Share

Kapitel 4 : Blowjob

Warning!!!

 vulgar!!

Kalau tidak suka, bisa diskip aja πŸ”žπŸ”ž

________________________________

Hari ini, aku ingin bermanja-manja dengan suamiku setelah pendeklarasian kami. Sudah lama aku tidak bermanja-manja dengannya, karena setiap hari hanya diisi dengan pertengkaran, dan tangisan. Aku juga tak tahu, kapan Gerald pulang lagi ke Jerman. Tapi, aku benar ingin mengikutinya kesana.

"Gerald kapan kamu pulang Jerman?" Aku sedang duduk bersandar di kepala ranjang Gerald yang luas. Gerald berbaring di pahaku, aku meremas-remas rambut tebalnya.

"Bareng kamu?"

"Pasport aku itu belum pasti, ngurus visa juga belum."

"Udah beres, tinggal foto aja. Kamu juga nggak perlu lagi interview lagi."

"Jadi kapan fotonya?" Aku terus mengelus-elus rambut Gerald yang tebal, sesekali menariknya hingga ia meringis kesakitan.

"Nanti dikabarin."

"Lama bangat sih." sungutku kesal. Sudah tak sabar, aku mau pergi ke luar negri. Apalagi, negara tercinta, ditemani oleh suami tercinta, semuanya terasa lengkap sekarang.

"Sabar lah."

"Kamu duluan nggak papa. Kalau sudah selesai aku bisa nyusul. Kuliah kamu pasti banyak ketinggalan." Walau aku senang Gerald berada di sini, aku khawatir perkuliahan Gerald. Nanti dia banyak ketinggalan. Apalagi menurut Gerald, IPK di Jerman ditentukan oleh ujian akhir. Jika ujian gagal, maka gagalah perjuangan selama ini. Aku yang mendengar saja sudah merasa horor, seperti ketakutan ketika menghadapi Ujian Nasional. Bahkan, ada yang sebulan sebelum ujian, mereka sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.

"Hah! Kamu semangat gini pasti biar bisa bebas dengan si binatang itu 'kan?"

Dengan geram aku menarik rambut Gerald. "Ngomong lagi, rambutnya kutarik sampai botak." Aku sampai menggeretakan gigiku.

"Aku beneran tidak suka kamu dekat dengan siapapun. Apalagi si bangsat itu. Ya ampun, sadarlah dia itu kriminal aslinya. Dia pengguna narkoba, mabuk-mabukan, merokok, main perempuan juga. Dia itu berbahaya."

"Tapi dia baik tahu."

"Bela aja terus!"

"Aku bicara kenyataan. Tapi, pas aku nginap di rumah David, memang  mereka minum-minum."

Dengan refleks Gerald langsung bangun. "Dan kamu minum juga?" Dia memegang bahuku, sambil menguncangnya. Seperti orang yang sedang menagih hutang.

"Ish! Jahat bangat otakmu, kalau mikir aku berbuat seperti itu." Aku mendorong Gerald. Ia berbaring lagi."Siapa tahu. Kamu itu mudah terpengaruh, aku nggak mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu." Gerald menghadapkan wajahnya ke perutku. Aku bisa merasakan, napas hangatnya diembuskan ke perutku. Aku suka, setiap perlakuan kecil Gerald padaku, apalagi pada anakku. Anakku sangat ingin dimanja daddy-nya.

"Seperti ada yang lupa sesuatu. Kurasa, kamu yang selalu membuat hari-hariku buruk." sindirku.

"I don't think so. For me, I give my best to you."

"Kononlah best. Anda lupa, Tuan? Semua hari sial yang kulalui karena sikap kamu ke aku." balasku sengit.

"Kok aku merasa dari tadi. Bahasa kamu udah sama bangat, ya, sama si bangsat itu? Udah sejiwa bangat, ya."

"Gerald, rambut kamu panjang sekarang. Jangan sampai lima menit ke depan, rambutmu sudah botak." Aku memperingatkan. Si bule sialan itu hanya terkekeh. Kadar ketampannany makin meningkat. Membuatku semakin gemas terhadapnya.

"But wait! Are you jealous?" selidikku.

"Of course I'm. I deserve to be jealous. You're my everything. Then, I found you with someone who I hated with all my heart."

"Ouch... how pity. I'm so sorry Mr. Husband I'll try my best to keep away from them."

"Promise me?" Aku mengangguk cepat.

"With one condition."

"What's that?"

"I... nothing." Aku hanya ingin menggodanya. Aku tertawa keras. Gerald memelukku, sangat erat dia menekan perutku. Bagaimana kalau anaknya keluar?

"Kau mau bunuh anakmu? Gerald, jangan tekan perut aku. Anaknya kesakitan." teriakku.

"Kamu selalu membuatku gemas." Gerald mencium-cium perutku. Aku jadi terharu, rasanya perutku dialiri listrik, disengat lagi. Aku hanya menahan kepala Gerald, agar terus menciumku.

"Kayaknya aku prediksi, ini anaknya tiga bulan kayaknya."

"Sok tahu!" Aku menepis tangan Gerald.

"Itu anaknya, yang bilang sendiri. Tuh-tuh dengar, dia bilang, hi, daddy." Gerald menempelkan telinganya di perutku. Aku terharu, air mataku turun. Walau menjengkelkan, manusia tampan ini, selalu memenangkan hatiku di atas segalanya.

Aku mengelus perutku. "Aku nggak sabar, anakku lahir."

Gerald mendongak melihatku, aku tersenyum ke arahnya. Lelaki ini, sangat tampan, dan aku begitu menyayangi sepenuh hatiku.

"Gerald, Rara minta maaf udah khianatin kamu. Tapi, percayalah di hati aku itu cuman kamu." Cairan bening mulai membanjiri pipiku. Bahkan, aku sempat menjilati rasa asin yang mengalir dari pipiku. Aku merasa tak berguna, ketika mengingat aku beberapa kali berciuman dengan David. Hufh... sangat tak berguna.

"Bucin." sergah Gerald. Baru juga aku ingin serius, dan membicarakan dari hati ke hati, tapi jawaban Gerald membuatku ingin memotong usus dua belas jari miliknya.

"Awh..." aku menarik rambut Gerald kuat dan ia meringis kesakitan.

"Dasar, suami jelek! mesum! Nggak romantis!" sungutku kelewat kesal.

"Kan aku bilang. Aku bukan pasangan romantisβ€”"

"Kamu pasangan mesum!" potongku cepat.

"That's it."

"Gerald kita masak, yuk?"

"Hah? Kesambet apa, mau masak?" Gerald mengangkat kepalanya, dan menatap ke arahku.

"Aku mau belajar, nanti anakku lahir. Mau masak sendiri buat anak kita." Aku tersenyum lebar, dan sudah membayangkan akan menjadi seorang mommy yang begitu dibanggakan oleh anakku.

"Jadi buat anak aja? Buat suami tidak? Lebih utama itu suami."

"Bagiku, tidak ada yang utama.  Kalian semua tujuan hidupku sekarang." kataku menerawang kosong. Keluarga kecilku, segalanya bagiku.

"Bijak sekali istriku. Peluk dulu."

Gerald bangun, dan memelukku. Aku membalas pelukannya dengan erat dan mencium aroma tubuhnya. Ya Tuhan, jangan pisahkan kami lagi. Lelaki ini segalanya bagiku. Aku sangat menyayanginya, bahagiaku adalah Dia.

***

Baiklah, aku sedang berada di dapur. Dengan pemaksaan, akhirnya Gerald mau menemaniku di dapur. Aku tidak mau, kejadian yang sama kompornya kebakaran. Sedikit trauma jika mengingat api, dan masih terekam jelas di otakku David yang telanjang bulat di depanku.

"Jadi mau masak apa, Nona chef?" tanya Gerald.

"Bentar aku searching dulu." Aku langsung menyambar ponsel. Sebenarnya tak ada tujuan mau memasak apa, tujuan utamaku kebersamaan, karena aku tahu, makanan yang kubuat pasti berakhir dibuang.

"Hah! Mana ada chef masak pakai googling. Mereka masak, pakai resep sendiri."

"Bawel! Diam aja."

Akhirnya aku googling, dan mencari: resep sederhana memasak kue.

Setelah menghabiskan hampir satu jam untuk mencari resep yang pas, pilihanku jatuh pada: Oreo strawberry chiffon cake.

Pilihanku terjatuh pada cake tersebut, karena ada strawberry-nya. Gerald sibuk makan, semua jajanan yang ada di dapat. Dia sampai naik ke atas kompor sambil berjongkok, membongkar barang apa saja yang bisa ia masukan dalam mulutnya.

Tahukah kalian, tepung yang kupakai merupakan tepung beberapa bulan silam. Saat aku membohongi Gerald bahwa aku berulang tahun, dan berakhir skandal sampai sekarang. Aku dan Gerald teringat di dalam mobil tersebut dan tertawa bersama dengan kekonyolan kami, dan mengambil bahan-bahan tersebut.

Dengan membaca instruksi di layarku, aku berteriak ke Gerald untuk mengeluarkan semua bahan-bahan.

1. Kocok kuning telur, dan gula sebentar sampai gula larut. Masukkan susu dan minyak lalu kocok lagi hingga merata. Lalu masukkan tepung terigu, baking powder dan strawberry essence. Aduk sampai rata.

Semua bahan tersebut aku campurkan menjadi satu. Tinggal menunggu lagi merata.

"Gerald, kamu kocok ini ya."

"Kamu aja, kan biasanya kamu ngocok punya aku." Aku gerah mendengar ujaran mesum Gerald. Aku memandang ke arahnya. Tepung yang masih tinggal setengah, dengan sekali ayun langsung mendarat di wajah Gerald, dan rambutnya.

"Hahaha." Aku tertawa melihat wajah, dan rambutnya putih semua. Bajunya juga putih. Gerald menghampiriku, tiba-tiba dia sudah menumpahkan lagi tepung terigu di atas kepalaku.

Dia tertawa, melihatku. Aku juga tertawa melihatnya. Rambutnya yang kecoklatan pirang itu, tidak nampak lagi. Putih semua. Tapi, yang paling lucu, melihat bulu matanya yang putih semua. Aku mendekat ke arahnya, dan meniup tepung dari bulu matanya. Malah tepungnya, masuk ke mata Gerald. Aku tertawa lagi. Benar-benar pengelaman memasak yang takkan kulupakan. Kami seperti anak kecil.

Gerald mencuci wajahnya, kulihat matanya jadi merah. Aku jadi tak tega melihatnya. Aku memeluknya, "Gerald, maafin Rara. Mata kamu jadi merah. Tapi setelah ini, kamu akan masak makanan pertamaku." Gerald mengibas-ngibaskan rambutku, untuk membersihkan tepung di rambutku.

"Enak aja, kamu udah buat aku menderita ni. Bayar dulu." kata Gerald tak terima.

"Apa?"

"Kasih dulu blowjob." jawabnya santai dan tanpa dosa.

"Boleh juga, setelah itu. Boleh dong, sama kayak tepung dipangang." kataku tersenyum licik.

"Nggak. Ini, seriusan."

"Ya udah sini." Aku hanya ingin menggodanya saja. Gerald mendekat ke arahku, Kulihat kilatan matanya yang sudah bergairah.

Aku berlutut dan membuka celananya, dan boxer Gerald sekaligus. Megancunglah, benda yang sudah menegang sedari tadi.

"Biar adil. Kamu ngocok bahannya, aku ngocok punya kamu." tawarku, dengan semangat Gerald mengangguk.

"Tapi, Gerald aja dulu yang buat bahannya."

Dia dengan semangat mengocok bahan untuk kue tersebut. Yang kufokuskan adalah ke milik Gerald yang telah megancung keras, dan ikut berayun. Aku ingin tertawa keras lagi, melihat itu. Ya ampun sangat lucu, aku ingin tertawa keras, tapi takut Gerald marah. Betapa absurdnya kami, dan berbuat tak senonoh di saat lagi masak.  Mungkin saking bersemangatnya Gerald karena mau diberi kenikmatan, adonan itu telah tercampur rata dan lembut. Dengan warna pink.

"Giliran Rara." ujarku, Gerald hanya diam, membiarkanku mengeksekusi miliknya. Dengan adonan tadi, aku mengambilnya sengenggam, dan membalurkan adonan pink ke milik Gerald. Aku ingin tertawa tapi kutahan, karena aku ingin menggodanya. Demi apa, milik Gerald yang perkasa sudah berubah jadi pink rangers, sangat mengemaskan.

"Arh.... enak bangat, dingin." guman Gerald, sambil menutup matanya. Aku mengambil lagi adonan tadi, sampai tebal, dan kulihat milik Gerald telah tertutup semua, miliknya jadi berwarna pink, dan sangat tebal. Milik Gerald telah tertutup semuanya.  Harusnya aku fotoin, karena ini sangat lucu, dan juga mengemaskan. Dan bisa menjadi senjata, untuk mengejek Gerald.

"Ini udah jadi adonan utama. Mau dipanggang, atau digoreng?"

"Cepat Rara, berat ini rasanya." ujar Gerald memelas. Aku terkikik geli. Rasain! Siapa suruh, otaknya mesum terus.

Karena adonan tadi tebal, tidak susah untuk melepaskan, adonan yang telah mengering tersebut. Setelah terlepas semua aku mengenggam milik Gerald, rasanya dingin. Aku menempelkan di pipiku. Perpaduan keras, dan dingin. Setelah menggengam beberap saat, tanpa dosa, aku memakaikan lagi boxer dan celana Gerald.

"What?" teriaknya frustasi. Karena aku tidak memberinya blowjob.

Dengan tidak memperhatikan Gerald yang frustasi, aku melanjutkan bahan yang kedua. Yang penting bahan pertama sudah berhasil dikocoknya. Hahaha, rasanya menyenagkan sekali, berhasil mengerjai Gerald.

4. Masukkan Oreo yang sudah dihancurkan, aduk rata, dan jangan terlalu lama.

Aku mengambil oreo untuk dihancurkan. Gerald merampas, oreo tersebut.

"Sini."

Dia sengaja, mengangkatnya tinggi. Aku meloncat-loncat, dan tindak bisa mengapai. Karena Gerald terlalu tinggi.

"Sini, nggak?" Aku sudah mengambil ancang-ancang, ingin menendangnya.

Gerald memasukan oreo itu dalam mulutnya. Dan membuka sambil mengambil satu keping dimasukan sedikit ke mulutnya, dan dengan menggodaku untuk mendekat ke arahnya. Aku ingin mengambil oreo itu dalam mulutnya.

"Pakai mulut juga."

"Gila!"

Aku berjinjit, untuk mengambil menggunakan mulutku juga. Saat bibirku sudah mencapai mulut Gerald, dengan cepat dia mengunyah oreo itu dan jadi hancur. Gerald mengerjaiku balik. Aish!

"Ambil dalam mulutku." Aku membuka mulutku, Gerald mentansfer oreo yang sudah hancur dalam mulutku.

"Jangan ditelan, tumpahkan ke adonan." perintah Gerald.

Aku melotot ke arahnya. "Jorok kali!"

"Kita juga yang makan, kamu juga udah biasa merasakan ludahku." Aku berusaha, agar oreo itu tetap kering di dalam mulut, karena akan sangat menjijikan jika terkena air liurku. Walau hanya kami berdua yang makan, aku tetal merasa jijik.

Aku menumpahkan oroe itu di ...

Di tong sampah. Aku sampai tidak segila itu, untuk makan jigongku sendiri. Sangat menjijikan tentu saja.

Dengan cepat aku merampas lagi oreo itu dari tangan Gerald, dan menghancurkan dengan tanganku.

Rambutku masih putih berlumuran tepung.

Aku memasukan adonan dalam loyang, dan memasukan ke dalam oven dan siap dipanggang. Sambil, menunggu. Aku membereskan kekacuan yang kami buat tadi, dan kurasakan sesuatu yang dingin mengenai dadaku. Gerald menumpahkan sisa susu strawberry ke dadaku.

Dia membuka bajuku, kulihat braku sebagian basah. Dibukanya braku, dan telanjanglah bagian atas tubuhku. Dengan tangannya, Gerald menangkup kedua payudaraku dan menumpahkan lagi susu tersebut. Susu tersebut, tidak sampai turun ke perutku. Karena Gerald menahan dengan tangannya. Setelah menumpahkan, Gerald meminum susu dari payudaraku. Anggap saja itu adalah ASI-ku. Dia ingin menggodaku juga. Gerald masih menyedot payudaraku, sambil sesekali meremasnya. Aku menahan diri, jangan sampai lengah dan mendesah. Aku tak boleh terlena.

Aku ingin mengerjai Gerald, aku melihat bahan apa yang bisa kugunakan. Pandangan mataku langsung tertuju pada telur. Dengan mengambil diam-diam telur itu, karena Gerald sedang berfokus ke payudaraku. Gerald memiringkan kepalanya kiri, dan kanan, kadang sampai bermanuver untuk melahap seluruh isi payudaraku.

Clak!!!

Telur itu kupecahkan di kepalanya, dan naasnya, itu telur busuk. Aku langsung ingin muntah mencium aroma yang menyengat itu.

"Gila!" teriak Gerald.

Aku berlari keluar dari dapur, dan baru kusadari dari tadi atasanku polos.

***

Bagaimana part ini? Semoga terhibur ya.

Have a nice day 🌞🌞

Pasangan absurd, kelakuan harus absurd juga. Hahaha.

See you✨✨

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Norsyilah Wok Hairi
seronok membacanya...
goodnovel comment avatar
Una Zee
memasak memang waktu terindah untu "uwuk", ups ... Dapur memang memiliki aura tersendiri, apalagi kalau dirumah cuma berdua, wkwkwk
goodnovel comment avatar
Dinar Blm Pnya Nm
geje parahhh... tp lucu seru,,, itu gimana cerita nya si otong dilaburin adonan coba kalo adonan semen , nangis Bombay deh... ???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status