Share

Bab 6. Iblis Kecil Penggoda

"Eiiittsss, jangan sentuh, jangan sentuh! Ingat, Kamu masih dalam masa hukuman, tinggal dua hari lagi," peringat gadis yang sedang asik makan di depan Felix kali ini, siapa lagi kalau bukan Ara.

Felix datang dan mengunjungi Ara setiap hari ke apartemen gadis itu. Seperti hari ini, ia datang dengan membawa satu kotak pizza sebagai buah tangan.

Bukannya memeluk atau mencium Felix sebagai ucapan terima kasih, Ara malahan cuma mengambil kotak pizza-nya dan menjaga jarak dari pria itu, Ia bahkan tak mau duduk terlalu dekat.

Felix yang menjalani hukumannya selama lima hari ini terasa bagai di neraka. Oke, itu mungkin berlebihan, tetapi sungguh, ia dibuat tak berdaya oleh gadis manis, tetapi galak itu.

Ara selalu berkeliaran di apartemen dengan celana pendek dan kaos atau kemeja kebesaran yang membuat Felix gemas setengah mati, tetapi karena hukuman sialan ini, ia tak bisa berbuat apa pun.

"Kapan ini akan berakhir?" tanya Felix gusar. Ia terlihat sangat frustrasi, rasanya tak akan sanggup menjalani hukumannya lagi walaupun hanya tersisa dua hari.

"Tinggal dua hari lagi," jawab Ara santai, ia sangat menikmati masa-masa di mana Felix sedang menjalani hukumannya. Walaupun tak bisa menyentuhnya sama sekali, pria itu tak pernah absen membawakan berbagai macam makanan untuknya.

Kemarin pria jangkung itu datang sambil membawa beberapa kotak es krim, kemarinnya lagi dia datang membawa nasi uduk yang enak sekali, Ara yang memang dasarnya suka makan dan suka barang gratisan tentu saja menerima semuanya dengan hati senang.

"Apa enggak ada keringanan?" tanya Felix. Ia benar-banar putus asa kali ini, kalau tahu akan begini akhirnya, ia tak akan mau dicium oleh Talitha, diajak bertemu saja mungkin ia tak akan setuju.

"Enggak!" tolak Ara tegas.

Felix selalu mengeluhkan hal yang sama setiap harinya, tetapi kali ini lebih parah. Pria itu bahkan sudah mengantukkan kepalanya ke meja beberapa kali. 'Sepertinya itu gejala awal akibat terlalu merindukanku,' batin Ara senang.

"Gimana kalau aku nyogok pakai pizza terenak di kota?" tanya Felix mencoba peruntungannya.

"Enggak!" tolak Ara tegas, ia tak mau disogok hanya dengan sekotak pizza, walaupun kedengarannya sangat menggiurkan, kalau ditambah barang lain mungkin akan Ara pertimbangkan. Eeh?!

"Ditambah tiga kotak es krim tiap hari, porsi besar," tawar Felix lagi. Pria itu tahu kalau gadis di depannya sangat suka makan, pizza sekotak saja dihabiskan sendiri. Herannya, Ara tetap tak gendut sama sekali, hanya sedikit berisi di beberapa bagian dan Felix menyukai hal itu.

"Masih enggak mau," jawab Ara santai.

"Ditambah Marshmellow lima bungkus." Felix juga tahu kalau Ara suka makanan manis.

Ara masih menggeleng, penawaran Felix memang cukup menarik, tetapi belum mampu membuatnya tergiur dan goyah.

"Kalau begitu shopping mall sore ini, sepuasnya." Ini penawaran terakhir Felix, ia sudah tak bisa memikirkan tawaran lain lagi.

Ara diam dan terlihat berpikir, sudah lama sekali ia ingin berbelanja dan jalan-jalan ke mall, ia tak mungkin menolaknya, kan?

"Oke, setuju."

Begitu mendengar hal tersebut, Felix langsung bangkit dan menghampiri gadis itu, ia bahkan sudah memeluknya dengan sangat erat.

"Akhirnya," gumam Felix, ia bahkan sudah menyelusupkan kepalanya ke ceruk leher gadis itu dan mulai menghirup wangi khas yang ia rindukan selama ini. Ara tercium seperti aroma stroberi yang sangat manis.

Tak puas sampai di situ, Felix berdiri dan menggendong tubuh Ara, ia menghempaskan tubuh keduanya di sofa kemudian memeluk gadis itu erat.

"Aaa, lepaskan aku," teriak Ara kesal. Felix benar-benar maniak dan seenaknya. "Fuaah! Aku enggak bisa napas, sialan!" raung Ara kesal sambil memukul dada pria yang tengah memeluknya seperti orang kesetanan ini.

Felix yang mengerti akhirnya mengubah posisi mereka, Ara berbaring di atas tubuhnya sekarang, napas gadis itu tak stabil, ia terengah. Felix terkekeh pelan. "Maaf, hehe."

Ara bangkit dan duduk di atas perut Felix, raut wajahnya terlihat cemberut. "Kalau aku kehabisan napas dan mati gimana?" tanyanya memasang tampang galak.

Felix tersenyum gemas, ia mencubit keras kedua pipi Ara.

"Aaw! Sakit," kata Ara, cubitan Felix sama sekali tak main-main. Terasa sangat panas di kedua pipinya, ia tak bercanda, matanya mulai berkaca-kaca dan siap menangis.

Felix yang melihat hal itu langsung panik, ia tak bermaksud menyakiti gadis ini, tetapi rasa gemas membuatnya melakukan hal tersebut.

"Jangan nangis, oke, aku minta maaf, apa masih sakit?" tanya Felix sambil mengusap pelan kedua pipi Ara yang terlihat memerah.

"Sakit," adu Ara.

"Aku harus apa supaya rasa sakitnya hilang?"

"Ayo ke mall sekarang!"

"Eh?"

"Ayo," kata Ara. Ia sudah tak sabar untuk bermain di mall dan belanja tentu saja. Ingat! Ara suka sekali dengan barang gratisan.

"Nanti sore aja, aku masih belum puas meluk Kamu," kata Felix dan memeluk gadis itu lagi.

"Aku mau sekarang, ayo!" seru Ara. Ia bahkan sudah merengek seperti anak kecil dan mulai memukul dada pria di bawahnya saat ini.

"Nanti aja, oke?" Felix masih kuekeh dengan rencana awalnya, ia masih ingin berduaan dengan Ara sekarang, setelah lima hari, inilah hari yang selama ini Felix tunggu.

Ara mulai cemberut, ia menjatuhkan kepalanya pelan dan menelusupkannya ke leher Felix. Baiklah, jika Felix tak dapat diajak dengan cara baik-baik, Ara akan mengeluarkan jurus andalannya kalau begitu.

Ara mulai meniup pelan leher cowok jangkung di bawahnya saat ini, ia bahkan sudah mulai mengecup kecil. Awalnya Felix tak menunjukkan reaksi apa pun, tetapi ketika Ara mulai mengecup jakunnya, pria itu terkesiap pelan dan mendesis.

Felix mulai mendorong kepala Ara menjauh dari lehernya. "Aku sensitif di bagian itu. Jadi, jangan-jangan coba," peringat Felix, bisa gawat nanti kalau ia tergoda.

"Aku enggak percaya, awas, aku belum selesai." Ara berucap tegas.

Ara kembali menelusupkan kepalanya ke leher Felix dan mulai mengecup jakun yang kata pria itu sebagai titik sensitif.

Felix melotot ngeri, saat ini Ara terlihat seperti iblis kecil penggoda di matanya.

"Ungh!" Satu lenguhan keluar dari bibir Felix. Ia benar-benar sensitif di bagian sana dan sekarang Ara menyerangnya dengan semangat di titik itu.

Ara masih terus melakukan sesuai dengan keinginan hatinya.

"U-udah, ugh, ayo ke--, ugh, hentikan dulu!" perintah Felix.

Ara menurut kali ini. Ia tersenyum ketika melihat tanda merah yang muncul di leher Felix.

"Aku kalah, oke. Kita ke mall sekarang, tapi biarkan aku beberapa menit di kamar mandi dulu." Felix berucap pelan sambil meringis, bagian bawah tubuhnya sudah sangat keras dan terasa ngilu. Ara benar-benar menguji batas pertahanannya.

"Oke!"​

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status