Seharian itu aku tidak fokus. Setelah Reno menjemputku, kami langsung berangkat ke Sanur. Aku lebih banyak diam saat dia menjelaskan panjang lebar tentang hotelnya ditengah perjalanan kami.
Sudah lama Reno tahu kalau kak Drian bukan tunangan, tapi suami kakakku dan dia tertawa saat tahu dulu kami berbohong. Dia sempat curiga kenapa kak Drian begitu dekat denganku dan aku hanya bilang kalau kak Drian dan Brian sudah seperti kakakku sendiri, pastinya mereka harus menjagaku dari cowok hidung belang seperti dia dan dia hanya terbahak-bahak.
Aku merasa nyaman dengan Moreno, entah apakah aku punya perasaan sayang padanya, tapi aku suka berdekatan dengannya. Dia orangnya santai dan menyenangkan.
Dan sekarang aku sedikit merasa bersalah karena membiarkan diriku terpengaruh dengan kehadiran kak Drian padahal aku sedang bersamanya.
Moreno terlalu mengenal kebiasaanku. Dia menyadari bahwa aku tidak terlalu memperhatikan ucapannya sedari tadi. Aku beralasan bahwa sem
Pukul 8 malam Reno pulang setelah kami makan malam. Aku bilang bahwa besok aku ingin dirumah saja, lagipula besok dia bilang akan cukup sibuk bertemu klien.Aku mengantarnya sampai ke bawah. Lalu aku berkeliling di sekitar kolam renang. Sepertinya berenang sebentar bisa buat aku cepat tidur nih..Suasana apartemen tidak ramai, dan orang jarang berenang malam. Aku naik ke unitku, lalu memakai bikini sopan dan kaos gombrong untuk menutupinya. Lalu aku turun dan membukanya setelah kembali lagi ke kolam.Tanpa pemanasan aku berenang bolak- balik berharap energiku terkuras sehingga aku akan tidur nyenyak dan melupakan banyak hal hari ini.Tapi perhitunganku salah, karena tidak pemanasan kakiku kram dan aku masih setengah perjalanan alias tepat ditengah kolam bagian dalam dan aku berusaha bergerak ke samping tapi kakiku semakin sakit.Aku mulai melambat dan kehilangan tenaga untuk tetap mengeluarkan kepalaku di atas air dan beberapa kali tenggelam.
Aku melangkah gontai ke arah apartemen kak Elle siang ini. Membayangkan harus bertemu dengan kak Drian setelah ucapannya kemarin rasanya tidak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menolak saat kakakku bilang sedang kurang enak badan dan minta dibawakan obat masuk angin.Dahiku berkerut melihat sebuah sepatu kets menahan pintu tertutup."Kak..."Aku membuka perlahan pintu itu. Tidak terlihat siapapun. Aku berjalan perlahan ke dapur, dan kembali ke arah kamar. Aku melihat beberapa baju dan pakaian dalam berserakan sepanjang jalan menuju kamar dan aku mengepalkan tanganku.Astaga, aku memejamkan mataku. Aku tahu adegan ini, adegan seperti di film-film dimana sepasang kekasih terburu-buru untuk memadu kasih ke......"Masih pusing?"Mataku terbelalak, aku yakin itu suara manusai bukan kucing atau apapun juga. Aku melangkah perlahan dan mendengar suara cowok tapi kok sepertinya bukan suara kak Drian. Suara cowok itu lebih cempr
Aku membuka pintu apartemenku, lalu mempersilahkan kak Drian masuk. Aku meletakkan kunci di meja dan berjalan ke dapur. Entah mau apa aku mengajaknya kemari?Aku tidak berpikir panjang tadi, aku hanya mengira kalau kami kembali ke apartemen kak Elle dan ternyata mereka masih berdua disana, aduh... Membayangkannya saja aku tidak mau.Tapi apa kak Drian selama ini tidak pernah curiga meninggalkan istrinya dekat dengan saudaranya sendiri? Apalagi mereka tinggal satu bangunan. Aku menggeleng berusaha menyingkirkan keparnoan di otakku."Dek, kamu tadi udah ketemu kak Elle?"Lagi-lagi, perasaan bersalah menyergap. Aku menyaksikan apa yang aku tidak duga dan sekarang aku harus menutupi perselingkuhan kakakku."Kak.. kalau orang yang kakak cintai selingkuh gimana?" Tanpa sadar aku bertanya.Dia menatapku heran. "Kok tiba-tiba tanya begitu?"Aku duduk lemas di meja makan minimalis. Apa aku harus bilang jujur sekarang? Tapi kak Drian baru balik
Pernahkah kalian merasa salah mencintai seseorang? Tapi tidak berupaya untuk menghentikan perasaan kalian?Itu yang aku rasakan saat ini. Aku merasa bersalah mencintai suami orang, tapi aku tidak bisa menghentikan perasaan yang semakin menjadi. Ditambah rasa bersalah karena menutupi keburukan kakakku membuatku tidak bisa menjauh.Entah bagaimana malam itu kak Drian menginap ditempatku. Katanya kak Elle dan kak Brian harus entertain klien penting. Jadi pulangnya bisa pagi dan itu sudah biasa mereka lakukan karena pekerjaan mereka berkaitan dengan pejabat-pejabat penting sehingga tidak aneh kalau mereka mengentertainsebagai imbalan atas kerjasama mereka. Dan kak Drian merasa tidak masalah.Kami cerita panjang lebar tentang seperti apa kehidupan kami selama tiga tahun belakangan ini. Bagaimana sekolah kedokterannya dan bagaimana kuliah dan pekerjaanku."Terus kok kamu bisa pacaran sama Moreno? Aku ga suka dia.." wajahnya berubah tidak senang.
Fix, aku menjadi selingkuhan pria bersuami di umurku yang baru 21 tahun ini. Gila kalau memikirkan bagaimana akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan seminggu yang lalu. Kak Drian sedang pulang ke Jakarta karena dia belum menemui kedua orangtuanya pasca kembali dari San Francisco. Aku melambung saat dia bilang ingin segera bertemu denganku makanya dia langsung ke Bali saat tau aku ada disini.Perasaanku membuncah, aku tidak bisa menutupi kebahagiaanku. Seolah ada benang tak kasat mata menarik bibirku agar terus tersenyum lebar. Tapi senyumku memudar ketika aku sampai di kantor di hari pertamaku, saat masuk kedalam ruangan baruku dan melihat vas bunga dengan rangkaian lily indah kesukaanku, tergeletak cantik di meja.'Happy First Day at Office'Aku membaca dengan gundah pengirim bunga indah itu untukku. Moreno.Aku menjatuhkan tubuhku di kursi kerja dan bingung dengan apa yang harus aku lakukan pada pria itu. Semalam kak Drian bil
Aku megap-megap kehabisan napas. Mataku melotot melihat tindakannya."Kak...mmmmpppph...."Dia kembali menciumku.Bukan... bukan...Memakan bibirku tepatnya, dan aku hanya memukul dadanya karena dia tidak memberi
Ting.... Suara pesan masuk diponselku berbunyi.An..Babe.. lagi apa? Kamu udah makan? Kamu mau masak apa malam ini? Rasanya aku udah ga sabar mau makan kamu.... Eh, masakan kamu...Aku mengulum senyum menatap pesan yang dikirimkan kak Drian. Tadi siang dia sampai di Bali dan aku sudah tidak sabar ingin bertemu. Kalau saja pekerjaanku tidak banyak aku pasti akan menjemputnya di bandara. Malam ini dia mengajakku dinner tapi aku bilang ingin masak. Lagipula banyak hal yang ingin aku tanyakan pada kak Drian, jadi lebih baik kami dinner dirumah.Setelah membalas aku menyelesaikan pekerjaanku dan merencanakan bahan masakan yang akan aku beli sore nanti sepulang kerja.Kak Drian jago masak segala masakan. Aku tidak yakin dia akan suka masakanku. Aku harus buat sesuatu yang spesial tapi apa ya?Mataku menyusuri lorong sayur dan daging-dagingan. Aku sudah mengambil bumbu dasar dan bumbu lainnya. Sete
Kami masih terdiam saling menatap dan terpaku. Mataku seolah terkunci, mengerjap pun rasanya tidak bisa. Saat kak Drian menjauhkan tangannya dan menutup mukanya, aku tersadar dan langsung melesat ke kamar mandi. Jantungku berdebar. Apa yang akan terjadi kalau tadi dia tidak berhenti? Rasanya penasaran tapi aku takut. Suara pintu kamar tertutup dan aku mengintip. Dia sudah keluar dan aku mengguyur tubuhku yang terasa panas. Sepuluh menit kemudian baru aku keluar dengan pakaian lengkap dan dia sudah duduk di meja dapur menatapku. Pandangan kami berdua berubah kikuk. Aku berdehem menghilangkan gugup. "Mau makan sekarang?" Dia hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Aku melangkah gugup ke dekat kompor dan menyiapkan salmonnya. Dia masih tetap diam dan duduk memperhatikanku. Duh, jadi canggung gini? Untungnya masak salmon itu tidak perlu lama. Sepuluh menit kemudian kami sudah mulai makan sambil berbincang. Kak Drian mencairkan suasana dan