Beranda / Young Adult / GARA-GARA "KONTRAK PACAR" / Bab 5. Hukuman Untuk Felix

Share

Bab 5. Hukuman Untuk Felix

Penulis: Viaaf04
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-07 10:52:11

Talitha mendengus kesal, ia tak suka karena ada yang mengganggu ciumannya bersama Felix, apalagi oleh seorang gadis.

"Pergi!" seru Felix sekali lagi, suaranya lebih keras kali ini, tatapannya masih mengarah ke arah gadis di depannya--Ara.

Talitha tersenyum senang, Felix pasti sangat menikmati ciumannya dan tak suka diganggu, makanya ia sampai semarah itu. Talitha kasihan dengan gadis yang tak ia tahu namanya itu.

"Oke, aku pergi," kata Ara datar. Kalau Felix memang ingin ia pergi, maka ia akan segera pergi. Ia mulai membalikkan badannya, tetapi terhenti karena perkataan pria itu lagi.

"Bukan Kamu," kata Felix cepat dan berjalan mendekap gadis itu. Bukan Ara yang ia suruh pergi, melainkan Talitha. Tatapannya memang mengarah ke Ara, tetapi ia tak bermaksud seperti itu.

"Felix," raung Talitha marah melihat hal tersebut. Ia sudah senang karena mengira Felix lebih memilihnya dan mengusir gadis pengganggu itu, tetapi kenyataannya malah ia yang diusir. Awas saja nanti.

"Pergi sana!" perintah Felix dengan nada ketus, raut wajahnya terlihat garang, kali ini tatapannya tepat mengarah ke Talitha.

Talitha terlihat tak terima, tetapi ia tetap harus menurut, sambil mendengus dan mengentakkan kedua kakinya ia berucap. "Aku enggak akan menyerah, lihat aja nanti, ini belum berakhir," katanya seperti sebuah perjanjian.

Talitha mulai melangkah pergi ke luar basement dan menyisakan Felix dan Ara di sana. Mereka masih berpelukan, bukan, lebih tepatnya hanya Felix yang memeluk.

"Lepas!" teriak Ara nyaring. Ia tak menyangka kalau akan bertemu Felix di sini dan melihatnya sedang berciuman dengan wanita lain.

Ara baru saja selesai makan di restaurant dan akan segera pulang bersama temannya tadi sebelum melihat kejadian itu. Oh, Ara lupa, ia meninggalkan temannya dan berlari ke sini saat ia sepertinya mengenal sosok yang sedang berciuman itu. Awalnya ia dan temannya tak peduli tetapi ketika yakin salah satu orang itu adalah Felix, ia langsung menghampiri dan merusak momen dua sejoli itu.

"Lepasin!" teriak Ara sekali lagi. Ia bahkan sudah memukul punggung Felix kencang, tingkahnya sudah seperti kekasih yang cemburu beneran. Bukannya cemburu, tetapi harga dirinya terluka karena berani-beraninya Felix melanggar poin perjanjian yang telah mereka sepakati.

Bukannya mendengarkan dan menurut, Felix justru semakin mengeratkan dekapannya, Ia bahkan mencium ubun-ubun gadis tersebut.

"Jangan cium-cium, enggak sudi, najis!" teriak Ara kesal. Enak saja, bibir kotor yang sudah pria itu pakai untuk mencium wanita lain malah mau menciumnya, tak sudi dunia akhirat.

"Kamu salah paham, ayo pulang ke apartemen, aku jelasin di sana," kata Felix pelan sambil mengangkat tubuh Ara dan menggendongnya di depan seperti koala. Kalau tak seperti ini, gadis dalam gendongannya sekarang ini pasti akan kabur.

"Enggak mau! Hei, turunin aku, dasar berengsek, aku bisa pulang sendiri, turunin aku!" Ara berteriak heboh dan mengumpat, ia juga mengingat temannya yang masih menunggunya.

Felix tak mendengarkan dan tak marah sama sekali, biasanya kalau ada yang berani mengumpatnya, orang itu akan segera habis di tangannya, tetapi kali ini berbeda. Ia mencoba maklum dan terus melangkah.

Saat sudah sampai di mobilnya, ia membuka pintu dan mendudukkan Ara di kursi samping pengemudi kemudian menutup pintu dan berjalan ke pintu satunya. Ia masuk dan menghidupkan mobilnya cepat.

"Pasang sabuk pengamanmu!" perintahnya lembut pada Ara. Gadis tersebut terlihat seperti akan memakannya hidup-hidup sekarang.

"Kamu bajingan pemaksa, sialan!" seru Ara kesal, tetapi tetap menurut, namun sebelum itu, ia melayangkan satu pukulan yang cukup kuat di lengan Felix. Kelihatannya, pukulan itu tak berarti apa-apa pada pria tersebut.

"Kitten, marah-marahnya nanti aja di apartemen, oke." Felix berkata dan mulai melajukan mobilnya untuk pulang ke apartemen.

***

Sampai apartemen, Ara mengeluarkan ponselnya dan mengabari temannya kalau ia sudah pulang lebih dulu.

Felix hanya diam memerhatikan, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya untuk menjelaskan. Ia mulai mendekati gadis itu dan mencoba memeluknya.

Ara menghindar cepat. "Jelaskan!" perintahnya cepat, ia ingin mendengar bagaimana penjelasan Felix.

"Biarkan aku memelukmu dulu," kata Felix, ia merindukan gadis ini.

"Enak aja," kata Ara cepat. "Aku ingin mendengar penjelasan, bukannya bermesra ria bersamamu." Ara melotot kemudian duduk di sofa.

Felix ingin ikut bergabung, tetapi Ara menyelanya dan berkata kalau ia harus duduk di sofa yang lainnya.

"Jangan deket-deket!" perintah Ara. "Enggak sudi," lanjutnya ketus.

Felix terbengong, tetapi hanya bisa menurut, sepertinya ia harus pasrah kali ini supaya masalahnya cepat selesai.

"Kamu salah paham," kata Felix memulai penjelasannya, ia menghela napas perlahan.

"Aku lihat dengan jelas, bagian mananya yang salah paham?" tanya Ara. Ia bukan orang yang mudah dibohongi.

"Talitha yang cium aku duluan," bela Felix. Memang seperti itu, kan, kenyataannya, Talitha menciumnya duluan dan ia hanya membiarkannya saja.

Oh jadi nama wanita yang bersama Felix itu, Talitha. "Kamu, kan, bisa nolak, bilang aja Kamu senang juga, kan, dicium cewek cantik. Emang aku udah ngira dari awal kalau Kamu itu tampang-tampang playboy cap badak," kata Ara.

Felix tersenyum miring. "Kamu cemburu?" tanyanya. Pasalnya gadis itu terlihat sangat kesal dan bersemangat mengadilinya. Persis seperti gadis yang sedang cemburu.

"Bukannya cemburu, ingat poin nomor enam? Kamu melanggarnya," ucap Ara mengingatkan.

Felix hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Ia mengaku salah kali ini, sebenarnya ia tak bermaksud seperti itu.

"Karena Kamu melanggar, maka harus dihukum, hukumannya aku yang putusin."

"Hukumannya apa?"

"Enggak ada skinship atau kontak fisik selama dua minggu, kalau Kamu ngelanggar hukuman dari aku, maka kontrak kita batal."

"Hei!" seru Felix, hukuman macam apa itu? Ia tak terima. Sekarang saja ia tak tahan ingin memeluk gadis itu, apalagi kalau harus dua minggu.

"Apa?" tanya Ara menantang. "Terima saja, siapa suruh melanggar perjanjian," lanjutnya santai.

"Dua minggu terlalu lama, aku enggak akan sanggup, kurangi waktunya," mohon Felix dengan ekspresi memelas andalannya. Ini untuk pertama kalinya setelah dewasa ia memohon seperti ini, bahkan pada Papanya saja ia tak pernah.

"Oke seminggu." Ara setuju mengurangi waktu hukuman untuk Felix.

"Tiga hari?" tanya Felix mencoba menawar.

"Batal kalau begitu, tetap dua minggu," Ara berkata datar. Felix ini dikasih hati malah minta jantung. Enak saja.

"Oke-oke, seminggu," kata Felix cepat, setidaknya itu lebih baik.

"Nah, pinter," kata Ara santai dan mulai merebahkan dirinya di sofa untuk bersantai, hari ini cukup melelahkan untuknya.

Felix yang melihat hal tersebut bangkit dari duduknya dan ingin berjalan menghampiri Ara, bermaksud untuk ikut berbaring juga. Baru selangkah kakinya mendekat, gadis itu sudah menginterupsinya.

"Jangan berani mendekat, tetap di tempatmu! Hukumannya dimulai dari sekarang," kata Ara tegas. Ia tak main-main kali ini.

Felix menggeram keras dan menghempaskan tubuhnya di sofa lagi. "Hukuman sialan, Talitha sialan, berengsek!" umpatnya.

Ara hanya tertawa saja dan menikmati penderitaan pria di seberang sofa sana. 'Rasakan itu, siapa suruh main-main denganku" batinnya tertawa jahat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 35. Berkat Etthan, Si Setan!

    Ara menyerahkan uang ke pengemudi taksi yang ditumpanginya dengan tergesa-gesa, kemudian dengan ekspresi panik yang sangat kentara di wajahnya, gadis itu langsung keluar dan berlari ke arah markas yang sudah kelihatan walau dari jalan raya sekali pun.Akan tetapi, belum sempat gadis itu berlari lebih jauh, ia malah menabarak sesuatu. . . tidak, bukan seusatu, tetapi seseorang. Ara tentu saja langsung meringis kesakitan, sebab tubuh orang yang ditabraknya lumayan keras."Maaf-maaf, saya lagi buru-buru. Sekali lagi maa-- . . . Loh, Felix?!" Tanpa sadar Ara menjerit.Ara tentu terkejut melihat sosok pria yang menjadi beban kekhawatirannya baik-baik saja, tidak kecelakaan seperti yang dikatakan Etthan di chat."Ara?!" Felix tak kalah terkejutnya dengan Ara, bedanya ia dengan cepat menghapus rasa terkejut di hatinya yang langsung diisi dengan perasaan lega."Are you good?" tanya Felix sambil menarik Ara ke dalam dekapannya, dipeluknya dengan erat gadis itu, bersyukur karena ia baik-baik sa

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 34. Perasaan Saling Peduli

    Ara menggerutu di dalam taxi yang dinaikinya, kali ini ia berencana untuk menginap saja di hotel dari pada berdua dengan Felix di apartemen."Apaan sih, biasanya juga kalau aku marah Felix bakal bujuk, ini malah dia yang marah balik. Malesin banget!"Ara terus menggerutu sampai akhirnya ia tiba-tiba menyeletuk, "tapi dia kan lagi sakit, kira-kira bisa urus diri sendiri enggak ya?"Ara merenung, terbesit rasa khawatir dengan keadaan sang kekasih di benaknya."Bodo amatlah, dia aja sekarang kurang peduli," celetuk Ara yang masih bermonolog, supir taxi hanya menyaksikan dalam diam saat gadis itu mengeluarkan unek-uneknya.Saat sampai di tujuan, Ara membayar dan langsung turun. "Makasih," katanya dan berjalan masuk ke dalam hotel yang sebelumnya sudah ia pesan secara online.***Sementara di lain tempat, Felix menghela napas gusar. Jujur saja, saat ini ia tengah berada dalam fase bingung akan apa yang ia rasakan.Sebagai seorang pria, tentu saja Felix tak suka diperlakukan semena-mena sepe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 33. Felix Ngidam?!

    Ara melangkah dan mendudukkan dirinya di sisi kosong dari kasur yang tak ditempati oleh Felix."Mana yang sakit, hm?" Ara bertanya sambil mengusap pelan kening Felix yang dibanjiri keringat.Merasakan suhu tubuh pria tersebut yang lumayan hangat membuat Ara bertambah cemas."U-ugh!" Felix hanya bergumam pelan sambil sesekali masih sesenggukan, ternyata sejak masuk ke dalam kamar pria tersebut menangis saking kesalnya pada Etthan. "Jangan deket Etthan lagi, Ara," kata pria tersebut dengan lemah, membuat Ara menghela napas panjang.Huuft! Di tengah demamnya, rupanya Felix masih mengingat dengan jelas kecemburuannya beberapa saat yang lalu. Ara jadi berpikir, apakah penyebab pria itu demam adalah rasa cemburunya yang berlebihan?"Iya, Etthan juga udah aku suruh pulang, sekarang mana yang sakit, hm? Udah, dong, nangisnya," ucap Ara mengiyakan, tak ingin membuat Felix tambah cemburu dan berakhir ngambek padanya.Felix yang sakit ditambah ngambek bisa jadi hal yang sangat merepotkan."Pusin

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 32. Felix, si Bayi Beruang Moody

    Felix menatap Ara jengah, setelah membuatnya melakukan cabang olahraga senam lima jari alias co-li, gadis itu terlihat seolah tanpa beban, ia tetap santai sambil melihat-lihat majalah yang ada di pangkuannya."Minggu ini udah ke rumah sakit?" tanya Felix menanyakan kegiatan rutin gadis itu yang mengunjungi sang ayah setiap minggunya."Udah, makasih, ya." Ara meletakkan kembali majalah yang sedari tadi ia lihat ke meja di depannya."Hm. Kita kan, udah sepakat buat enggak bahas masalah uang lagi, lagian Kamu kan pacar aku sekarang." Felix menggumam pelan sambil berjalan menghampiri Ara dan duduk tepat di samping gadis manis tersebut."Bukan cuma masalah uang, tapi waktu, pengertian, sama kesempatannya juga, aku tahu kalau banyak buat kesalahan, hehe." Ara nyengir.Felix merotasikan bola matanya seolah kesal. "Hm, bagus kalau Kamu tahu, giimana sama masalah Rendy?" tanya pria tersebut dengan raut wajah serius."Masih sering kirim pesan spam, ganggu banget!" ketus Ara.Jujur saja, sejak ke

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 31. Bad Boy, tapi Perjaka.

    Ara mengelus punggung Felix lembut. Mereka sudah di apartemen lagi, setelah beberapa saat lalu pria itu mengeluh pusing lantaran bercerita tentang masa lalunya dengan sang mama.Ara tadinya sempat menawarkan untuk mencari paracetamol di apotek, tetapi Felix menolak dengan alasan ingin pulang saja."Kamu kenal Rendy di mana?" tanya Felix yang saat ini menegakkan badannya yang tadi bersandar pada Ara.Ada jeda sebentar sebelum Ara menjawab. "Di aplikasi," jawab Ara, padahal sebelumnya sudah menjelaskan, mungkin karena Felix sedang marah waktu utu, ia jadi tak fokus menyimak apa yang Ara katakan."Kamu masih main?" tanya Felix lagi, kali ini dengan alis terangkat."Iya hehe," cengir Ara sambil menatap Felix dengan rasa bersalah."Jangan main lagi, sini hp Kamu, hapus aja aplikasinya," titah Felix, pria itu juga menengadahkan tangannya, tanda meminta handphone gadis itu.Ara yang diperintah seperti itu cuma pasrah. "Nih," katanya.***"Udah lama, ya, enggak ketemu Etthan," kata Ara.Sore i

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 30. Tentang Felix

    Di sinilah Felix berada sekarang, di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal di ibu kota, tempat di mana Ayah Ara yang sedang koma dirawat. Setelah penjelasan yang menguras emosi dan air mata beberapa waktu yang lalu di apartemen, akhirnya Ara memutuskan untuk membawa Felix melihat Ayahnya. "Terima kasih, Dokter," kata Felix sambil tersenyum pada dokter Arya, dokter senior yang merawat Ayah Ara selama ini. Felix bangkit dari kursi yang didudukinya, diikuti oleh Ara yang berada di sampingnya. Mereka berdua keluar dari ruangan Dokter Arya, tadi Felix memang sempat memaksa untuk berbicara dengan sang dokter. Dari hasil pembicaraannya, Felix sadar mengapa Ara membutuhkan banyak sekali biaya. Ayah Ara ditempatkan di ruangan Vip dengan fasilitas yang memadai dan perawatan intensif yang membutuhkan setidaknya satu tenaga medis untuk selalu berjaga."Kita enggak boleh masuk ke ruangan Ayah, ya?" tanya Felix pada Ara yang sedari tadi hanya terdiam di sampingnya. Entah sejak kapan, Fe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 29. Alasan

    "Bukannya aku udah pernah bilang? Jangan berurusan sama bajingan itu, hah! Bagian mana dari kata-kata aku yang Kamu enggak ngerti, Ara?!" Ara hanya diam dan melihat Felix dengan takut-takut. Felix langsung mengamuk begitu mereka sampai di apartemen, sasarannya tentu saja Ara. "Aku ajak ke sana Kamu enggak mau dan selalu aja ada alasan buat nolak, giliran sama dia Kamu malah mau-mau aja, ada hubungan apa Kamu sama dia?" tanya Felix masih dengan ekspresi marahnya. Wajah pria itu memerah dengan tangan terkepal kuat. Felix benar-benar emosi. "Maaf--." "Jangan cuma bisa minta maaf! Percuma minta maaf kalau akhirnya nanti diulangin lagi, gitu aja terus!" Felix geram dan memukul pintu apartemen dengan kencang. Rasa sakit yang dirasakan di buku-buku jarinya tak ia hiraukan, pria itu butuh sesuatu untuk menyalurkan emosinya yang tengah memuncak. Dari kemarin mood Felix memang sudah tak beraturan, penyebabnya banyak sekali; mulai dari Papanya yang mengajak ke berbagai pesta dengan alasan

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 28. Iblis Kecil Penggoda 2

    "Pulang!"Baru beberapa saat yang lalu mata Ara bersitatap secara tak sengaja dengan Felix, pria itu sekarang sudah berada di depannya.Ara bingung, gelisah, dan takut.Bagaimana sekarang? Alasan apa lagi yang harus ia karang untuk menutupi semuanya."Wess, apaan nih bos?" Rendy yang sedari tadi diam akhirnya ikut bersuara, ia juga menjadi tameng ketika Felix terlihat akan menyeret Ara keluar dari tempat acara."Lo kemarin-kemarin gue sabarin tapi malah jadi belagu, ya!" ketus Felix, kali ini beralih pada Rendy.Sedari tadi, Felix sudah berusaha untuk tak menghuraukan keberadaan Rendy yang selalu bisa memancing emosinya ke batas maksimal."Lo kali yang selalu belagu," kata Rendy santai, berbanding terbalik dengan keadaan Felix. "Enggak inget kelakuan banget!" sindir Rendy terlihat meremehkan."Minggir!" titah Felix tegas, ia tak ingin menanggapi bacotan Rendy di tempat ramai seperti ini, apalagi di sini juga ada Papanya.Bisa gawat kalau ia nekat baku hantam di sini."Hak lo nyuruh-nyu

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 27. Ketahuan

    Pagi ini keadaan Felix sudah lumayan baikan. "Sarapan dulu, ya," kata Ara. "Enggak mau sarapan bubur," jawab Felix. Menghela napas pelan, Ara berucap dengan lembut. "Ini enak, loh, cobain dulu, ya, biar perutnya ada isi, ... ayo." "Enggak mau, Ara," kata Felix lagi saat sesendok bubur sudah berada di depan mulutnya. Dari dulu ia memang sedikit tak suka dengan bubur. "Ya udah, kalau gitu mau sarapan apa? Biar aku masakin," kata Ara akhirnya, memilih untuk mengalah. "Nasi putih sama telur ceplok aja," kata Felix. "Oke, tunggu ya." Baru saja Ara akan bangkit, tetapi tangannya malah ditahan Felix. "Lepas dulu, aku cuma mau ngambil makanannya ke dapur," ucap Ara sambil berusaha melepaskan tangan Felix yang sekarang sudah beralih merangkul pinggangnya dengan posesif. Felix dalam keadaan baik-baik saja sudah manja dan posesif, apalagi sekarang ketika ia tengah sakit, level manja dan keposesifannya bertambah berkali-kali lipat. "Enggak usah sarapan aja, deh." Felix merengut sambil m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status