Share

62. Tunggu aku

Ini begitu mendadak. Padahal kami berjanji untuk bertemu esok hari, namun sekarang ia malah mengirimkanku surat seolah tidak bisa diomongkan secara empat mata. Aku selalu butuh waktu untuk berpikir, sedangkan Esa tidak. Ia tipe orang yang ingin segala permasalahannya bisa diselesaikan hari itu juga.

“Halo, kamu di mana?” tanyaku saat mengapit ponsel itu antara pipi dan bahu. Kedua tangan sedang memasang kaus kaki.

“Rumah,” jawabnya lesu. Ia tidak terdengar seperti baru habis bangun tidur. Apa dia begadang lagi? Bisa jadi. Dia mengirimkanku surat pagi ini.

“Jangan ke mana-mana, ya. Aku ke sana sekarang.”

Mau tidak mau aku jadi rapi. Entah mengapa dikirimi bunga dan surat malah membuatku takut karena seperti pertanda ia ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

***

“Hai,” sapanya santai selepas aku berlari gupuh masuk ke dalam rumahnya tepat setelah melepaskan sepatu di depan. Sejauh ini tak ada luka yang terlihat. Ia memakai celana katun coklat dengan kemeja panjang putih. Tersenyum bersa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status