Seorang wanita paru baya tampak mengenali dirinya, tapi gadis itu tak bisa mengingat apapun. Ia hanya mengangguk pelan lalu kembali melangkah. Kios itu berada di ujung jalan desa, tampak para wanita di sana berkumpul dan terkejut melihat Keinara. 

Mereka mematung penuh haru, tapi dirinya masih tak mengerti. Dalam kebingungan itu, seorang wanita bersimpuh di depannya. 

"Keinara, akhirnya kamu kembali."

Wanita itu menangis histeris sembari bersujud di kakinya seolah harapannya terwujud.

~***~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 45

    ***Keadaan Freddy sangat memprihatinkan, beberapa kali ia menghadapi kematian dengan berulang dan selalu selamat meski keadaannya begitu mengerikan. Sekarang pria itu mengurung diri di rumah dengan segala ketidakberdayaannya.Beberapa pelayan yang bekerja di rumahnya perlahan-lahan mengundurkan diri. Semua karyawan juga sama halnya. Mereka meninggalkan Freddy dalam kesendirian dan ketakutan yang sebenarnya adalah ilusi pengelihatannya. Gangguan itu masih terus berlanjut, terlebih arwah suruhannya yang belum tenang menghantuinya. Pria itu tak bisa lari dan juga pergi karena setiap langkah "mereka" akan datang. Kali ini dia mengusir sesuatu yang sebenarnya tak ada. "Pergi! Pergiiii!" Begitu ucapnya.Namun meski sudah berteriak, bayangan itu tetap tak mau pergi. Bayangan ilusi itu terus mengingatkannya pada kesalahan. Freddy mencoba untuk bangun, tapi sayang ia tak bisa melakukannya. Siluet bayangan hitam besar itu kini ada di hadapannya. Tatapan mata merah memandangnya seakan menagi

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 44

    "Kei, apa yang terjadi pada kamu?" Suara Yura sudah keras, tapi sayang Keinara tak mendengarnya.Dalam waktu yang cukup lama, Yura melihat pengasuh anaknya itu sedang berjuang, bersembunyi dari Kiyo. Mayat-mayat tampak bertebaran, merangkak meraih tubuh gadis itu seakan menunjukkan pada makhluk itu bahwa sang pujaan ada di sana. Wanita itu terduduk melihat pemandangan tak biasa. Ia melihat sendiri Kiyo menemukannya dan Keinara mulai disetubuhi di depan anak mereka. "MAMA!" Suara Vanya membuyarkannya dan Yura segera tersadar."Mama kenapa?" Gadis kecil itu memandangnya dengan penuh rasa cemas. Yura melihat ke sekeliling, suasana kembali seperti semula. Meski begitu, dirinya tetap merasa cemas karena memikirkan Keinara. Pandangan itu seakan menjadi pertanda bahwa sesuatu telah terjadi pada gadis dan bayinya itu. Ia tidak bisa jika harus berdiam saja, wanita itu segera menceritakan pada Ki Jatmika tentang pengelihatannya. *"Ki---""Aku sudah tahu apa yang ingin kamu tanyakan kepada

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 43

    ***Vanya terduduk di teras memandangi langit yang sendu, sedang Yura mencari kayu bakar di halaman belakang. Gadis kecil itu memandang sekitar sambil berharap dirinya bisa pulang. Dari kejauhan seperti ia mendengar suara Keinara yang menjerit, gadis kecil itu menoleh cepat. Ia beranjak untuk mengikuti asal suara itu. "Vanyaaa!" Yura menyadari itu, bergegas dirinya mengikuti sang anak.Suara teriakan Keinara begitu jelas terdengar, Vanya yakin sang pengasuh berada di hutan yang sama. Namun lama mencari dirinya tak menemukannya dan suara itu semakin lama semakin menjauh. Yura segera menarik tangan putrinya dan berlari menjauh dari tempatnya berdiri. "Vanya, apa yang kamu lakukan? Tidak ada Kak Kei di sini, itu hanya ilusi!" Gadis kecil itu menunduk karena menyesal, tapi amarah Yura segera mereda dan bergegas membawa Vanya keluar dari tempat itu. *Keinara masih membeku, ia terduduk berteduh sembari melindungi bayinya dari tangan-tangan dingin yang menyembul keluar dari dalam tanah

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 42

    "Aku hanya ingin mengulangi masa dimana kita bersama, aku hanya ingin itu! Kamu tidak boleh mengelak!" Keinara memandang Kiyo dengan berkaca-kaca. Sejujurnya, ia masih mencintai pemuda yang telah lama tiada, tapi dia sadar bahwa dunia mereka berbeda. Anak yang ia lahirkan dari benih sesosok hantu biar dirinya yang merawat, tak ingin jika Kiyo yang mengambilnya. Namun bagaimana pun Kiyo sekarang telah menjadi sosok yang kejam, dia harus dihindari. "Tolong kembalikan mereka, Kiyo." "Aku akan mengembalikan mereka jika kamu mau ikut bersamaku."Suatu pilihan yang sangat sulit baginya, tapi dia harus melakukan ini demi menyelamatkan keluarga Vanya. Ia meminta untuk Kiyo menunggunya sampai dirinya siap menjadi pendamping pemuda itu di alam gaib. "Baiklah, aku akan memberimu waktu. Namun kau harus kembali?""Iya, tapi beri aku kebebasan meski hanya sesaat. Aku ingin berkeliling berdua dengan anak kita."Mata binar Keinara membuat Kiyo terdiam, pandangan itu membuatnya teringat kembali p

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 41

    Lian menoleh ke arah istrinya yang sudah sangat kecewa. Ada bulir menetes dari netranya. "Kamu masih saja seperti dulu." "Sayang, bukan maksudku menyakitimu!" ujar Lian memohon. "Kamu bahkan tidak mau mendengarkan apa yang aku minta dan sekarang kamu tak percaya sama ceritaku."Lian hanya terdiam dan sang istri mulai bertindak. Ia segera membawa Vanya dan akan mencari Keinara lalu membawanya pulang. "Tunggu, Yur!" seru Lian menghalangi Yura. "Biarkan aku pergi!" Wanita itu tetap ingin meninggalkan Lian. Hal yang sama terjadi kembali, pertengkaran Lian dan Yura tiba di tempat dan waktu yang tak tepat. Pria itya sadar apa yang ia lakukan, ia tak bermaksud untuk tak percaya pada Yura."Tunggu sebentar!""Untuk apa, Pa? Sudah kesekian kalinya begini. Sekarang apalagi?!"Suasana mendadak hening menyisakan penyesalan Lian, sedang Yura masih dibara oleh api kemarahan. Dia bersikeras untuk keluar dari rumah bersama Vanya dan mencari keberadaan Keinara meskipun itu mustahil. "Ok, ok, ak

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 40

    ***Gangguan gaib yang membuat Freddy begitu gila, emosinya begitu tak stabil dan penuh dengan halusinasi. Bahkan pagi ini, dia dihantui oleh kejadiannya di masa lalu. Tatapannya begitu takut, tapi ia tak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk merampas rumah itu. Beberapa karyawan yang bekerja untuk merubuhkan rumah itu kini bergerak. Freddy juga tidak hanya merampas rumah untuk diratakan, tapi juga melenyapkan semua keluarga Lian berserta Keinara. Kakinya harus segera melangkah, menemui para karyawannya untuk segera bekerja. Mereka bergegas mendatangi kediaman yang kini dijaga oleh sesuatu yang menyeramkan. Dengan terpincang kakinya, Freddy melangkah menapaki tanah. Sebuah pertanyaan besar selalu berada di sekitar kepala semua orang, apa yang terjadi pada pria kaya yang membuat kakinya berjalan terseok pincang. Sudah banyak dokter yang menanganinya, tapi semua itu sia-sia. Kaki kanannya serasa diremas kuat oleh sebuah tangan besar, rasa dingin di sekitar begitu terasa. Fredd

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status