Share

#048 Dendam yang Lama

Author: aisakurachan
last update Last Updated: 2025-08-13 08:21:07

Trey tersentak, sampai terlihat seperti baru saja tertampar, saat mendengar Amber mengatakan alasan itu.

Tidak pernah dalam hidupnya. Trey bermimpi salah satu anaknya akan mengatakan hal seperti itu. Selama ini dia merasa jika semuanya baik-baik saja. Tidak merasa ada luka apa pun yang timbul di dalam keluarganya.

Tapi Amber yang terlihat terengah setelah berteriak, menggambarkan Jika dia juga telah lama menyimpan luka itu. Dan Amber bahkan belum selesai.

“Kau terlalu menyayangi pelayan itu, kau sama sekali tidak memperhatikan diriku!”

“Tutup mulutmu! Jangan bohong!”

Bree langsung menyahut. Dia juga tidak akan membiarkan Amber melukai ayahnya lebih dari ini.

“Kau mengatakan Ayah lebih memperhatikan aku dan juga ibuku dan tidak memperhatikanmu?” Bree maju mendekati Amber, sambil menunjuk kotak jarum yang tergeletak di lantai.

“Itu adalah bentuk kasih sayang dari ayah untukmu. Jarum itu mahal dan langka. Kau pikir mudah mendapatkannya? Tapi ayah mendapatkannya untukmu!”

“Kau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #080 Ranjang yang Sama

    Itulah segala kejanggalan dan firasat yang sejak tadi tidak bisa ditunjuk dengan benar oleh Bree. Semenjak mendengar jika seluruh kamar di lantai ini dibongkar, Bree mulai merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi, dan terjadilah. Impiannya untuk bebas memakai kamarnya kembali musnah. Bree tentu saja ingin memaki dengan sangat keras, tapi sudah tidak bisa. Sejak tadi dia sudah menunjukkan sikap yang begitu pengertian kepada Campy, bahkan membela saat Rad menegur. Bree tak bisa menjilat ludahnya sendiri, dengan memaki pada Campy. Dia tidak bisa mengubah sikap begitu saja. Bree mendecak sambil melirik ke arah Rad, yang kenapa malah menatapnya dengan wajah datar. Bree ingin meneriakkan banyak hal, tapi sadar tidak akan berguna. Memang tak ada pilihan yang lain. “Terserah kau sajalah!” Bree akhirnya hanya bisa masuk ke dalam kamarnya dengan langkah yang cukup keras, karena tentu saja kesal. *** “Kau mengerikan!” Rad menunjuk wajah Campy dan mendesis, begitu Bree tak terlihat lag

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #079 Kejanggalan yang Menyebalkan

    Rad mungkin tidak percaya karena dia punya alasan kuat untuk curiga, tapi Bree percaya sepenuhnya. Matanya membesar, menatap atap yang runtuh itu. "Apa yang terjadi? Apa ada badai?" tanyanya. Tapi seharusnya tidak, meski diluar mendung tanpa bintang, tapi tidak ada hujan yang turun. Angin memang cukup kencang, tapi Bree tidak membayangkan akan cukup untuk menerbangkan atap kastil. “Bukan badai, Duchess. Tapi serangga Saya sangat menyesal karena terlambat mendeteksi keberadaannya.” Campy membungkuk sampai terlihat hampir melipat tubuhnya, yang di mata Bree terlihat sebagai penyesalan yang amat sangat. Namun tidak untuk Rad. Dia seolah bisa melihat mulut baru membuka di belakang kepala Campy saat membungkuk, dan mulut itu sedang menyunggingkan senyum. Senyum puas, karena tahu Rad tidak bisa memarahinya di hadapan Bree. Hal tentang tugas itu tak boleh sekalipun tersebut di hadapan Bree, maka sekarang Rad tidak mungkin marah pada Campy. Kemarahan itu sudah pasti menyebut tentang tug

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #078 Pilihan yang Tidak Terkatakan

    “Kau yakin Mir tidak akan terbebani?” Rad menggeleng, sambil menunjuk badan Mir. “Apa kau melihat otot yang ada di sana? Dia bisa mengangkut tiga atau empat orang. Barang yang kau beli tidak sampai sama dengan berat satu orang. Tidak masalah.” Rad mengikat kantong yang ada pada pelana Mir, yang kini penuh dengan barang yang dibeli Bree. Hasil Bree tidak menahan diri kini terlihat nyata. Kantong itu penuh sesak, dengan beberapa gulungan kanvas kosong menyembul di sana. “Ayo.” Bree kali ini lebih siap, tidak lagi memekik saat Rad mengangkatnya ke atas punggung Mir, tapi bukan berarti Bree tidak terpengaruh. Tubuhnya kembali hangat saat tangan Rad mencengkeram pinggangnya. “Kita pulang? Atau kau membutuhkan yang lain?” tanya Rad. “Pulang. Itu.” Bree menunjuk langit yang sekarang sudah hampir gelap, bukan karena matahari yang sudah akan terbenam, tapi juga mendung yang semakin tebal. “Hmm… Aku masih ingin membawamu ke suatu tempat, tapi aku rasa lain kali. Kita pulang saja.” Rad se

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #077 Belanja yang Santai

    Toko yang mereka datangi ternyata tidak khusus hanya menjual tinta dan kuas yang dicari Bree. Toko itu juga menjual beberapa bahan makanan, seperti tepung gandum dan juga kentang yang berada di dalam drum kayu di area depan toko. Meski tidak terlihat meyakinkan, tapi ternyata pembeli yang berada di dalam cukup padat. “Ada yang bisa kami bantu, Tuan?” Pelayan toko menyapa Rad. “Tinta. Kau punya?” kata Bree. “Tentu saja kami punya.” Pelayan itu menunjuk sudut yang terlihat lebih sepi daripada yang lainnya. Tinta dan perlengkapan menulis tidak terlalu populer memang. Kebanyakan orang akan mencari makanan dan pakaian. “Kamu punya tinta yang sangat bagus. Anda bisa memilih di sini,” penjaga toko itu, mulai memuji barang dagangannya. “Kami tidak ingin barang yang murah. Keluarkan persediaan tinta milikmu yang paling bagus.” Rad tidak ingin membuang waktu. “Wah… Tipe pembeli yang saya suka. Baiklah, tunggu sebentar.” Pria itu lalu mencari pada tumpukan rak yang ada di belakangnya. Di

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #076 Kapal yang Indah

    Rad sedikit memiringkan tubuh, lalu tangan yang satu lagi meraih pinggang Bree, dan mengangkatnya ke atas kuda dengan sangat mudah. Bree sedikit kaget, karena gerakan yang sulit itu, dilakukan dengan amat mudah dan cepat oleh Rad. “Berpegangan. Aku akan memacu Mir dengan kecepatan penuh. Kita bisa sampai di kota sebelum tengah nantinya,” kata Rad, sambil menaikkan tudung jubahnya. Kali ini Rad juga memakai sarung tangan. Meski cuaca tidak cerah, Rad bersiap-siap jika ada perubahan. Bree sedikit memiringkan tubuh, dan ikut menaikkan tudung jubahnya. Telinganya geli, saat Rad berbicara tadi. “Kau siap?” Rad melihat tangan Bree, bergerak menggenggam bagian depan pelana. Setelah Bree mengangguk, Rad menghela, dan Mir melesat cepat sesuai dengan keinginan Rad. Tidak lama mereka hanya terlihat sebagai titik hitam yang menjauh. Di dekat pintu, terlihat Campy tersenyum menatap titik hitam itu. Setelah tidak terlihat, dia melambai pada Aima yang tentu juga ditinggalkan oleh Bree. “Kata

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #075 Kuda yang Hanya Satu

    “Memang kenapa aku tidak boleh pergi kemana-mana? Ini hanya pergi ke kota untuk berbelanja!” Bree memprotes keras sambil melipat lengannya di depan dada. Tentu saja firasat Rad benar. Bree akan melawan dengan tangguh. Jelas bukan ini yang diharapkan Rad untuk terjadi saat mengusulkan Bree untuk melukis lagi. “Katakan saja pada Campy, dia akan tahu…” “Tidak! Dia tidak akan tahu apa yang aku inginkan. Memilih tinta dan kanvas adalah pekerjaan yang harus aku lakukan sendiri. Warna tinta mungkin terlihat sama bagi semua orang, tapi tidak untukku. Hanya aku yang bisa memilih.” Rad mendecak, karena alasan itu masuk akal. “Memang kenapa kalau aku ke kota?” Bree tak paham dengan larangan ini, karena di Le Mans dia dibebaskan oleh Trey pergi kemana saja. “Karena berbahaya? Apa kau pernah ke tengah kota Marseilles? Jalan di sana termasuk sangat ramai. Kau bisa tersesat nanti.” “Omong kosong! Saat di Le Mans aku selalu ke kota sendiri, tidak harus bersama Ayah. Aku tidak akan tersesat.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status