"Apa maksudmu, mas?" Tanya Calista penasaran dan akhirnya melepaskan pelukannya dan menegakkan wajahnya. Meski begitu, jarak mereka masih cukup dekat untuk Awan menatap lekat wajah cantik Calista.Tanpa sadar, Awan tersipu dengan pesona kecantikan Calista."Hmn, ini- aku sebenarnya telah berbohong padamu. Lana itu...""Bukan kekasih mas, 'kan?" Potong Calista cepat dan matanya terlihat mencari pembenaran dari ucapannya.'Huft!'Awan terkejut dengan intuisi tajam Calista dan bisa menebak dengan benar. Awan yang sudah bertekad untuk jujur pada Calista, mengangguk, "Iya, benar. Dia bukan kekasihku. Lana itu...""Hmn, tunggu dulu! Bagaimana kamu menyadarinya?" Tanya Awan penasaran. Ia berpikir, bahwa sandiwaranya dengan Lana saat itu sudah begitu sempurna. Siapa sangka, Calista ternyata menyadari sandiwara mereka.Wajah sedih Calista, sekarang terlihat jauh lebih cerah setelah tebakannya ternyata benar."Aku tahu! Mas lupa, kalau aku adalah dosen? Aku juga belajar ilmu psikologi dan bisa
Ekspresi Lana bertolak belakang dengan Awan yang saat itu baru saja memasuki mobil dan duduk tepat di sebelah Lana. Dengan wajah sedikit cemberut, Lana berkata padanya, "Perasaan, tadi ada yang bilang cuma tiga menit!" Awan terkekeh mendengar sindiran pelayan pribadinya itu. Sebelumnya, Awan memang memerintahkan Lana untuk menjemput mobil dan menunggunya di depan rumah Calista dan waktu itu adalah empat jam yang lalu.Awan menyuruh Lana untuk bergegas, karena ia hanya butuh waktu tiga menit untuk mengantar Calista pulang dan menyelesaikan semua urusan di antara mereka.Karena perintah Awan juga, Lana sampai bergegas untuk mencari mobil untuk menjemput Awan. Karena Lana tahu, bahwa Awan kehabisan energinya dan tidak mungkin menggunakan kekuatan perpindahan ruangnya untuk kembali ke Villa Nirwana yang jaraknya cukup jauh dari komplek perumahan Calista tinggal.Beruntung, Lana ada meninggalkan mobilnya di apartemen lama Awan, sebuah Porsche Panamera. Sehingga, Lana bisa menghemat bany
Saat Awan masuk ke dalam rumah, di dalam ruang tamu ternyada sudah ada Agung dan beberapa anggota keluarga Pitaloka lainnya. Selain mereka, Awan cukup dikejutkan dengan keberadaan Jessica Walton di sana. Jessica duduk bersebelahan dengan Guntur, putranya Agung.Melihat itu, Awan bisa menebak apa yang terjadi di antara mereka berdua. Saat Jessica melihat kemunculan Awan di sana, ia terlihat salah tingkah dan dengan sedikit canggung menyapa Awan, "Halo- halo, tuan muda."Tidak terlihat lagi ekspresi tinggi hati yang ia tunjukkan saat bicara dengan Awan sebelumnya. Mungkin, kakek atau ayahnya sudah menjelaskan padanya tentang siapa Awan yang sebenarnya dan membuat Jessica tidak berani lagi memandang remeh Awan."Halo juga! Dan tolong, jangan pakai sebutan tuan muda atau semacamnya. Kamu bisa memanggil namaku, itu lebih baik." Balas Awan santai."Tapi.." Jessica merasa canggung dan merasa lancang jika dia memanggil Awan dengan namanya saja. Bagaimanapun, Awan adalah kepala klan Sanjaya.
Awan hanya bisa terkejut mendengar kalimat Abimana dan betapa santainya Abimana menanggapi hubugannya dengan Calista. Ketimbang menyalahkan Awan karena telah memiliki wanita lain selain cucunya atau justru memaksanya untuk menyingkirkan Calista demi Amanda, Abimana justru lebih khawatir tentang urutan wanita yang akan menjadi pasangan Awan. Awan hanya bisa mengangguk tanpa tahu harus berkomentar seperti apa saat itu. "Sekarang, ada hal penting yang harus kakek bicarakan denganmu." Awan hanya bisa bengong ketika mendengar Abimana bicara seperti itu, 'Jadi, apa yang kami bahas sekarang, tidak penting? Lalu, untuk apa semua kekhawatiranku tadi?' Pikir Awan greget. Padahal sebelumnya, ia sudah cemas setengah mati dan sempat berpikir bahwa Abimana akan memarahinya habis-habisan. Siapa sangka, Abimana justru tidak mempermasalahkannya dan terkesan seolah membiarkan Awan memiliki pasangan sebanyak apapun, asal Amanda tetap berada di nomor urut dua. *Sudah kayak penentuan nomor urut caleg
Kamar Amanda terletak di bangunan tengah yang berbentuk seperti perumahan keraton klasik dan Amanda sendiri menempati kamar bagian tengah dan dekat dengan sebuah kolam antik dan taman bunga kecil yang berada persis di samping kamarnya.Bahkan saat Awan sampai di sana, ia disambut oleh seorang pelayan wanita dan di depan kamar juga terdapat dua orang penjaga.Sepertinya, setelah Amanda tidak bisa menggunakan kekuatannya dan berada dalam kondisi terlemahnya, keluarga Pitaloka sengaja menempatkan pengamanan ekstra untuk menjaga keamanan calon penerus keluarga Pitaloka tersebut."Nona Amanda saat ini sedang beristirahat. Apa tuan ingin saya membangunkannya?" Tanya pelayan wanita ramah.Kebanyakan dari pelayan keluarga Pitaloka sudah mengenal Awan sebagai calon suami Amanda dan ditambah, Abimana juga sudah mengumumkan hubungan keduanya pada semua orang. Jadi, mereka tidak merasa aneh lagi saat melihat Awan mengunjungi Amanda saat itu."Tidak usah,
"Sayang, maafin aku, ya! Aku gak sengaja!" Ujar Amanda khawatir dan merasa bersalah saat melihat ekspresi kesakitan di wajah Awan. Ia terlalu bersemangat sebelumnya, tanpa memperhatikan kondisinya yang saat itu begitu terbuka.Sudah kebiasaan Amanda tidur dengan pakaian seperti itu, karena itu membuatnya merasa lebih rileks. Amanda lupa, kalau saat itu ada Awan di dekatnya. Saat menyadarinya, gerak reflek Amanda terlalu cepat dari otaknya.Setelah semua terjadi, Amanda jadi merasa bersalah karena hampir saja membunuh calon suaminya itu. Amanda bahkan dengan polosnya ingin memeriksa cidera Awan. Tapi, Awan segera menahan tangannya."Sudah-sudah, tidak apa-apa!" Ujar Awan nyengir sambil menahan pilu di bawah sana.Iya aja, Awan akan mengijinkan Amanda memeriksa pusaka pribadinya. Yang ada, pusakanya malah menuntut perawatan 'lebih' nantinya.Lagian Amanda polos banget juga sih! Apa ia gak tahu, jika benda itu sangat pribadi, main periksa-periksa aja! "Beneran?" Tanya Amanda meragukan
Amanda yang semula menahan diri untuk tidak mendekati Awan. Melihat Awan sampai berteriak kesakitan, membuatnya tidak tega dan coba mendekati Awan. Hanya saja, Amanda baru saja mendekati Awan dan sebuah energi besar menghempaskan tubuhnya.Wosh.Amanda terlempar dan terhempas ke dinding kamarnya dengan wajah kesakitan. Tubuhnya yang sekarang tidak memiliki kekuatan apapun, tidak bisa menahan fluktuasi energi besar yang mengelilingi Awan."Nona, anda tidak apa-apa?" Pengawal Amanda segera bergegas masuk ke dalam kamar, begitu merasakan ada suara ribut dari dalam kamar Amanda dan mereka terkejut, ketika mendapati Amanda sudah dalam keadaan terluka di sudut kamar.Melihat Amanda yang coba bangkit dan mendekati Awan, mereka segera menghalangi Amanda."Nona, tolong jangan ke sana, bahaya!" Teriak mereka megingatkan.Energi yang sangat besar tersebut, ternyata tidak hanya mempengaruhi Awan dan secara aktif, mulai mempengaruhi ruang nyata di sekelilingnya dan sempat menyebabkan gempa dan pus
"Apa anda adalah leluhur ku, Lian?" Tanya Awan penasaran. Awan merasakan perasaan yang sangat akrab ketika bertemu dengan wanita bergaun hijau tersebut, seakan ia sedang melihat keluarganya sendiri. Perasaan yang membuat Awan merasa sangat yakin, jika wanita cantik bergaun serba hijau setengah transparan tersebut adalah leluhurnya. "Buat apa kamu masih bertanya, pertanyaan yang kamu sendiri sudah tahu jawabannya." Jawab Lian sambil tersenyum. "Namun, jika kamu masih penasaran, jawabannya bisa ya dan bisa juga tidak.""Benar, bahwa aku adalah leluhurmu. Tapi, aku hanyalah kenangan yang tertinggal dalam cincinku." Jelasnya."Ikutkah denganku, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.""Ke mana, Nek?" Tanya Awan bingung, karena di sana hanya ada mereka berdua dan pohon besar tersebut. Lian hanya tersenyum tipis ke arah Awan dan detik berikutnya, Lian menjentikkan jarinya ke udara.Seketika, pemandangan yang sebelumnya gelap, tiba-tiba dipenuhi oleh cahaya terang dan membuat seluruh area