Mag-log inBegitu terdengar suara tembakan, Arata membatin dengan perasaan putus asa, 'Gawat ... didengar dari suara tembakan yang mengerikan ini, seharusnya itu senapan Barrett yang paling mematikan! Biarpun dibatasi tembok setebal 30 sentimeter, musuh bisa langsung mati begitu ditembak sekali.''Ucapan Sagara memang benar, Tirta terlalu sombong. Sebenarnya dia bisa diam-diam menghabisi Sagara dengan triknya yang aneh, tapi dia malah mengulur waktu sampai Sagara menyiapkan strategi untuk menghadapinya. Kelihatannya hari ini aku dan Ilona akan mati di sini ...,' lanjut Arata.Terakhir, Arata melihat sekilas Ilona yang panik sebelum memejamkan matanya untuk menunggu mati.Ilona yang panik tetap memberanikan diri untuk melindungi Tirta. Dia berseru, "Ah ... Pak Tirta, sembunyi di belakangku! Biar aku yang lindungi kamu!"Ilona mengira selanjutnya tubuhnya akan ditembak dan dipenuhi lubang berdarah. Dia yang ketakutan refleks meneteskan air mata. Namun, Ilona tetap berusaha tegar. Dia menggigit bibi
Sagara meneruskan ucapannya, "Tapi, kamu terlalu sombong dan meremehkan Negara Yumai. Konsekuensinya itu kamu akan terpuruk karena kesombonganmu. Kamu akan lenyap sampai-sampai nggak ada yang mengingatmu lagi di dunia ini!"Tirta meletakkan kedua tangannya di belakang punggung dan tertawa sinis. Dia membalas, "Dasar orang Negara Yumai sialan .... Kalau aku berani datang, itu berarti aku nggak takut kalian melawanku."Tirta menambahkan, "Kalian ingin membunuhku? Takutnya kalian nggak mampu melakukannya. Kalau nggak percaya, kerahkan semua pasukanmu."Tirta mengamati semua pejabat tinggi Negara Yumai dengan tatapan sinis, termasuk Sagara.Para pejabat tinggi Negara Yumai merasa dihina. Apalagi ini adalah wilayah kekuasaan mereka. Bagi mereka, Tirta pasti mati. Sekarang para pejabat tidak takut lagi sehingga mulai berteriak."Pemuda ini kelihatan sangat percaya diri, bukan cuma menggertak. Dia memang nggak takut pada kita ....""Apa dia itu orang gila?""Beraninya dia berbicara dengan som
Arata melihat sekilas Tirta yang tetap bersikap tenang, lalu berusaha menjelaskan, "Um ... Pak Presiden, aku nggak pernah bilang bisa menangkap Tirta. Aku juga nggak merasa mampu melakukannya. Aku rasa seharusnya Bapak menerima informasi yang salah."Arata menambahkan, "Pak Tirta cuma datang ke rumah presiden Negara Yumai untuk mengurus sesuatu. Aku kebetulan bertemu dengannya dan sekalian datang bersamanya."Sagara melihat Arata bersikap hormat kepada Tirta, bahkan takut kepadanya. Sagara menegur, "Datang ke rumah presiden Negara Yumai untuk mengurus sesuatu? Haha, nyalinya besar sekali! Tapi ... Arata, dilihat dari sikapmu, jangan-jangan kamu mengkhianati Negara Yumai dan menjadi budak pemuda ini?"Tadi Sagara masih memuji Arata. Dia merasa dirinya tidak salah pilih orang. Sekarang, Sagara merasa malu.Saat bicara, Sagara juga terus mengamati Tirta. Dia menyadari Tirta sama sekali tidak takut menghadapi musuh dalam jumlah banyak. Tirta tetap bersikap tenang padahal usianya masih muda
Apalagi, sekarang pasukan Negara Darsia masih berada di area perbatasan maritim. Para pejabat merasa takut.Melihat sikap para pejabat, Sagara marah-marah lagi, "Kenapa? Dasar segerombolan pecundang, masa kalian sama sekali nggak punya ide?"Tiba-tiba, terdengar teriakan panik dari luar ruang tamu. "Gawat ... Pak Presiden, Pak Arata sudah kembali ...."Tampak seseorang berlari masuk terhuyung-huyung. Wajahnya pucat pasi. Selain itu, terdengar suara tembakan beruntun yang terus bergema di ruang tamu.Semua pejabat bertatapan. Mereka kewalahan karena ini adalah pertama kalinya mereka mengalami hal seperti ini. Semuanya berkomentar."Apa yang terjadi? Rumah presiden ini tempat penting, siapa yang menembak?""Jangan-jangan Arata? Apa dia mau memberontak?"Sagara memang bingung, tetapi dia tetap mempertahankan wibawanya sebagai presiden. Sagara bertanya dengan ekspresi muram, "Memangnya kenapa kalau dia kembali? Untuk apa kamu panik? Siapa yang menembak di luar?"Orang itu melapor, "Bukan b
Begitu pejabat diplomatik itu melontarkan ucapannya, wajah Sagara merah padam. Dia berteriak marah, "Sialan, mereka atau kamu yang meremehkan Negara Yumai? Kamu itu pejabat diplomatik yang hidup di Negara Yumai! Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu di depan aku dan begitu banyak pejabat?"Sagara memerintah, "Pengawal, seret dia keluar dan bunuh dia!"Suara Sagara yang marah bergema di ruang tamu. Puluhan prajurit yang sama seperti anggota Badan Perlindungan Negara Darsia maju tanpa ragu untuk mengangkat pejabat diplomatik itu keluar.Pejabat diplomatik itu sudah diangkat, tetapi dia berusaha bicara dengan suara serak, "Pak Presiden, apa yang kubilang memang kenyataan. Justru karena aku ini pejabat diplomatik dari Negara Yumai, makanya aku lebih memahaminya daripada Bapak.""Sekarang perkembangan Negara Darsia yang cepat sangat mengerikan. Itulah sebabnya aku mempertaruhkan nyawaku untuk membujuk Bapak berhenti melawan Tirta dan berdamai dengan Negara Darsia. Kalau nggak, Negara Yumai p
Ilona memandang Tirta dengan ekspresi kagum. Selain itu, Tirta merasa ekspresi Ilona tampak sedikit ambigu.Tirta mengamati Ilona dengan ekspresi misterius sambil membatin, 'Eh? Jangan-jangan ... Bu Ilona juga ingin aku melatihnya? Apa aku yang berpikiran kotor?'Tirta berencana kelak dia akan mencari kesempatan untuk mencobanya. Sesudah menunggu beberapa saat lagi, tampak anjing hitam yang menggigit ponsel Tirta di trotoar dekat restoran. Dia berlari ke arah Tirta dengan gesit. Anjing hitam terlihat seperti sapi yang kekar.Begitu sampai, anjing hitam membuang ponsel Tirta ke depan kakinya dan mendesak, "Hei, aku sudah sampai. Di mana tempat yang kamu bilang? Cepat bawa aku ke sana. Kita usahakan kembali dalam waktu dua jam."Tirta melambai, lalu ponsel langsung terbang ke tangannya. Dia berjalan ke mobil sambil berucap, "Nggak usah cemas, aku pasti bawa kamu kembali. Ikut aku naik ke mobil. Setelah sampai, ikuti arahanku. Kalau nggak, jangan salahkan pembagianku nggak adil.""Oke, ak







