"Oke, aku mau bantu Ayah.” Akhirnya ia tidak bisa menolak permintaan dari Ayahnya. Walaupun Rosa sudah menolaknya, ayahnya akan terus memaksa hingga Rosa mau menolongnya.
“Kamu serius mau bantu Ayah kali ini? Terima kasih Nak, memang tidak salah Ayah minta bantuan kamu. 2 minggu lagi kamu ke sini ya, di Hotel Aston.”
“Iya, nanti aku akan datang.” Ia pun menutup panggilan ponselnya, ia akan meminta izin pada bosnya. Untuk memberikan cuti padanya. Ia langsung berjalan menuju ruang kerja Abian. Kebetulan bosnya ada di dalam. Sebelum masuk ke dalam, ia terlebih dahulu mengetuk pintu, setelah mendapatkan izin dari bosnya, barulah ia masuk ke dalam.
"Ada perlu apa kamu ke sini?” tanya Abian.
“Saya mau minta izin, saya mau ambil cuti untuk 2 minggu ke depan. Kira-kira untuk tanggal 12-13”
“Memangnya kamu ada urusan apa? Berapa lama kamu ambil cuti?”
<
“Aduh,” eluh Mila tertabrak oleh sang suami.“Maaf, sayang. Aku enggak lihat ada kamu di sini.”“Makannya kalau jalan itu hati-hati, kamu mau ke mana sih? Kok buru-buru banget? Baru juga pulang kerja, bukannya langsung mandi, malah lari-lari.” Mila terus saja berbicara tanpa henti, membuat ia menggarukan kepalanya.“Iya, sayang. Maafin aku ya. Aku mau ke kamar Rosa dulu, kata Brian dia sudah sampai rumah.” Dalam sekejap mata Mila terbelalak, dalam hatinya ia merasa kesal karena suaminya terlalu berlebihan terhadap anaknya.“Sudah ya, aku mau ke kamar Rosa dulu.” Aska bergegas ke kamar anaknya, membuat Mila semakin benci dengan anak tirinya ini. Bagi dia Rosa sangat berbahaya, dan dia bisa menggagalkan rencananya.Saat Aska sudah sampai di kamar anaknya, ia membuka pintu secara perlahan, ia mengintip dari bali
“Abian?” ucap Brian menatap ke arah Abian.“Maaf, anda siapa ya?”“Lo, Aditya Abian, 'kan? Anak sekolah SMA Mutiara Baru, ‘kan?”“Kok bisa tahu nama saya, dan juga tempat saya sekolah dulu. Tolong jawab pertanyaan saya, dari tadi saya nanya enggak dijawab.”“Masa lo lupa sih sama gue?” jari Brian menunjuk ke arah dirinya, “ini gue Brian. Teman SMA lo dulu!” Abian terdiam, ia sedang mengingat-ingat teman sekolahnya dulu. Sekian detik kemudian ia ingat kalau Brian adalah teman satu sekolahnya.“Hah! Gue ingat, elo Brian Adhitama yang suka BAB di celana kan?”“Sialan lo, gue enggak BAB di celana ya. Sembarangan lo kalau ngomong,” kesal Brian, baru juga bertemu teman lama. Sudah dibuat kesal.“Haha! Sory, Bro. Gue juga bercanda, s
Acara besar telah usai, sudah waktunya ia kembali ke rumah. Ia sudah lelah dengan semua tugasnya di sini, rasanya badan ia sedikit remuk. Apalagi sebelum acara dimulai, ia sudah kurang tidur membuat Rosa pusing. Di saat Rosa ingin masuk ke dalam mobil, dari arah jauh Abian memanggil Rosa.“Ros, bisa ikut saya sebentar? Ada yang mau saya bicarakan sama kamu.”“Maaf, saya sudah mau pulang Pak. Saya sudah lelah.”“Tapi ini penting!” Abian terus saja memaksa, bahkan tak segan ia menarik tangan Rosa. Melihat majikannya diperlakukan kasar oleh Abian, sopir dan para pengawalnya langsung menarik tubuh Abian.“Perbuatan anda barusan dapat membahayakan bos kami, lebih baik anda pergi!” usir salah satu pengawal, sayangnya Abian tidak peduli akan hal itu. Ia terus memaksa agar bisa bicara dengan Rosa.“Saya mau bicara! Jangan halangi saya
“Gimana keadaannya Dok?” tanya Abian saat mengantarkan Rosa ke klinik terdekat, ia begitu panik saat Rosa pingsan di depan matanya. Buru-buru ia mengendong Rosa untuk dibawa ke klinik terdekat.“Untuk saat ini keadaannya sudah membaik, tadi itu pasien hanya mengalami kelelahan saja. Itu karena dia kurang tidur, ditambah lagi ia mengalami stres. Maka dari itu daya imun sedikit menurun, “ ucap dokter.Abian yang tidak mengetahui keadaan Rosa, membuat dirinya merasa bersalah. Ia menyesal telah melakukan hal buruk pada Rosa. Ia tidak tahu jika Rosa sedang mengalami kesulitan di hidupnya.Rosa selalu saja memendamkan masalahnya untuk dirinya sendiri, ia tidak mau bercerita kepada siapa pun tentang masalah yang ia hadapi. Itu karena Rosa belum bisa percaya dengan orang lain termasuk keluarganya sendiri. Ia takut jika ia bercerita pada orang lain, maka orang itu akan membuka semua masalahnya
Brian melayangkan satu pukulan ke arah wajah Abian hingga ia jatuh tersungkur di tanah, kurang puas menghajar temannya. Ia duduk di atas tubuh temannya. tanpa aba-aba lagi Brian terus saja memukul wajah Abian tanpa henti.“Gue udah bilang sama lo, jangan pernah lo dekat sama Ade gue. Apalagi sampai punya rasa!” Awalnya Abian bisa terima pukulan Brian, karena dia sadar. Bahwa dirinya salah, tapi semakin lama, Brian memukulnya semakin bringas.Karena tidak terima dengan pukulan Brian, Abian pun segara bangkit dan membalas pukulan dari Brian bertubi-tubi. Kini mereka berdua beradu kekuatan hingga keduanya berhenti karena sama-sama mengalami luka di wajahnya.“Jangan pernah lagi lo dekat sama Ade gue, jauhi dia!” Brian menujuk-nunjuk muka Abian dengan satu jarinya.“Kalau gue enggak mau gimana?”“Lo bakal mati di tangan gue, pukulan gue yang tadi bel
Sementara di rumah Aska.Brian telah sampai di rumahnya, selama berjam-jam ia sudah mencari Rosa namun ia tidak menemukan keberadaan Rosa. Akhirnya Brian memutuskan untuk kembali ke rumahnya."Brian!" panggil Aska.Brian menoleh ke arah Ayahnya, "iya, Ayah?""Brian, wajah kamu kenapa? Kenapa wajah kamu jadi babak belur begini? " ucap Aska memeriksa wajah anak pertamanya ini."Brian enggak apa-apa kok, hoh, iya. Ayah, apa Rosa sudah pulang ke rumah?" tanya Brian."Rosa, ada kok di dalam kamarnya.""Hah, kapan dia pulang ke rumah?"“Sudah 2 jam yang lalu, memangnya kenapa?” tanpa membalas ucapan sang ayah, ia berjalan ke arah kamarnya untuk melihat keadaan adiknya. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung masuk begitu saja. Ia melihat adiknya sedang memasukkan baju ke dalam tasnya."Rosa!" ucapny
Tin..tin..."Astaga!" Rosa terkejut dengan suara klakson mobil, ia melihat ada mobil yang sedang berhenti di depanya. Rosa penasaran, "mobil siapa ini?"Mobil itu pun langsung menurunkan kacanya, kemudian Rosa menundukkan kepalanya agar ia bisa melihat. Siapa di dalam mobil tersebut."Hah!" Rosa menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ternyata di dalam mobil tersebut ada Abian, ia juga melihat di sampinnya ada Elang. Dengan cepat ia membalikkan badan, dan pergi meninggalkan mobil bosnya tanpa mengucapkan salam pada bosnya.Melihat karyawannya pergi, ia bergegas turun dari mobilnya dan mengejar Rosa, "Ros! Tunggu!" panggil Abian, tetapi Rosa tidak menggubrisnya. Ia terus saja berjalan dengan sangat cepat. Sampai ia tidak sadar jika di depannya ada sebuah mobil yang hampir saja menabrak dirinya. Saat ia ingin menyerang jalan.Tiin.....! Bunyi suara klakson panjang.
Sesampainya di ruang kerja bosnya, ia langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahuly. Ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah."Pak, Abian panggil saya?”"Iya, silakan duduk di sini," Abian menyuruh Rosa untuk duduk di depanya. Namun Rosa tidak bergeming sedikit pun."Kok malah diam saja di situ? Ayo duduk, ada yang mau saya bicarakan sama kamu.""Enggak usah, Pak. Saya lebih baik di sini saja," tolaknya.Abian menatap Rosa dengan lekat, "apa kamu takut sama saya?""Saya enggak takut, saya hanya menjaga jarak saja dengan Bapak""Kenapa kamu melakukan hal itu?""Saya enggak mau dilecehkan oleh pak Abian lagi," sindirnya telak menusuk jantung Abian."Kamu—“ ucap Abian terhenti, ia sudah tidak bisa lagi berkata-kata di depan Rosa. Perkataannya barusan berhasil me