Home / All / G.A.L.E / Awas!

Share

Awas!

Author: Nadca
last update Last Updated: 2021-08-25 18:00:00

Sementara itu, Gale masih diam terpaku di tempat. Matanya menatap lurus menembus kaca depan mobil. Di zebra cross sana beberapa anak berbaris menuju ke seberang jalan. Namun, bukan itu yang berhasil menyita perhatiannya. Melainkan seorang gadis yang sedang mengatur anak-anak itu.

“Ayo, anak-anak.” Sang gadis tampak memberikan instruksi agar anak-anak mulai berjalan.

Rambut panjang gadis itu dibiarkan terurai begitu saja. Tampak terayun-ayun dengan indah. Belum lagi ditambah dengan caranya mengarahkan anak-anak. Meski terlihat sedikit kesulitan, ia tetap tersenyum dengan manis. Jiwa keibuan terpancar dari sosoknya.

Benar-benar sihir yang hebat untuk seorang Gale. Ia sampai lupa diri kalau mereka sedang dikejar-kejar oleh musuh sekarang. Pesona yang sangat kuat dari seorang pengasuh anak-anak di tengah jalan. Bahkan Gale merasa dunianya seperti berhenti sekarang. Tidak ada yang bergerak, bahkan detak jantungnya sendiri.

“Seperti malaikat,” gumam Gale dengan lirih. Entah pada siapa. Matanya nyaris tidak berkedip.

Lirihan tersebut masih bisa ditangkap oleh telinga Ben dengan jelas. Ben pun mengikuti arah pandang Gale. Ia melihat hal yang sama. Gadis itu memang cantik, tetapi terasa biasa saja untuk Ben. Ia sendiri tidak mengerti kenapa sahabatnya sampai bisa membeku seperti ini.

“Eh!” seru Gale tiba-tiba. Badannya bereaksi dengan cepat seolah ada yang mengejutkannya.

Tentu saja Ben juga ikut terkejut dibuatnya. Dengan cepat, Ben mencari tahu apa yang sedang terjadi. Seorang anak baru saja terjatuh di atas aspal. Tali sepatu anak tersebut lepas dan ia menginjak tali sepatunya sendiri sampai jatuh.

Gadis pujaan Gale tampak terkejut dan langsung membantu anak itu untuk berdiri. Wajahnya terlihat sedikit panik. Ia berusaha menggendong, tetapi postur tubuh anak yang lumayan tambun itu membuatnya sedikit kesulitan. Hal itu membuatnya menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari bantuan.

Tanpa pikir panjang, Gale langsung membuka pintu mobil dan berusaha untuk berlari ke arah anak tersebut. Ben yang baru tersadar ikut terkejut.

“Gale! Kau mau ke mana?” seru Ben menoleh ke kursi Gale.

Sayangnya, seruan tersebut terlambat beberapa detik. Gale sudah ada di luar mobil sekarang.

“Gale! Jangan gila!” Ben kembali berseru. Dengan panik, Ben melihat ke belakang untuk mengira-ngira musuh mereka ada di mana.

Sekarang jarak mereka hanya tinggal beberapa puluh meter. Dengan kecepatan laju kendaraan yang konstan, mereka akan mudah untuk disusul sekarang. Di belakang mereka juga kendaraan tidak terlalu banyak. Dengan kondisi Gale ada di luar mobil tanpa senjata apa pun, ia akan mudah untuk ditaklukkan. Bahkan mungkin sebutir peluru pun tidak akan bisa ia hindari.

Kedatangan Gale membuat gadis berambut pirang keemasan itu terkejut. Namun, melihat Gale tiba-tiba mengangkat salah satu anak asuhnya, ia langsung mengangguk. Gale menggendong anak tersebut ke seberang jalan. Sementara sang gadis mengikuti dari belakang.

“Lain kali hati-hati, ya,” pesan Gale pada sang anak sebelum pergi. Tidak lupa ia mengelus lembut rambut anak tersebut.

“Terima kasih,” ucap sang anak sambil menahan sakit di lututnya.

Gale hanya mengangguk dan melirik gadis cantik itu sekilas. Si gadis juga mengucapkan terima kasih. Tidak lupa dibumbuhi dengan senyum manis. Hal yang membuat Gale semakin melayang-layang tak tentu arah. Jantungnya benar-benar berdetak kencang sekarang. Bahkan jauh lebih kencang dibanding sebelumnya.

Sambil berjalan mundur, Gale melihat sosok itu semakin bercahaya. Si gadis melambaikan tangan, dibalas oleh Gale dengan lambaian tangan pula. Dunianya benar-benar berjalan lambat sekarang. Bahkan ia bisa melihat gadis itu berkedip dengan pelan.

“Awas!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • G.A.L.E   Telur Mata Sapi

    “Maaf untuk apa, Sayang? Kau tidak perlu minta maaf. Aku senang karena akhirnya kita bisa bertemu lagi. Aku takut sekali kalau kau hilang.” Gil mengelus rambut Kate dengan halus.Kalimat tersebut terdengar menyakitkan di telinga. Membuat air mata Kate tidak berhenti mengalir. Bahkan sampai membasahi baju Gil.Lihatlah, lelaki itu begitu menyayanginya. Namun, ia sama sekali tidak bisa menceritakan apa yang sudah terjadi. Ia tidak ingin Gil kecewa. Karena hal itu pasti akan berakibat buruk pada kesehatan Gil nantinya.Dalam hati, Kate bertekad untuk menyimpan semua cerita ini sendiri. Alangkah lebih baiknya jika tidak diketahui oleh siapa pun, termasuk Gil. Biarlah kejadian kelam malam itu menjadi kenangan buruk yang jauh tertinggal di belakang sana.“Kau ke mana saja?” Gil melepaskan pelukan dan mengusap air mata di pipi Kate. Bibirnya tampak bergetar ketika mengatakan hal ini. Pertanda betapa hebat gejolak perasaannya di dalam sana

  • G.A.L.E   Maafkan Kate, Ayah!

    Entah butuh waktu berapa lama untuk Kate sampai di rumah. Yang pasti, matahari sudah sempurna tenggelam ketika akhirnya ia sampai di depan pintu rumah.Rumah kecil di permukiman padat penduduk itu terlihat sepi. Kate mendongak dan menatap tulisan Gil Dalton dengan nanar. Hatinya langsung mencelos mengingat ayahnya.Tangan kecil Kate mendorong pintu yang tidak terkunci. Pelan-pelan sekali ia melakukannya. Seolah takut bangunan ringkih ini akan roboh karena sentuhan tangannya. Begitu pintu sudah terbuka sempurna, hanya ruangan kosong dan lengang yang menyapa. Sama sekali tidak ada orang.“Ayah ke mana?” Kate berbicara dalam hati. Ia belum berani mengeluarkan suara. Lebih tepatnya tidak ingin Gil melihatnya dalam keadaan berantakan seperti ini.Pelan-pelan sekali ia mencoba masuk. Kemudian menutup pintu di belakangnya tanpa suara. Ia terlihat seperti maling yang sedang mengendap-endap memasuki rumah orang. Padahal ini adalah rumah ayahnya sendiri

  • G.A.L.E   Lihatlah Gadis Itu!

    “Hei! Lihatlah gadis itu!” Seorang ibu paruh baya berbicara pada temannya sembari menunjuk Kate.Yang ditunjuk hanya bisa menunduk sembari berjalan dengan tertatih. Ia tahu pasti akan menyita perhatian orang. Bagaimana tidak? Penampilannya sungguh acak-acakan. Rambut berantakan, wajah kusut, baju dan celana sobek, badan membiru dan lebam. Tentu saja orang akan bertanya-tanya.Rupanya seruan itu membuat orang-orang yang ada di jalan refleks menoleh. Tentu saja sama seperti yang dipikirkan oleh Kate. Mereka semua memandangnya dengan heran. Kening-kening berkerut, jari-jari menunjuk, mulut-mulut berbisik.“Mama, Mama, apakah itu orang gila?” Seorang anak kecil bertanya pada ibunya sambil menunjuk Kate.Wajar saja kalau anak kecil itu berpikir demikian. Penampilan Kate memang sangat tidak meyakinkan untuk disebut manusia normal.Dituduh seperti itu, hati Kate rasanya sakit sekali. Ia benar-benar tidak memiliki harga diri sekaran

  • G.A.L.E   Aku Harus Pulang!

    Bumi berputar sebagaimana mestinya. Sama sekali tidak peduli dengan seorang gadis malang yang kembali tidak sadarkan diri di lantai sebuah bangunan kosong. Gadis yang kehilangan seluruh harapan hidup karena tingkah manusia serakah tak punya hati.Kadang semesta memang memberikan rasa sakit tak berkesudahan untuk segelintir orang. Rasa sakit yang tidak akan pernah ditemukan obatnya. Yang setiap harinya akan terus mengalirkan darah tak kasat mata. Luka menganga yang tidak akan bisa dilihat oleh mata manusia normal. Hanya orang-orang berhati bijak yang akan menyadari betapa dalamnya luka tersebut.Akan tetapi, semesta selalu bekerja dua sisi. Ketika memberikan rasa sakit, ia juga sedang menyiapkan alasan di balik semua itu. Sama seperti yang dialami oleh Kate sekarang. Memang saat ini ia belum mengerti atau mungkin tidak akan pernah mengerti. Namun, kejadian hari ini sangatlah berarti untuk seseorang di masa depan sana. Seseorang yang tidak sengaja terhubung dengannya nan

  • G.A.L.E   Kenapa Aku, Tuhan?

    “Apa yang sudah terjadi?” Kate berseru histeris. Entah kekuatan dari mana yang membuatnya bisa berteriak sekuat itu.Bagaimana tidak histeris? Ia terduduk di atas tanah tanpa ada selembar benang pun yang menempel di badannya. Dengan cepat ia mengedarkan pandangan. Bajunya berceceran tidak jauh darinya.Tanpa pikir panjang, gadis malang itu beringsut untuk memungut pakaian. Wajahnya bersemu merah. Sedih, marah, malu, semuanya bercampur di sana. Benar-benar tidak bisa dideskripsikan dengan kalimat. “Apa yang sudah terjadi sebenarnya?” batinnya sambil terus bergerak.Sayangnya, baju itu tidak lagi utuh. Selain kotor, ada beberapa bagian yang sobek. Sepertinya ditarik dengan paksa. Namun, ia tetap mencoba untuk mengenakannya. Lebih baik ada yang sedikit sobek daripada tidak memakai selembar kain pun.Setelah bersusah payah untuk menggerakkan badan ketika memakai baju, sekarang penampilan Kate sedikit lebih baik. Meski masih sama kacaun

  • G.A.L.E   Tolong Aku!

    Arizona, 1984Matahari sudah keluar dari peraduannya sejak tadi. Menghangatkan tanah yang diguyur hujan deras semalam. Menguapkan embun yang masih bertengger di atas dedaunan.Di ujung gang dekat rumah kosong, Kate tergeletak tidak berdaya. Hangatnya matahari pagi bahkan tidak bisa membuatnya tersadar. Ia masih diam di tempat. Tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kalau saja gang ini dilewati orang, pasti mereka akan berpikir kalau Kate adalah seorang mayat.Tanpa peduli dengan tubuh lemah yang tergolek di bawah sana, matahari terus saja beranjak naik. Melaksanakan tugas hariannya. Menghangatkan bumi untuk kemudian memanggangnya. Seperti siang ini misalnya. Suhu bumi meningkat beberapa derajat dibanding tadi pagi. Matahari sedang semangat-semangatnya memancarkan sinar.“Bangun, Kate!” Kesiur angin seolah berbisik membangunkan gadis tersenyum.Perlahan-lahan, Kate menggerakkan jari. Untuk kemudian mulai membuka mata. Namun, r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status