Share

Kapitel 5 : Gerald's Revenge

Warningg!!! Adult Content!!

Gerald's POV

Flashback

___________

Ok Rara, let's play the game. You with your guy. I'm with many girls here.

Malamnya, aku benar-benar pergi ke pesta temannya Eloy. Aku ingin merasakan kebebasan juga. Eloy sering sekali mengajakku pergi pesta, tapi aku malas untuk bermasalah, ditambah aku tak bisa menjadi manusia normal, aku selalu mabuk jika mencicipi sedikit alkohol. Daripada berakhir memalukan, lebih baik aku tak pergi. Tentu aku bisa diejek, seorang lelaki tampan dan gagah membahan sepertiku, tak bisa menjadi manusia normal karena pusing mencium bau alkohol. Payah! Padahal orang Jerman itu mayoritas minum anggur, mereka jarang sekali minum air putih.

Aku pergi bersama Eloy. Aku tinggal bersama Oma. Rumah Eloy sebenarnya jauh dari rumah Oma, tapi dia sering bermain ke sana. Malah yang dekat rumah Winola. Hanya beberap jarak rumah. Seperti sebuah blok. Rumah Oma menghadapi ke arah timur, rumah Winola berbeda jarak dua rumah, dan menghadap ke arah barat.

Kami tiba di rumah temannya Eloy. Masih daerah Hessen. Hessen merupakan salah satu daerah terluas di Jerman.

Kulihat pestanya sudah ramai. Sialnya, sepupu laknatku langsung mencari kamar untuk making out with many random girls who he just find.

Aku bingung harus berbuat apa. Aku memilih menepi ke dapur, ingin minum air putih saja. Karena minuman yang disediakan di sini mengandung alkohol. Aku tidak ingin mabuk, dan muntah-muntah karena meminum alkohol. Dan siapa yang bisa menolongku, jika Eloy sudah hilang ke dalam lubang hitam.

Di sini, kita jangan merasa segan jika ada teman yang mengadai pesta. Jadi, bebas meminum alkohol, atau apa yang ingin kita lakukan. Aku sedang meneliti bagian dapur untuk mencari air. Aku masih berdiri di konter mencari air, tapi nampaknya tidak ada. Akhirnya aku hanya berdiam diri di sana, tak bisa berkumpul di keramain.

"Looking for some drink?" Seorang wanita rambut blonde, mendekat ke arahku. bajunya sangat ketat, dan pendek. Aku sempat terpaku beberapa detik, melihat tubuhnya. Bau tubuhnya menguar begitu kuat. Sebagai lelaki yang makhluk visual, aku harus mengakui bahwa wanita ini cantik. Walau sudah malam, aku bisa melihat matanya yang belok dengan warna hijau begitu jernih. Entah kenapa, aku suka melihat warna itu, walau masyrakat Jerman, kebanyakan memiliki mata berwarna hijau, tapi warna mata miliknya begitu jernih seperti air.

"Yes, please. But, sorry I don't drink. I just want find some water."

"Hahahaha. Water? Are you fucking kidding me?" Cewek rambut blonde itu menertawakan kekolotanku. Ia tertawa menutup mukutnya, dan mengibaskan rambutnya. Kuakui, aku tak bisa seperti manusia normal lainnya, dan aku harus mengakui kekuranganku walau harga diriku direndahkan.

"What's wrong?" tanyaku pura-pura tak peka. Apa salahnya minum air putih, jika itu bagus buat kesehatan?

Cewek blonde itu mengibaskan lagi rambutnya yang sebelah kiri ke belakang. Aku tidak tahan untuk menatap ke buah dadanya. Bentuknya bulat, besar, dan sempurna. Okay, maafkan mataku yang telah ternodai.

"I know, where you can find some water. Follow me." Aku mengikutinya. Aku tidak tahu apa yang aku perbuat, dan apa yang aku pikirkan. Lumayanlah, dapat teman mengobrol daripada sendirian seperti kambing congek. Cara berjalan cewek blonde itu begitu anggun. Walau ia tak memakai heels, ia justru memakai boots.

"I'm Alicia, by the way. Just call me Ale." Cewek blonde berbalik ke arahku sambil mengulurkan tangannya, aku melihat pipinya memerah. Sepertinya dia sudah mabuk.

"Gerald." Aku membalas uluran tangannya.

Aku mengikutinya hingga keluar. Suasana di luar gelap, agak remang-remang. Suasana yang begitu mendukung untuk berbuat sesuatu yang panas, dan menyenangkan. Baiklah, aku sedang berjauhan dengan wanita pendek tolol itu! 

Tiba-tiba dia duduk di atas rerumputan. Aku pun mengikuti saja. Musim gugur yang begitu dingin, membuat siapa saja tak tahan berada di luar. Tapi semuanya tak berlaku bagi cewek blonde ini, tubuhnya sangat kebal seperti kulit beruang maupun kulit badak.

"So, where's the water?"

"I'm just kidding. I just want someone to talk." Okay, aku tidak marah. Sebenarnya, aku juga butuh teman mengobrol. Kami adalah dua manusia kesepian yang sama-sama membutuhkan teman.

"Okay."

"Tell me about yours." pinta cewek blonde. Sebenarnya, aku lupa siapa namanya, walau baru berkenalan beberapa menit.

"Tell what?"

"Your life."

"Well, I'm from Indonesia. But I study here."

"I've never seen Indonesia. It's beatiful?"

"Of course. It's a beatiful country which have so many beaches with white sand.

"Waoh, I imagine it's beatiful right?"

"Definately." Kulihat wanita ini, mulai mabuk, dan mulai meracau. Apa yang harus kulakukan? Pembicaraan yang awalnya normal, malah merambat ke arah lain.

Tiba-tiba dia menyandarkan kepalanya di bahuku.

Rara, maafkan aku. Walau aku ingin melupakan masalah dengan wanita pendek tersebut, aku merasa telah berkhianat walau wanita blonde ini hanya menyandarkan kepalanya di bahuku. Sepertinya ia kelelahan.

"I'm sleepy now. Can I sleep here?"

"Sure." Kudengar napasnya mulai teratur. Dia mulai tertidur di bahuku. Berharap saja, dia tidak ileran, dan tumpah di bajuku. Hoodie lebih tepatnya. Tangannya memeluk pinggangku. Aku mulai merasa tidak nyaman, sesak, dan badanku terasa kesemutan. Karena, aku tidak bergerak barang sedikit pun, aku tidak ingin membangunkannya.

Gadis itu makin tak sadarkan diri.

Perlahan, aku melonjorkan kaki panjangku. Tapi, rasanya pantatku sudah kebas dan mati rasa.

Aku menurunkan kepala cewek ini dengan perlahan, aku berusaha mengingat namanya, tapi aku lupa lagi namanya siapa tadi. Dengkuran napasnya masih teratur. Aku menidurkan di pahaku. Tangannya masih memeluk pinggangku. Meski berat lumayanlah daripada tadi, aku merasa sangat tersiksa. Bahkan, aku harus membuka sepatuku karena kesemutan sekarang.

Aku meregangkan otot-ototku dengan berbaring. Datang kesini, tidak ada yang berjalan dengan baik. Lebih baik aku di rumah. Memilih tidur, sambil menonton, merupakan pilihan yang tepat, daripada berakhir bersama cewek ini.

Aku masih memikirkan Rara. Cewek pendek itu, siapa yang berani mengotori akal pikirannya yang pendek tersebut. Ia merasa menjadi manusia paling menderita di dunia ini, padahal semua itu karena kebodohannya sendiri. Aku yakin, gara-gara hal ini, ia pasti menuduhku kejam, dan tidak berprikemanusiaan. Dia mengira aku mencampakkan, dan mengabaikannya. Padahal, dia sendiri yang mengundang masalah dalam hidupnya, bodohnya lagi, ia tak pernah menyadari csemua kebodohan itu.

Aku menutup mataku, dan menyilangkan tanganku untuk menutupi wajahku. Ketika kita menutup mata, kita akan mendengar suara yang sangat riwuh. Suara di dalam sangat berisik, maklum pesta anak muda. Aku kurang menyukai keramaian. Aku mengangkat sedikit kepalaku, dan melihat ke arah cewek yang tidur di atas tubuhku. Ia begitu pulas, tak sadarkan diri.

Aku berusaha tidur, dan memikirkan nasib percintaanku. Aku lelah dengan hubunganku yang tidak sehat ini. Ketika seorang wanita yang kusayangi sepenuh hati, dan dengan entengnya mengaku bahwa dia berciuman dengan lelaki lain. Aku ingin mengamuk, tapi kutahan. Kami sedang berada di belahan dunia yang berbeda. Jika Rara berada di depanku, kupastikan tulang dua manusia itu hanya tersisa fosil.

Aku butuh pelampiasan. Sudahlah, aku tersiksa menahan diri di sini, setiap malam aku haru mandi air dingin, ditambah cuaca dingin, demi meredahkan segala gejolak nafsu. Tapi, Rara bodoh tak memikirkan sejauh itu, dan dengan tidak tahu malunya dia mengakui itu semua, serta dengan bangga dia ingin menunjukan dia bisa menemukan lelaki lain. Permainan baru saja dimulai, Rara. Aku tidak bermain kotor seperti ini, tapi jika itu yang kamu inginkan Ok let's start.

Aku ketiduran, lelah memikirkan tingkah Rara, yang membuat lelah orang-orang di sekitarnya.

Aku merasakan tidak nyaman di bagian bawah, tubuhku ada yang tidak beres.

Fuck!!!

"What the hell are you doing?" Aku berteriak.

Wanita gila ini, si pirang centil ini dia baru saja menghisap milikku. Apa yang harus kulakukan? Aku bisa saja menendangnya, tapi aku tidak boleh kasar sama perempuan. Dia memberikan servis blowjob. Rasanya tidak sama seperti pelayanan yang di berikan Rara.

fuck!

Wanita sial ini, hanya bisa membuatku tersiksa. Sialan semuanya! Parahanya servis yang ia berikan tidak sama. Terkutuklah diriku yang harus mandi air dingin lagi. Damn it! Walau servis Rara begitu amatiran, bagiku bisa membawa semacam kepuasan tersendiri buatku. Bukan yang sudah pro seperti ini. Argh... sialan semuanya!

"Please, don't do this." Si blonde tidak merespon, malah semakin gencar saja. Tetap saja, aku tidak bisa on fire. Padahal jika dibandingkan, tubuhnya lebih bagus dari Rara, dan lebih berpengalaman tentu saja. Sialan, ada yang tak beres dengan diriku!

"Ok. Let's find some room." Aku mengalah. Akhirnya, si blonde melepaskan kulumannya, dan memakaikan kembali celanaku. Sial!

Aku membutuhkan Rara sekarang.

Cewek gila, dan agresif ini yang menuntunku mencari kamar. Kami menuju kamar di lantai atas, dan sudah dipastikan semua kamar penuh. Banyak pasangan mabuk dan berciuman di sepanjang lorong-lororng kamar. Rumah teman Eloy ini luas, dan banyak kamar. Bahkan, di lantai atas, terdiri dari kamar semuanya. Ah, mau begini saja rasanya mau mati!

Berakhirlah kami di kamar mandi. Aku hanya ingin si blonde, cewek gila, dan agresif memberiku blowjob tadi, setelah aku sampai aku akan berhenti.

Dengan semangat lagi, gadis itu berlutut di depanku dia membuka celanaku, dan langsung memasukan milikku dalam mulutnya. Ia memandangku, ia benar-benar seperti bintang porno. Bahkan, mulut mungilnya bisa menampung milikku semua.

Meski tekniknya lebih pintar. Tetap saja membuatku tidak bisa on fire. Hanya satu orang yang bisa membuatku on terus. Dan orang itu juga yang membuatku berakhir di sini. Rara bodoh! Rara pendek!

Meski sudah susah payah aku membayangkan Rara yang memberikan service ini tetap saja tidak bisa.

Mungkin, karena aku masih kesal terhadapnya. Tapi, aku merindukan tangan mungil itu memegang milikku. Ketika miliknya yang sempat tak muat untuk menerima Tiger milikku yang besar. Akhirnya, ia hanya bisa meringis kesakitan sampai mengeluarkan air mata. Sudah berkali-kali, milikku dan miliknya bersatu tetap saja, rasanya seperti perawan. Apa Rara punya pelet khusus untuk merawat miliknya? Setiap melihat wajah imutnya, selalu membuatku membayangkan milikku tenggelam dalam mulut mungil tersebut, walau ia tak pernah memasukan secara utuh, dan selalu berakhir dengan batuk-batuk, bahkan Rara mengeluh, mulutnya capek.

"Argh... Rara." teriakku frustasi karena tidak bisa on fire, begini jadinya aku akan semakin pusing, dan tersiksa. Hanya air dingin yang sedikit meredahkan semua gejolak nafsu yang kurasakan, sudah kutahan berbulan-bulan.

Aku baru sadar, meski sepandai apa pun wanita itu, dan secantik apa pun wanita ini, rasanya tidak sama dengan Rara. Mungkin, karena kebodohan Rara, membawa semacam gairah tersendiri, karena merasakan bagaimana amatirnya ia, membuatku ingin menusuk lebih dalam lagi, tapi aku tak tega untuk menyakitinya.

Lagi-lagi wanita pendek itu, yang membuatku tersiksa karena hal ini.  Argh.. wanita pendek itu membuatku tersiksa, aku tersiksa karena merindukan sentuhannya serta aku tersiksa karena dia telah mengkhianatiku.

"Stop it!" Dengan kecewa, cewek blonde itu berhenti dari servicenya. Kepalaku makin pening. Aku tersiksa.

Dia berdiri, dan menggodaku, tetap saja aku tidak terpengaruh dengan sentuhannya. Ia meraba-raba tubuhku. Sengaja memasukan tangannya, dalam hoodie milikku, tapi aku tak bereaksi apa-apa. Stupid hormon! Stupid Rara!

Cewek blonde menempelkan buah dadanya, ke dadahku, sambil menggoyang-goyangkan ke kiri, dan kanan seperti menyapu. meski kuakui buah dadanya besar tetap saja, aku tidak on fire. Dan tidak bergairah sedikit pun. Yang ada aku makin pening, dan frustasi.

Hanya air dingin, yang bisa meredahkanku sekarang. Jika saja jarak Jerman, dan Indonesai itu dekat, aku akan pulang sekejap untuk mengambil jatahku setelah itu aku pulang. Arggh.... sial! Sial!

Jika saja, aku mempunyai jet pribadi aku akan terbang sekarang. Tetap saja, jaraknya jauh. Rasanya aku ingin menangis jika saja aku perempuan.

Arrghh... Rara! Rara! Rara!

Selalu terbayang wajah imut, dan galaknya, baru membayangkan wajahnya saja aku sudah on.

Aku membuka mataku, dan cewek ini masih sibuk menggodaku. Apa aku bisa menuntaskan gairahku bersamanya?

"What's wrong babe?" Gadis blonde mencoba ingin menciumku.

"I'm sorry, I can't." Aku menolaknya dengan halus. Tapi gadis itu tetap menabrakan bibir sensualnya dengan bibirku. Tetap saja aku tidak bergairah. Rasanya tidak lembut dan manis seperti milik Rara.

Aku menutup mataku, memunculkan wajah Rara. Sial! Aku sudah seperti wanita malu-malu yang masih perawan ciuman pakai tutup mata. Aku seperti orang amatiran yang baru pertama kali berciuman.

Ketika wajah Rara muncul, aku mencoba membalas ciumannya. Tiba-tiba terlintas wajah Rara yang menangis, dan kecewa. Oh God... ini salah. Aku mendorong wanita itu.

Dengan berlari keluar. Sialan! Aku bertingkah sangat innocent seperti seorang gadis yang ingin diperkosa saja.

Oh God.... wanitaku menangis. Lagi-lagi, terlihat dengan jelas Rara sedang menangis. Apa aku berhalusinasi?

Arrgh..... aku menarik rambutku dengan frustasi.

Aku membuka layar handphone-ku.  Wanita kesayanganku yang cerewet itu muncul sebagai wallpaperku. Imut sekali, aku menciumi layar handphone itu seperti orang idiot.

Aku bingung ingin menghubunginya, tapi aku sedang marah terhadapnya. Dan aku ingin memberi shock therapy terhadapnya. Meski aku marah, dan dia berkhianat, tidak pernah terlintas sedikit pun untuk menceraikannya, atau berpisah dengannya. Itu tidak termasuk dalam vocabullary-ku.

Baiklah, aku akan mendiamkan Rara untuk beberapa hari sampai dia menyadari kesalahannya.

Akhirnya, aku pulang dengan keadaan pening dan frustasi. Awal yang berniat untuk membalas dendam malah aku yang kena sendiri. Senjata makan Tuan!

arrggh......

____________

Kalian lebih suka pakai POV Rara atau Gerald?

Menurut emak, amarah Gerald diucapkan lebih frontal daripada Rara, yang mendayu-dayu lebay.

Komennya tinggalkan jejak ✨✨

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dinar Blm Pnya Nm
hebat euyyy....bs off gitu Ale bs ngira dia homo nih, wkwkwk Ale dh tegang kek binatang minta kawin yg d ajak kek kerupuk kena air anget ???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status