Gerald's girlfriend.
How I missing something here? I glance kill for Gerald to confirm this.
"I'm sorry Alle. Rara is my wife." Gerald mencoba menenangkan, dari keadaan yang sudah memanas. Ini tak bisa dibiarkan. Bagaimana mungkin lelaki sial ini, bermain-main di belajangku? Ditambah, cewek sial ini, dengan percaya diri mengaku dia pacar Gerald.
"Wife? Really? Are you fucking kidding me again?" pekik si pirang.
"Yeah, I just want you to introduce with my beatiful woman in the world."
"Bullshit!" I scream and throw remote to Gerald. Remot itu tepat mengenai wajah Gerald, dan ia berhasil menangkap remot tersebut, sebelum semuanya berderai.
"Kamu kenal Alicia itu siapa?" Gerald menengang. "Nggak!" Jawabnya gelapan, dan salah tingkah. Berarti semua hanya mimpi burukku saja. "Yaudah tidur, yuk." Ajak Gerald. "Hei, makanan kamu belum habis. Habiskan biar Rara kemas semuanya dan cuci." Kulihat Gerald sudah tidak berselera lagi. Aku mengemas semuanya, dan mencuci piring-piring yang kotor, dan peralatan buat masak tadi. Setelah selesai, kulihat Gerald masih melamun. Makanannya masih sama seperti tadi kutinggalkan. Dia bertingkah aneh. Apa Gerald sakit perut, karena aku memasak yang tidak steril? "Jadi, masih mau makan nggak?" tanyaku lagi, melihat Gerald yang masih melamun. "Eh?"
Aku ingin mengerjai Gerald. Aku tidak sakit perut. Tapi aku hanya capek, sedang tidak berselera untuk melayaninya sekarang. Tapi, aku tiba-tiba merasa berdosa setelah melihat dia panik. Selalu saja, bertingkah bodoh yang membuat kami sama-sama terluka. "Sakit? Kenapa? Keram?" tanya Gerald panik. Aku menggeleng. "Nggak tahu, sakit aja. Biarkan aku istirahat, kamu boleh pergi kuliah." kataku dengan suara lemah, agar meyakinkan. Tapi rasa bersalah, terus menghantamku. "Aku nggak bisa, nanti kamu kenapa-kenapa. Kayak semalam." Gerald menyugar rambutnya, dan wajahnya begitu ketakutan. "Nggak papa, nanti kalau sakit atau apa aku telpon aja. Tapi kamu harus gerak cepat ya." Aku memegangi perutku. "Iya, maaf telah membuat kamu sa
Tubuhku kaku semua. Sial! Aku tertidur di atas meja. Meski hanya kepalaku saja. Semoga anakku tidak merasa kesakitan. Dari malam sampai lagi, posisi tidurku hanya duduk di atas kursi, dengan kepala di atas meja. Benar-benar posisi tidur yang aneh dan tak sadar sama sekali, padahal aku tertidur dengan posisi duduk. Aku juga tak tahu jam berapa sekarang. Leher kaku, tangan dan kakiku keram. Dengan mengembalikan sistem tubuhku. Aku menuju kamar, dan pemandangan paling indah menyambutku. Aku mencari handphone dan baru ingat, semalaman aku tidak mencabut handphone-ku. Untung saja tidak meledak. Dengan menguap terasa belakang dan leherku sakit semua. Untuk digerakan sedikit saja, sangat sakit. Aku terduduk di pinggir ranjang melihat keadaan sekitar, demi apa tidurku begitu pulas dan tak sadar sama sekali? Kuperhatikan jam di layar ponsel.
Seluruh badanku remuk, setelah aksi pelukan ala (bukan) Telletubies malah berakhir aku ditelanjangi. "Kamu tetap yang terbaik." Bisik Gerald. Badanku terlalu lemah. Jadi aku hanya memeluk dada telanjang favoritku, dan membiarkan keringat kami melebur. Eh bentar, dari tadi anak ini tidak ada tanda-tanda pergi ke kampus. "Kamu nggak ke kampus?" aku mengangkat kepalaku dan menatap Gerald yang menutup matanya, ia juga kelelahan. "Nggak!" "Kenapa?" "Kenapa?" tanya Gerald balik. Dia selalu mengesalkan. "Ish-- diperhatiin juga." Aku mencubit perutnya. Dasar manusia menyebalkan. "Aku lebih s
Sebenarnya oma menawarkan buat menginap. Tapi aku menolak, aku segan jika besok pagi aku bangun telat. Padahal sebenarnya budaya orang sini, tidak masalah bangunnya. Sesuai didikan bundaku, aku harus lebih respect terhadap tuan rumah. Aku takutnya bangun kesiangan, karena akhir-akhir ini aku selalu bangun telat. Kami pun pulang juga, karena aku memaksa Gerald pulang."Besok weekend. Ada mau jalan-jalan kemana?" tawar Gerald."Aku nggak tahu. Yang aku butuhkan sekarang, pulang dan tidur. Badanku capek bangat." ujarku lemah, setelah kekenyangan, aku membutuhkan kasur, dan membaringkan kepalaku di bantal yang empuk."Yaudah tidur." Aku menutup mataku, rasanya tidak kuat lagi menahan kantukku. Harusnya tadi aku tidak keras kepala dan nginap saja di rumah oma. Aku sudah tertidur, tapi samar-samar,
Warning!! Vulgar!!_________________________________Aku sedang menelfon bundaku. Gerald? Kuliah tentu saja, aku mulai menjalani aktivitas yang lama-lama kurasakan---bosan. Karena aku type pembosan. Hanya menggebu-gebu di awal, dan semakin kesini, perlahan semuanya memudar. Semoga saja, dengan suami tidak merasa bosan."Bunda, Rara udah periksa ke dokter.""Jadi gimana perkembangannya?""Anaknya perempuan. Rara akan mempunyai anak perempuan yang cantik." aku tersenyum. Sebenarnya ingin jingkrak-jingkrak, tapi sadar posisi sudah hamil, sudah tua, dan akan menjadi ibu."Yaudah, jaga diri baik-baik. Jangan stress.""Iya bunda. Kayaknya berat badan Rara bertambah deh, Rara lapar terus bawaan."
Aku menangis semalaman. Dan ketika bangun, kudapati mataku sangat bengkak. Aku tidak mungkin menemui oma dengan keadaan mata seperti ini. Aku paling malas, ketika sedang tidak mood dan ditanyai banyak hal. Aku pasti tidak akan menjawab, dan membuat orang lain suudzon, dan menganggapku yang jelek.Aku juga tidak ingin berkubang dalam kesedihan.Dan sekarang, sudah jam 10. Sial! Malu-maluin saja.Dengan terpaksa bangun, aku mengendap-ngedap ke dapur. Aku akan mengompres mataku. Kulihat di meja makan sudah ada berbagai makanan. Jus jeruknya menggoda untuk di minum. Tapi mataku, harus dikompres untuk mengurangi bengkak, aku tak mau oma mendaptiku menangis semalaman. Dan Gerald pergi tak kembali.Melewati meja makan, aku menuju dapur dan membuka kulkas. Aku akan mengompres
Warning!!! Vulgar!!!_______________________________Hari ini, ulang tahun suamiku. Gerald ganteng, Gerald mesum lebih tepatnya. Tidak menyangka diriku, umur suamiku makin berkurang.Dan Gerald kuliah seperti biasa. Jadi, aku berencana menyiapkan kejutan untuknya. Aku akan membuat cake sendiri. Khusus untuk Gerald.Jadi, hari ini aku keluar sendiri setelah satu bulan menempati Jerman. Aku akan berbelanja, serta aku ingin membeli kado untuknya. Sebenarnya aku bingung, kado apa yang cocok. Kado seperti jam tangan, baju, sepatu, sudah terlalu mainstream. Harusnya sesuatu yang berhubungan dengan hobi. Dan hobi Gerald menggarapku. Haruskah aku telanjang di hari ulang tahunnya? pikiranku sudah tidak waras lagi. Sebenarnya, jika Gerald seperti lelaki lain