Share

Bab 5. Hukuman Untuk Felix

Talitha mendengus kesal, ia tak suka karena ada yang mengganggu ciumannya bersama Felix, apalagi oleh seorang gadis.

"Pergi!" seru Felix sekali lagi, suaranya lebih keras kali ini, tatapannya masih mengarah ke arah gadis di depannya--Ara.

Talitha tersenyum senang, Felix pasti sangat menikmati ciumannya dan tak suka diganggu, makanya ia sampai semarah itu. Talitha kasihan dengan gadis yang tak ia tahu namanya itu.

"Oke, aku pergi," kata Ara datar. Kalau Felix memang ingin ia pergi, maka ia akan segera pergi. Ia mulai membalikkan badannya, tetapi terhenti karena perkataan pria itu lagi.

"Bukan Kamu," kata Felix cepat dan berjalan mendekap gadis itu. Bukan Ara yang ia suruh pergi, melainkan Talitha. Tatapannya memang mengarah ke Ara, tetapi ia tak bermaksud seperti itu.

"Felix," raung Talitha marah melihat hal tersebut. Ia sudah senang karena mengira Felix lebih memilihnya dan mengusir gadis pengganggu itu, tetapi kenyataannya malah ia yang diusir. Awas saja nanti.

"Pergi sana!" perintah Felix dengan nada ketus, raut wajahnya terlihat garang, kali ini tatapannya tepat mengarah ke Talitha.

Talitha terlihat tak terima, tetapi ia tetap harus menurut, sambil mendengus dan mengentakkan kedua kakinya ia berucap. "Aku enggak akan menyerah, lihat aja nanti, ini belum berakhir," katanya seperti sebuah perjanjian.

Talitha mulai melangkah pergi ke luar basement dan menyisakan Felix dan Ara di sana. Mereka masih berpelukan, bukan, lebih tepatnya hanya Felix yang memeluk.

"Lepas!" teriak Ara nyaring. Ia tak menyangka kalau akan bertemu Felix di sini dan melihatnya sedang berciuman dengan wanita lain.

Ara baru saja selesai makan di restaurant dan akan segera pulang bersama temannya tadi sebelum melihat kejadian itu. Oh, Ara lupa, ia meninggalkan temannya dan berlari ke sini saat ia sepertinya mengenal sosok yang sedang berciuman itu. Awalnya ia dan temannya tak peduli tetapi ketika yakin salah satu orang itu adalah Felix, ia langsung menghampiri dan merusak momen dua sejoli itu.

"Lepasin!" teriak Ara sekali lagi. Ia bahkan sudah memukul punggung Felix kencang, tingkahnya sudah seperti kekasih yang cemburu beneran. Bukannya cemburu, tetapi harga dirinya terluka karena berani-beraninya Felix melanggar poin perjanjian yang telah mereka sepakati.

Bukannya mendengarkan dan menurut, Felix justru semakin mengeratkan dekapannya, Ia bahkan mencium ubun-ubun gadis tersebut.

"Jangan cium-cium, enggak sudi, najis!" teriak Ara kesal. Enak saja, bibir kotor yang sudah pria itu pakai untuk mencium wanita lain malah mau menciumnya, tak sudi dunia akhirat.

"Kamu salah paham, ayo pulang ke apartemen, aku jelasin di sana," kata Felix pelan sambil mengangkat tubuh Ara dan menggendongnya di depan seperti koala. Kalau tak seperti ini, gadis dalam gendongannya sekarang ini pasti akan kabur.

"Enggak mau! Hei, turunin aku, dasar berengsek, aku bisa pulang sendiri, turunin aku!" Ara berteriak heboh dan mengumpat, ia juga mengingat temannya yang masih menunggunya.

Felix tak mendengarkan dan tak marah sama sekali, biasanya kalau ada yang berani mengumpatnya, orang itu akan segera habis di tangannya, tetapi kali ini berbeda. Ia mencoba maklum dan terus melangkah.

Saat sudah sampai di mobilnya, ia membuka pintu dan mendudukkan Ara di kursi samping pengemudi kemudian menutup pintu dan berjalan ke pintu satunya. Ia masuk dan menghidupkan mobilnya cepat.

"Pasang sabuk pengamanmu!" perintahnya lembut pada Ara. Gadis tersebut terlihat seperti akan memakannya hidup-hidup sekarang.

"Kamu bajingan pemaksa, sialan!" seru Ara kesal, tetapi tetap menurut, namun sebelum itu, ia melayangkan satu pukulan yang cukup kuat di lengan Felix. Kelihatannya, pukulan itu tak berarti apa-apa pada pria tersebut.

"Kitten, marah-marahnya nanti aja di apartemen, oke." Felix berkata dan mulai melajukan mobilnya untuk pulang ke apartemen.

***

Sampai apartemen, Ara mengeluarkan ponselnya dan mengabari temannya kalau ia sudah pulang lebih dulu.

Felix hanya diam memerhatikan, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya untuk menjelaskan. Ia mulai mendekati gadis itu dan mencoba memeluknya.

Ara menghindar cepat. "Jelaskan!" perintahnya cepat, ia ingin mendengar bagaimana penjelasan Felix.

"Biarkan aku memelukmu dulu," kata Felix, ia merindukan gadis ini.

"Enak aja," kata Ara cepat. "Aku ingin mendengar penjelasan, bukannya bermesra ria bersamamu." Ara melotot kemudian duduk di sofa.

Felix ingin ikut bergabung, tetapi Ara menyelanya dan berkata kalau ia harus duduk di sofa yang lainnya.

"Jangan deket-deket!" perintah Ara. "Enggak sudi," lanjutnya ketus.

Felix terbengong, tetapi hanya bisa menurut, sepertinya ia harus pasrah kali ini supaya masalahnya cepat selesai.

"Kamu salah paham," kata Felix memulai penjelasannya, ia menghela napas perlahan.

"Aku lihat dengan jelas, bagian mananya yang salah paham?" tanya Ara. Ia bukan orang yang mudah dibohongi.

"Talitha yang cium aku duluan," bela Felix. Memang seperti itu, kan, kenyataannya, Talitha menciumnya duluan dan ia hanya membiarkannya saja.

Oh jadi nama wanita yang bersama Felix itu, Talitha. "Kamu, kan, bisa nolak, bilang aja Kamu senang juga, kan, dicium cewek cantik. Emang aku udah ngira dari awal kalau Kamu itu tampang-tampang playboy cap badak," kata Ara.

Felix tersenyum miring. "Kamu cemburu?" tanyanya. Pasalnya gadis itu terlihat sangat kesal dan bersemangat mengadilinya. Persis seperti gadis yang sedang cemburu.

"Bukannya cemburu, ingat poin nomor enam? Kamu melanggarnya," ucap Ara mengingatkan.

Felix hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Ia mengaku salah kali ini, sebenarnya ia tak bermaksud seperti itu.

"Karena Kamu melanggar, maka harus dihukum, hukumannya aku yang putusin."

"Hukumannya apa?"

"Enggak ada skinship atau kontak fisik selama dua minggu, kalau Kamu ngelanggar hukuman dari aku, maka kontrak kita batal."

"Hei!" seru Felix, hukuman macam apa itu? Ia tak terima. Sekarang saja ia tak tahan ingin memeluk gadis itu, apalagi kalau harus dua minggu.

"Apa?" tanya Ara menantang. "Terima saja, siapa suruh melanggar perjanjian," lanjutnya santai.

"Dua minggu terlalu lama, aku enggak akan sanggup, kurangi waktunya," mohon Felix dengan ekspresi memelas andalannya. Ini untuk pertama kalinya setelah dewasa ia memohon seperti ini, bahkan pada Papanya saja ia tak pernah.

"Oke seminggu." Ara setuju mengurangi waktu hukuman untuk Felix.

"Tiga hari?" tanya Felix mencoba menawar.

"Batal kalau begitu, tetap dua minggu," Ara berkata datar. Felix ini dikasih hati malah minta jantung. Enak saja.

"Oke-oke, seminggu," kata Felix cepat, setidaknya itu lebih baik.

"Nah, pinter," kata Ara santai dan mulai merebahkan dirinya di sofa untuk bersantai, hari ini cukup melelahkan untuknya.

Felix yang melihat hal tersebut bangkit dari duduknya dan ingin berjalan menghampiri Ara, bermaksud untuk ikut berbaring juga. Baru selangkah kakinya mendekat, gadis itu sudah menginterupsinya.

"Jangan berani mendekat, tetap di tempatmu! Hukumannya dimulai dari sekarang," kata Ara tegas. Ia tak main-main kali ini.

Felix menggeram keras dan menghempaskan tubuhnya di sofa lagi. "Hukuman sialan, Talitha sialan, berengsek!" umpatnya.

Ara hanya tertawa saja dan menikmati penderitaan pria di seberang sofa sana. 'Rasakan itu, siapa suruh main-main denganku" batinnya tertawa jahat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status